webnovel

INILAH AKU

"Maaf...aku tidak tahu, dan lagi...kenapa kalian tidak mengunci pintunya." ucap Maya dengan perasaan malu menutup kembali kamar Edgar dan pergi meninggalkan Edgar yang berteriak memanggil namanya.

"Hei!! tunggu!! Maya!" panggil Edgar berteriak memanggil Maya namun kedua tangan Erin menahan lengannya.

"Ccckkk... lepaskan tanganmu Erin, aku harus menjelaskan pada Maya." ucap Edgar sambil mengenakan pakaiannya kembali.

"Edgar, kamu mau kemana? dan kamu mau menjelaskan apa? Dengar Edgar kita masih belum melakukan apa-apa! dan lagi kamu juga belum keluar kan?" ucap Erin menahan lengan Edgar dengan sangat kuat.

"Kita bisa lakukan lain hari, sekarang kamu pulang saja. Aku harus mencari Maya. Ini sudah malam, Maya adalah tamuku. Keselamatan Maya menjadi tanggung jawabku sepenuhnya." ucap Edgar seraya mengambil jaket dan memakainya.

"Edgar!! kamu tidak bisa meninggalkan aku seperti ini? paling tidak kita selesaikan dulu apa yang kita lakukan?" ucap Erin memegang lengan Edgar dengan hati kesal karena hasratnya belum terpenuhi.

"Apa kamu tidak mendengar apa yang aku katakan Erin?" ucap Edgar dengan tatapan tajam, kemudian melihat tangan Erin yang memegang lengannya.

Mendapat tatapan yang dingin dari Edgar, terpaksa Erin melepas pegangannya.

"Baiklah, carilah temanmu itu. Aku akan pulang tapi kamu jangan marah padaku, aku akan datang besok pagi." ucap Erin tersenyum dengan suara manja.

Tanpa menghiraukan ucapan Erin lagi, Edgar keluar dari kamarnya untuk mencari Maya yang tidak tahu pergi kemana.

"Aaaahhhhhh!! teriak Erin sambil membuang bantal yang ada di atas tempat tidur.

"Sialan!! siapa dia? bagaimana dia bisa bersama Edgar ke sini? apa dia kekasih Edgar yang baru? aku tidak bisa membiarkan hal ini terjadi. Aku harus menjauhkan wanita itu dari Edgar bagaimanapun caranya." ucap Erin dengan hati kesal mengambil pakaiannya yang berserakan.

"Lihat saja, aku harus minta tolong pada Evan untuk bisa menjauhkan Maya dari Edgar." ucap Erin dengan tatapan penuh kemarahan keluar dari kamar Edgar.

Di luar rumah Edgar mencari Maya kesana kemari dengan perasaan cemas takut terjadi sesuatu pada Maya yang belum mengenal area wilayahnya yang di penuhi dengan laki-laki haus akan sentuhan.

"Di mana Maya? apa dia pergi karena melihatku dengan Erin? apa dia cemburu lalu pergi? tidak mungkin dia cemburu. Bukannya dia juga banyak melayani laki-laki yang menginginkannya? lalu kemana dia?" tanya Edgar dalam hati masih berjalan menyusuri gelapnya malam untuk mencari Maya.

Hampir setengah jam Edgar mencari keberadaan Maya tapi tidak menemukan jejak Maya sama sekali.

Sambil mengusap wajahnya Edgar kembali ke rumahnya. Rasa putus asa dan cemas berbaur menjadi satu.

"Semoga dia baik-baik saja di luar sana." ucap Edgar dalam hati seraya membuka pintu rumahnya.

Ketika membuka pintu rumahnya, jantung Edgar hampir saja lepas dari tempatnya saat melihat Maya sedang makan dengan lahap sambil duduk santai bersila di balai bambu miliknya.

"Maya!! panggil Edgar dengan kedua mata tak berkedip dan dada yang naik turun menahan kesal.

Maya terlonjak kaget hampir saja piringnya terlepas dari tangannya.

"Bodoh!! kenapa kamu memanggilku dengan berteriak?" sahut Maya dengan tatapan kesal.

"Kamu darimana?? aku mencarimu kemana-mana sampai kakiku sakit. Dan kamu duduk santai sambil makan di sini?" ucap Edgar dengan tatapan penuh.

"Aku! aku tidak kemana-mana! aku di rumah dari tadi." jawab Maya membalas tatapan Edgar tanpa takut sedikitpun.

"Tidak mungkin, aku sudah mencarimu di kamar tapi kamu tidak ada? setelah kamu melihatku dengan Erin kamu ke mana?" tanya Edgar berusaha tenang setelah sadar kalau Maya baik-baik saja.

"Aku dari belakang rumah, aku buang air besar karena perutku sakit. Setelah itu aku lapar, jadi aku memasak di dapur. Ini buktinya, aku membuat nasi goreng." ucap Maya sambil menunjukkan nasi gorengnya.

"Kamu! kamu telah membuatku cemas! aku pikir kamu sudah di nikmati laki-laki yang ada di wilayahku ini." ucap Edgar menekan pelipisnya sambil duduk di kursi kayu.

"Apa kamu bilang? kamu cemas padaku?" tanya Maya dengan tatapan heran.

"Tidak! bukan itu maksudku. Aku tidak cemas padamu. Karena kamu adalah tamuku dan aku bertanggung jawab penuh padamu. Jadi, kamu jangan berpikir yang macam-macam." ucap Edgar dengan wajah memerah.

"Lagipula, kamu sendiri tidak tahu malu. Seharusnya kamu mengunci pintu kalau mau berbuat seperti itu Bodoh." ucap Maya sambil mengunyah makanannya.

"Kenapa harus aku yang kamu salahkan? bukannya kamu yang salah? masuk ke kamar orang tidak mengetuk pintu lebih dulu." ucap Edgar sambil memicingkan matanya menatap Maya yang sedang menikmati nasi gorengnya.

"Sudahlah, tidak perlu di bahas lagi. Bukannya kamu memang sudah seperti itu! Di mana tempat kamu berada, kamu pasti melakukan hal seperti itu tanpa rasa malu." ucap Maya tanpa menghiraukan perasaan Edgar.

"Sepertinya memang kamu di ciptakan sebagai wanita bermulut pedas." ucap Edgar berusaha menahan emosinya.

"Aku mengatakan yang sebenarnya Bodoh?" tanya Maya tanpa rasa bersalah.

"Kamu selalu mengatakan aku bodoh! kalau kamu sudah tahu aku seperti itu kenapa kamu masih mengikutiku? aku sudah bilang padamu, hidupku tak pernah lepas dari seorang wanita." ucap Edgar menatap tajam kedua mata Maya.

Maya menelan salivanya, mulutnya berhenti mengunyah saat wajah Edgar sangat dekat dengan wajahnya.

"Aku mengikutimu karena kamu sudah berjanji padaku untuk memberikan aku tempat tinggal! kamu ingat itu kan?" ucap Maya sambil mengedipkan matanya saat merasakan deru nafas Edgar menerpa wajahnya.

"Sudahlah, aku pusing bicara denganmu." ucap Edgar kembali duduk di kursi sambil memejamkan matanya merasakan rasa lapar di perutnya.

Sesaat Maya mengangkat wajahnya sambil mempertajam pendengarannya.

Sebuah senyuman mengembang dari bibir Maya saat mendengar bunyi suara dari perut Edgar. Maya tahu Edgar sedang kelaparan tanpa berani meminta makan padanya.

Masih dengan sebuah senyuman, Maya bangun dari duduknya. Dan gerakan Maya itu membuat Edgar membuka matanya.

"Kamu mau kemana?" tanya Edgar antara merasa mengantuk dan merasa lapar.

"Aku mau ke belakang sebentar." ucap Maya sambil membawa piring kotornya.

Tidak berapa lama kemudian, Maya menghampiri Edgar yang tidur bersandar sambil memegang perutnya.

"Bangun!" ucap Maya sambil menepuk bahu Edgar.

Edgar membuka matanya, dilihatnya Maya berdiri di hadapannya sambil membawa satu piring nasi goreng.

"Apa ini?" tanya Edgar menatap Maya dengan mata setengah terbuka.

"Nasi goreng, makanlah. Bukannya kamu sangat lapar? perutmu bernyanyi dari tadi." ucap Maya sambil memberikan nasi goreng yang di bawanya pada Edgar.

Masih dengan perasaan tak mengerti akan sikap baik Maya, Edgar menerima nasi goreng itu dan segera memakannya dengan sangat lahap.

Maya tersenyum, kemudian pergi ke dapur lagi dan kembali dengan membawa segelas air putih dan di letakkannya di atas meja.

"Tugasku sudah selesai, sekarang aku mau tidur." ucap Maya beranjak dari tempatnya.

"Tunggu!" ucap Edgar seraya menahan tangan Maya mau pergi.

"Kamu mau tidur di mana?" tanya Edgar memastikan dia tidak akan salah kamar dan tidak terjadi kesalahpahaman lagi.

"Aku tidur di kamarmu saja. Emm.. maksudku kamar yang tadi aku tempati saat pijat Mbok Ijah." ucap Maya dengan wajah memerah meninggalkan Edgar yang terpaku di tempatnya.

Next chapter