5 Hey Jude

***

Pagi haripun tiba, Ranto yang telah siap mandi membangunkan Ruli karena dia masih tertidur pulas.

"Woi gondrong bangun, katanya mau kesekolah, woi..... dengar ngak sialan!.." bentak Ranto sambil menginjak dan menggoyang-goyangkan bokong Ruli yang tidur telengkup.

"Dasar anak ini, gaya tidurnya saja udah kaya penghuni neraka, oh.. gw punya ide!" bisik Ranto dalam hati sambil tersenyum jahat.

"Rul Rul gawat cuy... motor lo dicuri orang dari garasi, cuman tinggal kaca spionnya," ucap Ranto sambil menggoyang-goyangkan badan Ruli.

Mendengar itu Ruli langsung berdiri dan berteriak, "Jepri kun!...." dengan cepat dia berlari ke garasi, namun motornya bersama motor Ranto dan mobil ibu kos masih disana, diapun terduduk lemas karena merasa senang Jepri-kun nya tidak dicuri orang.

Dia pun kembali naik ke kamarnya, namun tiba-tiba Ibu kos keluar dari kamar mandi dengan handuk saja, Ruli pun terkaget-kaget gemetaran sambil berjalan menyamping menghadap dinding agar tidak melihat Ibu kos.

Tiba-tiba ibu kos menyentuh bahu Ruli dan berkata,"Ehh mas ganteng, habis dari mana?"

Mendengar itu Rulipun menjawab,"ke ke kekamar mandi tante..." Diapun langsung berlari terbirit-birit tanpa melihat Ibu kos.

"Huff hufff hampir saja Ran, body nya gila bener," kata Ruli dengan nafas terengah-engah.

"Hahaha makanya gw bilang jangan sampai tergoda, udah buruan mandi sono,

bau jigong lo gila," ucap Ranto sambil mendorong Ruli ke kamar mandi.

Mereka pun sarapan dan mengganti pakaian, Ruli hanya memakai baju oblong coklat tipis oversize dan kardigan abu-abu bercorak hitam-putih kesayangannya dengan celana cargo yang punya kantong yang banyak,celana ini sedang populer bagi para preman dan pengangguran kala itu.

"Lo mau jadi guru atau apasih bodoh? pake baju yang kayak guru pada umumnya dikit dong!" kata Ranto merasa khawatir.

"Bacot lo ah," jawab Ruli santai.

Mereka pun berangkat menaiki motor mereka masing-masing, dan akhirnya sampai di sekolah.

Ranto menuju ke pos penjaga, sementara Ruli berjalan ke arah pohon di taman sekolah melanjutkan tidurnya disana sembari menunggu Ahmad nongol.

Ahmad pun akhirnya datang dengan pakaian biasa karena masih di skorsing, lalu dia menghampri pak gurunya yang sedang tertidur pulas di bawah pohon.

"Pak ini saya yang kemarin," ucapnya sambil membangunkan pak Ruli.

Pak Ruli pun terbangun dan membuka sebelah matanya sambil berkata, "Lama amat sih payah...," katanya sambil berusaha duduk.

"Ayo ikut aku!" lanjutnya untuk menyuruh Ahmad mengikutinya kearah ruang aula sekolah.

Di sana mereka berniat meminjam piano dan gitar listrik milik sekolah secara diam-diam tentunya,"Tunggu sampai jam istirahat, dan bantu aku membawa piano nya nanti," Bisik Ruli kepada Ahmad.

"Mak maksut bapak kita mencuri? jangan dong pak nanti kita dilaporin kepolisi...," bisik Ahmad menjawab bisikan Ruli.

Lalu Ruli menjitak kepala Ahmad dan berkata, "Mencuri apanya? kita hanya meminjam tanpa izin tau," bisik nya lagi mencoba meyakinkan.

"Terserah apa kata bapak lah," jawab Ahmad pasrah.

karena kondisi aula dan lapangan masih sepi, mereka menjalankan aksinya dan Ruli menggendong gitar listrik serta mendorong piano kearah lapangan dibantu oleh Ahmad.

Sesampai nya di lapangan, Ruli berlari ke arah aula kembali untuk mengambil mick dan speaker, dan mencolokkan nya ke listrik serta mencolokkan kabel gitar dan mick ke speaker.

Bell sekolah pun terdengar,"Tringgggggg" Jam istirahat telah tiba, semua siswa dan guru keluar dari kelas, dengan tiba-tiba Ruli menggenjreng gitarnya dan menyanyikan lagu Saint Saiya kesukaan nya dengan keras keras dan menyakiti telinga semua orang satu sekolah.

Karena penasaran semua orangpun melihat dan mendatangi lapangan dimana Ruli bernyanyi tak jelas,dan Ahmad berdiri di depan piano merasa khawatir, ada yang melihat dari lantai dua dan dari ruangan guru, semuanya merasa terganggu. Para siswa pun melempari mereka dengan kertas dan botol minuman.

Melihat rencana mengumpulkan massa nya telah berhasil, Ruli pun menjentikkan jarinya agar Ahmad mulai bermain piano, dan Ahmad mengangguk memulai menekan nada-nada pada piano.

Semua orang tiba-tiba terdiam karena melihat permainan piano Ahmad sangat bagus, Ruli pun memetik gitarnya dan mulai bernyanyi, dia menyanyikan salah satu lagu terbaik dari band rock legendaris kesukaannya, yaitu Hey Jude milik TheBeatles.

Hey Jude, don't make it bad.

Take a sad song and make it better.

Remember to let her into your heart,

Then you can start to make it better.

Hey Jude, don't be afraid.

You were made to go out and get her.

The minute you let her under your skin,

Then you begin to make it better.

And anytime you feel the pain, hey Jude, refrain,

Don't carry the world upon your shoulders.

For well you know that it's a fool who plays it cool

By making his world a little colder.

Lalu tanpa disadari, pada bagian "Na na na nanana na.....nanana na... Hey jude." hampir semua orang ikut bernyanyi dan melambaikan tangan layak nya sedang di konser, begitu pula para guru dimana disana termasuk Ibu kepala sekolah yang tersenyum, Pak Toni yang mengajak guru lain berdansa, dan Ibu Tesya yang ikut bernyanyi sembari mengacungkan jempol ke arah lapangan.

Musikpun berhenti dan Ruli mulai berbicara.

"Terkadang apa yang tidak kalian sadari dari diri seseorang akan menghasilkan hal luar biasa, karena itu mulailah terbuka, karena segala sesuatu tidak hanya dinilai dari sekedar angka di atas kertas saja,jika bukan orang tua, bukan guru, bukan sekolah, dan juga bukan teman, siapa lagi yang akan mendorong seorang anak menemukan dan mengembangkan bakatnya? anak-anak tidak butuh uang atau pujian, mereka hanya butuh dukungan dan perhatian. Ingat!..  bahkan seekor ikan yang pandai berenang akan terlihat bodoh ketika disuruh memanjat pohon bersama monyet, dan juga sebaliknya. Maka tugas sekolah yang sebenarnya adalah menemukan potensi dan bakat siswa, dan menjadi tangga bagi mereka untuk mewujutkannya."

Ruli pun memanggil Ahmad agar berdiri di sampingnya, Ahmad pun mengangguk dan berjalan sambil menunduk mendatangi pak gurunya .

"Sudah ku bilang angkat kepalamu payah!" bentak Ruli halus sambil tersenyum.

"Baik pak guru!.." jawab Ahmad penuh semangat sambil mengangkat kepalanya menatap ke depan.

Ruli pun mengambil mick dan mulai berbicara lagi, "Ibu kepala sekolah, saya telah menepati syarat yang Ibu berikan, maka saya telah resmi menjadi guru disini hahahaha, dan satu lagi anak ini adalah teman saya, sebagai guru, saya akan menggunakan hak pertama saya untuk menjamin dia agar kembali bersekolah disini, saya berjanji jika saya tidak mampu membuat dia menjadi siswa yang lebih baik, saya siap di keluarkan juga," tegas Ruli menatap Ibu kepala sekolah sembari meletakkan tangannya di atas kepala Ahmad.

"Memang firasat saya tidak pernah meleset, padahal saya hanya meminta satu kelas saja namun dia memberikan satu sekolah dalam waktu hanya satu hari pula, dialah yang sekolah ini butuhkan," bisik Ibu kepala sekolah dalam hati sambil tersenyum senang.

***

Bell pun kembali berbunyi, "Tringgggggg." Waktu istirahat telah usai, para siswa dan guru kembali memasuki ruangan kelas masing-masing.

Begitu juga Ahmad bergegas memakai seragam sekolah yang dia persiapkan di dalam tasnya dan berlari memasuki ruang kelasnya dengan rasa bahagia.

Namun Pak Ruli memanggilnya,"Hoii kawan bantu dorong dulu dong!" ucap Ruli sambil mendorong piano ke arah aula kembali.

"Siap pak guru..," jawab Ahmad sembari ikut membantu mendorong Piano, namun ada satu orang lagi yang turut membantu.

"Tadi itu hebat pak," ujar Ibu Tesya sambil tersenyum dan ikut mendorong.

"Aduh lagi-lagi ngerepotin Ibu nih... makasih...," Jawab Pak Ruli dengan tersenyum.

Semua barang pun telah mereka kembalikan ke aula, Ahmad permisi untuk masuk kekelasnya, begitu pula Ibu Tesya permisi untuk mengajar dihari pertamanya.

Hari ini dia di jadwalkan masuk ke kelas 11 ips3 sebagai guru bahasa ingris yang baru, menggantikan guru sebelumnya yang pindah mengajar ke kelas 10.

"Permisi ya Pak, saya mau mengajar dulu, saya degdegan loh... soalnya ini kelas pertama saya," ujar Ibu Tesya sambil tersenyum manis mulai berani bertatap mata karena percaya bahwa pria ini adalah orang baik.

"Wah jadi guru nih ye... pasti muritnya beruntung sekali, ahhh kenapa dulu ngak ada guru seperti Ibu yang masuk kelas saya ya?... pasti saya sudah jadi bapak-bapak sekarang," canda Pak Ruli memberi semangat.

"Ih.. bapak bisa aja, saya mengajar dulu ya, semangat!..." ucap Ibu Tesya sembari mengangkat tangan kirinya.

"Saya di kacangin nih pak?" guman Ahmad bercanda.

"Ah sono lu.. ganggu suasana aja hahaha," tawa Pak Ruli hangat.

***

avataravatar
Next chapter