3 Guru?

***

Beberepa menit kemudian ujian pun dimulai, dan Ruli bisa menjawap semua ujian dengan kunci jawaban di tangannya, namun dia sengaja menyalahkan sebagian jawaban agar panitia tidak curiga, dengan cepat dia berjalan kearah pengawas lalu memberikan kertas jawabannya dengan penuh percaya diri, dia menoleh ke arah para calon guru lain sambil berkata,

"Udahlah kawan kawan jangan terlalu serius begitu, cuman 5 orang yang diterima disini santai saja, hahaha..." Sambil mengacungkan jempolnya.

Semua orang menatapnya risih dan berdoa semoga dia tidak lulus, karena tampilan dia sama sekali bukan seorang guru, melainkan seorang mafia jahat yang memukuli orang-orang setiap hari.

Ujian pun selesai, semua calon guru mengumpulkan jawaban kedepan, sambil menunggu hasil penentuan diterima atau tidaknya menjadi guru disana, ada yang menunggu sambil foto-foto, ada yang berdoa, ada yang makan sebanyak-banyaknya agar tidak jantungan, namun Ruli hanya merokok santai sembari menggoda guru-guru cantik yang lewat dari depannya.

Beberapa menit berlalu, hasil ujian pun keluar dan hasilnya 10 orang diterima dan di umumkan melalui speaker sekolah.

"Perhatiannya bagi bapak/ibu calon guru, saya adalah kepala sekolah Sma Swasta cemerlang yang kita cintai ini, saya akan mengumumkan 10 calon guru yang telah lulus dalam tes ujian tertulis, dan akan melanjutkan tes wawancara diruangan kepala sekolah nantinya, dan yang akan disaring menjadi 5 orang saja sebagai guru di sekolah kita ini," Suara berhenti sejenak beberapa detik.

"Oh ia ia pak maaf... Baiklah saya akan mengumumkan nama nama yang lulus dan dimohon segera ke ruangan kepala sekolah," Lanjut suara perempuan tersebut.

"Ibu Renata Anastasya, Ibu Yemima, Bapak Roni Adiansyah, Ibu Denisa, Bapak Surya Andiman, Bapak Ruli Artemus, Bapak Agus, Ibu Tesya Rembulan, selanjutnya Ibu Susi Sulastri, dan yang terakhir Bapak Asep Sudarsono. Mohon segera ke ruangan lepala sekolah dan menunggu giliran wawancara secara bertahap, dan bagi yang belum keterima mohon maaf dan jangan menyerah, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih banyak."

Mendengar pengumuman tersebut para nama-nama yang lulus segera menuju keruang kepala sekolah dengan rasa bahagia, begitu pula dengan Ruli yang terlihat santai saja, karena sudah tau dia pasti lulus.

"Tinggal 1 ujian lagi saja, inimah gampang," bisiknya nya dalam hati sambil senyum-senyum.

Wawancarapun berjalan dengan baik dimana 1 wawancara di isi oleh 2 calon guru, dan 4 guru penilai. Sudah 8 orang selesai tinggal Ruli dan 1 calon guru lagi, nama mereka pun di panggil.

"Baiklah yang terakhir, Bapak Ruli Aretamus, dan Ibu Tesya Rembulan dipersilahkan masuk."

Ruli dan wanita itupun masuk dan berpapasan di depan pintu, lalu mereka berdua kaget karena ternyata wanita itu adalah wanita yang Ruli tolong tadi dari para preman.

"Kamu kan wanita manis tadi? wah... kita berjodoh ya, hahaha semoga berhasil ya cantik," rayu Ruli sambil meletakkan tangannya dipinggang sambil tertawa.

"Ba..baik.. terimakasih dukungannya dan karena telah menolong saya tadi," jawab Ibu Tesya dengan nada lembut dan malu serta masih takut menatap Ruli.

Akhirnya mereka masuk,dan Ibu Tesya melakukan wawancara pertama, semua guru penilai bertepuk tangan atas jawaban ibu Tesya, dan mempersilahkan Ibu Tesya kembali duduk agar digantikan oleh wawancara selanjutnya.

Sementara itu Ruli terlihat mengantuk dan tidak bersemangat, dia berjalan kearah bangku wawancara dengan kedua tangan didalam kantong, tiba-tiba dia terkaget melihat salah satu guru penilai adalah si bapak botak mesum tadi, diapun menutupi wajahnya dengan kedua tangannya sambil duduk berlahan-lahan, namun sibapak botak telah menyadari Ruli lalu dia berkata,

"Baiklah bapak Ruli Aretamus yang terhormat, nama saya Toni sudrajat, saya adalah pengawas sekolah dan guru sejarah disini, dan saya bukan orang tua botak mesum!" ucap pak Toni dengan sarkastik, dan menghentakkan lembaran kertas di tangannya ke atas meja.

"Hehehe maaf pak ganteng, tadi saya hanya bercanda dan tidak serius," jawab Ruli sambil tersenyum merayu.

Lalu ibu kepala sekolah memulai wawancara nya.

"Perkenalkan nama saya Siti Nurhaya, dan saya adalah kepala sekolah disini. Saya lihat tadi anda mendapa nilai tertinggi ke3 dalam ujian tertulis, dan itu hasil yang memuaskan, saya berharap anda berhasil dalam wawancara ini," Berhenti sejenak karena tiba-tiba tertidur.

Lalu Pak Toni membangunkan ibu kepala sekolah dengan menggoyangkan lengan nya pelan sambil berkata,"Ibu kepala sekolah, kita sedang wawancara loh!" bisiknya pelan.

Ibu kepala sekolah pun terbangun karna kaget dan melanjutkan wawancaranya.

"Oh ia ia.. sampai mana kita tadi? oh ini, tolong jelaskan apa tujuan anda menjadi seorang guru disini," Ucap ibu kepala sekolah dengan halus dan sopan.

Ruli pun menjawab, "Menjadi guru adalah cita-cita saya sejak kecil, saya ingin menjadikan sekolah menjadi tempat paling menyenangkan di dunia, dimana ketika murit-murit merasa sedih dan tak dianggap di rumah atau di dunia luar, sekolah lah yang akan menjadi tempat mereka pulang, dan menjadi rumah serta keluarga bagi mereka, Itu saja!"

Mendengar perkataan Ruli, Kepala Sekolah pun tersenyum tipis lalu melanjutkan pertanyaannya.

"Baiklah saya terima jawaban anda, namun anda taukan kalau sekolah ini adalah sekolah unggulan? dimana nilai prestasi adalah hal paling di utamakan disini, apakah anda berani mengubah peraturan di sekolah ini dengan tekat yang anda sebutkan tadi?"

Ruli menjawab dengan yakin,"Tentu saja!..., karena saya adalah Ruli guru sma terbaik didunia!.." tegasnya dengan penuh semangat sambil mengangkat jempolnya kearah para guru penilai, para guru penilai pun saling berbisik.

"Ada apa dengan preman ini? apa benar dia dapat nilai terbaik? dan gaya macam apa itu?" bisik mereka ragu dan penuh pertanyaan satu sama lain.

"Baiklah saya berterima kasih atas semangat bapak, namun sekolah kami sebenarnya tidak memerlukan guru seni, karena menurut para guru, itu hanya membuang buang waktu, saya yakin anda sudah tau akan hal itu, namun anda masih berani mendaftarkan diri sebagai guru seni disini, apakah anda yakin dan tidak mau mengganti jurusan anda Pak Ruli?.." tanya ibu kepala sekolah meyakinkan Ruli akan keputusannya.

"100 tidak 1000% saya yakin nenek ehh nyonya!... " jawab Ruli dengan tegas.

Setelah melihat keyakinan Ruli, kepala sekolah pun mengangguk dan berkata,

"Baiklah sesi wawancara telah berakhir, silahkan bapak dan ibu meninggalkan ruangan, dan menunggu hasilnya di luar saja, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih banyak."

Selang beberapa waktu, ada keributan di lapangan sekolah, antara seorang guru dengan seorang siswa dan orang tuanya, Ruli merasa penasaran dan menghampiri kerumunan tersebut, begitu pula dengan para murit dan guru lainnya, karena ini terjadi ketika waktu istirahat, Ruli mendorong dan menepis orang-orang agar dia bisa masuk kedalam kerumunan, dan disana sedang terjadi perdebatan. Seorang bapak guru berkata,

"Lihat anak anda, dia adalah anak yang nakal dan bodoh disekolah, kami mengeluarkannya karena dia tidak pantas disekolah ini, Harusnya anda sebagai orang tua lah yang bertanggung jawab atas kegagalan anak anda, kami hanya pengajar bukan panti asuhan,kenapa malah anda yang datang dan marah marah ke sekolah ini?"

Mendengar perkataan guru itu, orang tua siswa pun membentak dan melawan.

"Apa maksut anda begini? anda mengatakan kalau saya orang tua yang tidak becus mendidik anak hahhh? lancang sekali anda, saya adalah reporter saya akan melaporkan anda dan sekolah ini karena tidak becus dalam menjalankan tugas mendidik anak, cihh... padahal dibayar mahal-mahal tapi tidak becus!..." ujar ibu dari siswa itu dengan nada sinis.

Karena merasa malu dan bersalah, si Siswa pun melerai mereka dan memegang tangan ibunya, berusaha meminta agar mereka pulang saja, namun karena kekesalan ibunya, ibunya malah balik mencacinya.

"Dasar anak memalukan, membuat orang tua malu saja, lihat perbuatanmu! apa kamu ngak sadar berapa uang yang harus mama keluarkan buat sekolah dan les privat kamu?.." Bentak emak-emak cerewet itu.

Tapi si siswa tetap memaksa agar ibunya pergi pulang saja, semakin ibunya merasa jengkel diapun mengayunkan tangannya untuk menampar anaknya yang telah mempermalukannya, namun tiba-tiba seorang pria tinggi menangkap tangannya sambil membentak.

"Dasar orang dewasa menyedihkan, kau pikir dengan begini anakmu akan berubah? kau pikir dengan begini dia akan senang dan terlihat keren? dasar sialan mengertilah perasaan anak sekolah! mereka itu sensitif dan mudah terluka!" bentak pria itu, dan kita sudah tau kalau pria itu adalah guru bodoh kita, Ruli.

"Kau juga guru sialan! guru sepertimu lah yang membuat anak-anak membenci sekolah, kau selalu mengatakan mereka bodoh, sampah, dan tidak berguna, sehingga mereka percaya akan apa yang kau katakan dan mereka kehilangan kepercayaan diri mereka. Guru sepertimu tidak bantas disebut sebagai guru, guru harus bisa menjadi teman dan sahabat bagi para muritnya."

Bentak Ruli kearah guru tersebut sambil mengangkat kerah baju guru itu dengan tangan kirinya seperti ingin memukulnya, hal ini membuat semua orang terdiam. Dan dari kejauhan kepala sekolah mengamati keadaan dan menahan agar guru lain tidak perlu ikut campur akan masalah dilapangan.

Setelah itu Ruli menarik tangan siswa tadi dan merangkulnya berdiri, lalu dia berkata,

"Ayo kawan! jika guru dan orangtuamu tidak menerimamu, datang saja kepadaku, aku siap jadi temanmu," ucap dia sambil tersenyum hangat lalu membawa si anak ke arah kantin sekolah, dan meninggalkan kerumunan, si guru dan orang tua siswa pun merasa malu lalu pergi meninggalkan lapangan dengan terburu-buru.

***

avataravatar
Next chapter