webnovel

Pelaku Lainnya

Ardan masih diam dan membisu sambil menatap jasad Maudy yang masih terbujur kaku di kamar mayat. Tidak ada kedipan atau pun guratan kesedihan ditunjukkan Ardan. Begitu pun saat perawat menyerahkan barang-barang terakhir yang masih bisa dilepaskan dari jasad Maudy termasuk cincin kawin yang hampir tiga tahun ini melingkar di jari manisnya.

"Tuan," panggil perawat itu sekali lagi. Ardan masih tidak merespon dan mengacuhkan panggilan perawat itu. Matanya tidak berkedip menatap jasad Maudy yang kini sudah tertutup kain putih. Perawat itu memilih meletakkan barang-barang Maudy di dekat Ardan dan ia memutuskan meninggalkan Ardan sendirian.

Saat pintu tertutup barulah Ardan menunjukkan reaksinya. Ardan menutup mata tajamnya yang mulai memerah dan setitik airmata jatuh membasahi pipinya. Rahangnya mengeras dan dadanya sesak melihat wanita yang sangat ia cintai terbaring dengan kondisi mengenaskan.Sejak berpisah dari ibu kandungnya baru dua kali Ardan menangis. Pertama saat Ardan harus berpisah dari ibu kandungnya dan kedua hari ini.

Tidak pernah sekali pun Ardan membayangkan hari ini ia bisa menerima dua berita sekaligus. Tadi siang ia menerima berita bahagia tentang kehamilan Maudy dan di hari yang sama ia mendapat berita duka tentang kematian Maudy.

Cukup lama Ardan menutup matanya dan setelah puas menangis Ardan kembali membuka matanya dan ia menghampiri ranjang besi tempat jasad Maudy terbaring kaku. Ardan membuka kain putih yang menutup jasad Maudy.

"Ini tidak lucu," ujarnya pelan dan lirih sambil menyentuh pipi Maudy yang mulai dingin.

"Ini tidak lucu. Bangun dan beritahu aku kalau ini semua hanya jebakan," ujarnya lagi. Awalnya Ardan menepuk pelan pipi Maudy tapi saat jasad itu tidak menunjukkan reaksi Ardan semakin keras memukul pipi Maudy.

"Aku paling benci kejutan yang tidak lucu seperti ini, kamu tahu itu."

"Bangun dan beritahu semua orang kalau kamu masih hidup dan bernapas." Suara Ardan yang biasanya tegas mulai bergetar. Ketika akhirnya Ardan sadar ini bukan lelucon atau pun jebakan, airmatanya kembali tumpah dan membasahi wajahnya. Ardan yang arogan, dingin, kejam, dan tidak punya perasaan hancur saat melihat wanita yang sangat ia cintai tidak akan pernah membalas saat ia bertanya.

Tidak akan pernah ada lagi senyum indah saat Maudy memberikan ciuman selamat pagi. Tidak akan pernah ada lagi menu sarapan khas buatan Maudy yang sangat Ardan sukai dan tidak akan pernah ada darah daging dan keturunan terakhir keluarga Mahesa. Klan keluarga Mahesa berakhir di tangannya.

Semua hancur bersamaan dengan kematian Maudy. Ardan kehilangan Maudy dan juga satu-satunya pewaris keluarga Mahesa. Tindakan vasektomi yang ia lakukan menutup jalan bagi Ardan memiliki keturunan sendiri.

Ardan menutup kembali kain putih itu dan menghapus airmatanya. Ardan berjanji ini terakhir kalinya ia jatuh cinta dan mencintai wanita dengan sepenuh hati. Sudah cukup dua kali ia merasa kehilangan orang yang sangat ia sayangi dan cintai sepenuh hati.

Dalam hatinya Ardan berjanji akan mencari tahu apa penyebab kematian Maudy dan jika sampai kematian Maudy terjadi akibat keteledoran seseorang ia berjanji akan membalas setiap tetes airmata yang jatuh dengan darah.

"Awwww," Sekar meletakkan pisau yang mengiris jarinya. Hatinya sedikit tidak enak sejak percakapan terakhirnya dengan Aditya.

"Sekar Sekar bisa-bisanya kamu mengiris jari sendiri." Sekar memaki dirinya sendiri yang teledor dan menyebabkan jarinya terluka. Sekar membuka laci dan mengeluarkan hansaplast untuk menutup luka di jarinya.

"Mudah-mudahan Mas Aditya tidak kenapa-napa," doa Sekar sebelum melanjutkan kegiatan masaknya. Rencananya besok Sekar akan mengunjungi rumah keluarga Aditya di kota tak jauh dari desa yang mereka diami untuk mencoba memperbaiki hubungan Aditya dengan keluarganya.

"Selesaiiiii sudah, semoga mereka menyukai masakanku ini. Tidak percuma dulu aku belajar masak dengan Mas Pas …," senyum Sekar langsung hilang begitu mengingat nama Pasha. Sudah tiga tahun ini Sekar menghilang dari kehidupan Pasha.

"Ah, kenapa aku malah kepikiran Mas Pasha lagi. Semua sudah berakhir dan sekarang aku ini istrinya Mas Aditya." Sekar menggelengkan kepalanya dan menyusun makanan yang tadi ia persiapkan untuk keluarga Aditya.

Sore harinya

"Semangat Sekar!" ujar Sekar menenangkan dirinya sendiri saat melihat rumah keluarga Aditya yang terakhir kali ia datangi saat mereka baru saja menikah. Rumah yang cukup mewah dan dihiasi pepohonan yang cukup tinggi. Sekar tidak terlalu tahu berapa anggota keluarga Aditya. Aditya hanya memberitahunya jika ia hanya memiliki satu saudara laki-laki yang merantau ke Jakarta.

Sekar menarik napas dalam-dalam sebelum memberanikan diri untuk menekan bell pintu. Apa pun tanggapan dan reaksi keluarga Aditya setelah kedatangannya akan ia terima dengan lapang dada. Keluarga mana yang mau menerima menantu korban perkosaan seperti dirinya, keluarga mana yang mau menerima wanita tanpa asal usul yang jelas menjadi pendamping anak mereka. Sampai detik ini Sekar sama sekali tidak membenci keluarga Aditya yang dulu merendahkan dan menghinanya sedemikian rupa.

Ting tong ting tong

Cukup lama Sekar berdiri di depan gerbang rumah Aditya. Beberapa kali Sekar mencoba mengintip melalui celah pagar tapi sepertinya rumah ini kosong tanpa penghuni.

"Jangan-jangan semua penghuni rumah ini lagi pergi. Lebih baik aku coba sekali lagi dan kalau memang nggak ada orang, mau nggak mau makanan ini terpaksa aku bawa pulang lagi," ujarnya sedikit kecewa.

Ting tong ting tong

"Sebentar," Sekar langsung girang mendengar jawaban dari dalam rumah. Tak lama gerbang terbuka dan Sekar melihat pembantu keluarga Aditya berdiri sambil memandangnya.

"Maaf Mbak, ibu atau bapak ada?" tanya Sekar ramah.

"Ibu lagi nggak ada di rumah Mbak," jawab pembantu itu.

"Oh gitu ya. Ya sudah kalau ibu atau bapak pulang tolong kamu beritahu saya datang ya dan makanan ini Mbak makan saja." Sekar menyerahkan rantang berisi makanan yang rencananya akan ia beri untuk orangtua Aditya.

"Tapi Mas Pasha ada kok di dalam."

"Pasha?" Sekar agak kaget mendengar pembantu keluarga Aditya memanggil nama yang hampir tiga tahun ini tidak pernah ia dengar.

"Iya, Mas Pasha. Anak pertamanya ibu dan bapak," ujar pembantu itu lagi.

Sekar mencoba berpikir positif. "Tidak mungkin kakaknya Mas Aditya dan Mas Pasha orang yang sama," ujar Sekar dalam hati.

"Ah nggak usah Mbak. Lain kali saja," tolak Sekar yang merasa tidak enak masuk ke dalam rumah saat ibu dan bapak Aditya sedang tidak berada di rumah. Pembantu itu menerima rantang dari Sekar. Sekar memilih untuk kembali ke desa dan berjanji akan kembali bersama Aditya.

"Siapa Mbak?" pembantu itu langsung menoleh dan melihat anak tertua keluarga majikannya sedang berdiri sambil mengikat tali kimono handuk di pinggangnya. Rambut anak majikannya basa dan tetesan air membasahi lantai rumah majikannya.

"Istri Tuan Aditya Mas," jawab pembantu. Laki-laki itu langsung berlari keluar untuk melihat siapa wanita yang berhasil membuat adik bungsunya rela meninggalkan keluarga dan memilih hidup sederhana.

"Ke mana dia?" tanya anak majikan sambil mencari keberadaan Sekar.

"Sudah pergi Tuan, tadi saya sudah suruh masuk tapi dia nggak mau," jawab pembantu dengan gugup. Anak majikan melirik rantang yang dipegang pembantunya.

"Itu apa?"

"Mbak itu yang kasih ke saya. Kayaknya untuk ibu dan bapak," balasnya sambil meletakkan rantang tadi di meja yang ada di taman dan memperlihatkan isi rantang yang dibawa Sekar tadi. Wajah pembantu bersinar saat melihat beberapa jenis masakan di dalam rantang. Aroma dan bentuk masakan itu sangat menggugah selera pembantu dan anak majikannya.

"Kayaknya enak Mas. Mas mau?" tanya pembantu itu lagi. Anak majikannya mengangguk dan ingin mencoba masakan istri adiknya. Biasanya laki-laki luluh jika perutnya selalu disuguhi makanan enak.

Pembantu lalu masuk ke dalam rumah dan tidak lama keluar sambil membawa beberapa piring dan sendok. Anak majikannya masih duduk menunggu kedatangannya.

"Mas mau yang mana?" tanya pembantu itu lagi.

"Terserah," pembantu pun mengambil olahan rendang daging yang aromanya menggugah selera siapa pun yang menghirupnya. Anak majikan menggigit sedikit dan rasanya sama persis dengan rendang yang dulu pernah dibuat seseorang yang hampir tiga tahun ini ia cari keberadaannya,.

"Mas Pasha, enak?" tanya pembantu dengan antusias sambil membuat gerakan dengan tangannya.

"Kamu tahu siapa nama istri Aditya?" tanya anak majikan yang ternyata Pasha.

"Aduh saya pernah dengar ibu dan bapak bahas tapi saya lupa. Hmmmmm, ah iya saya ingat. Nama istri Mas Aditya kalau nggak salah Sekar Kinanti," jawab pembantu sambil memegang dagunya. Pasha langsung berdiri dari tempatnya duduk dan berlari mencari Sekar yang selama ini dicarinya.

"Shit!" maki Pasha saat tidak menemukan Sekar di sekitar rumahnya. Pasha kembali masuk dan menahan kepergian pembantunya untuk mencari tahu kenapa Sekar bisa menikah dengan Aditya. Selama ini Pasha memang jarang pulang ke rumah orangtuanya dan tidak terlalu tahu kenapa orangtuanya sampai mengusir Aditya.

"Mbak pasti tahu kenapa Aditya bisa menikah dengan wanita itu. tolong ceritakan sedetail-detailnya," pinta Pasha dengan wajah serius. Pembantu itu mengangguk lalu duduk di depan Pasha.

"Kejadiannya dua tahun yang lalu Mas. Waktu itu Mas Aditya datang bersama Mbak Sekar dan Mbak Kayla. Mereka bertiga datang untuk meminta restu ibu dan bapak," ujar pembantu menceritakan awal mula kenapa Aditya bisa menikah dengan Sekar.

"Kayla? Apa hubungan mereka dengan Kayla?" tanya Pasha saat mendengar nama sepupu yang selama ini jarang terdengar kabar diungkit pembantunya.

"Mbak Sekar itu temannya Mbak Kayla. Katanya sih Mbak Kayla yang meminta Mas Aditya menikah dengan Mbak Sekar. Waktu itu ibu dan bapak langsung murka saat Mas Aditya memberitahu kalau dia akan menikah dengan Mbak Sekar,"

"Kenapa murka?" tanya Pasha lagi.

"Aduh saya jadi nggak enak. Saya perempuan Mas jadi paham apa yang dirasakan Mbak Sekar," jawabnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pasha semakin penasaran dan mendesak pembantunya untuk melanjutkan ceritanya.

"Saya dengar Mas Aditya memberitahu ibu dan bapaknya kalau Mbak Sekar dulu pernah diperkosa orang Mas. Sampai sekarang kayaknya nggak ada yang tahu siapa pelakunya. Kalau nggak salah di tempat kerjanya. Mbak Kayla orang yang merawatnya dari rasa trauma akibat kejadian tragis itu. Itu saja sih yang saya dengar saat Mas Aditya menceritakan masa lalu Mbak Sekar ke ibu dan bapak." Mendengar cerita pembantunya Pasha seperti dihimpit batu besar. Dadanya sesak dan kepalanya berdenyut tidak karuan. Tiga tahun Sekar menghilang dan sempat terniat dalam hatinya kalau Sekar sama saja dengan Maudy.

"Diperkosa di tempat kerja? Jangan-jangan menghilangnya Sekar malam itu karena aku memerkosanya tanpa sadar. Ya ampun!" Pasha menggelengkan kepalanya saat teringat malam itu ia mabuk parah dan terbangun dengan kondisi pakaian berantakan.

"Apa mungkin saat itu aku yang melakukannya?" tanya Pasha dalam hatinya. Pasha berlari masuk ke dalam rumah dan ingin mencari keberadaan Sekar untuk memastikan jika benar ia bajingan brengsek yang memerkosa Sekar.

Next chapter