56 Masalah Baru Keluarga Mahesa

Delapan tahun kemudian,

Cicitan burung dan terangnya sinar matahari pagi yang masuk melalui jendela kamar tidak mampu membangunkan Alleia yang masih berkutat dalam mimpi indahnya. Alleia semakin menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan tidur berkelung layaknya janin di dalam rahim.

Bagi Alleia hari minggu menjadi hari pembalasan untuk bisa tidur seharian tanpa ada gangguan dari siapapun bahkan kedua orangtuanya sekalipun dilarang membangunkannya.

And darling I will be loving you 'til we're 70

And baby my heart could still fall as hard at 23

Kecuali satu hal yang bisa membuatnya bangun dari tidur nyenyaknya. Dering ponsel yang khusus dipasangnya untuk Galang, sang pujaan hati. Alleia langsung membuka matanya dan menormalkan suaranya agar tidak terlalu kentara jika dia baru saja bangun.

"Pagi sayang," sapa Alleia dengan ramah. Seolah dirinya sudah bangun tidur dari tadi.

"Pagi juga Alleia, kamu sepertinya baru bangun ya?"

"Aku sudah bangun dari tadi kok kak dan aku sedang yoga seperti biasa," Alleia lalu bangkit dari ranjangnya dan langsung menggelar matras khusus yang selalu dipakainya jika sedang yoga.

"Bagus, anak gadis itu..." Galang mulai dengan ceramah panjang khas miliknya dan Alleia hanya bisa menjawab 'ya kak' atau 'aku ngerti kak...'

"Kak, sudah selesai ceramahnya?" tanya Alleia setelah Galang diam.

"Kamu ini kapan bisa dewasa sih, itu semua demi kebaikan kamu juga kok,"

"Hmmm kalau begitu kakak lamar terus nikahi aku jadi aku bisa belajar untuk jadi dewasa,"

Alleia tersenyum malu membayangkan dirinya menjadi istri Galang, sedangkan Galang tertawa mendengar khayalan Alleia yang terkadang membuatnya geleng-geleng kepala.

"Ya ampun Alleia, umur kamu saja masih delapan belas tahun dan kamu itu masih kecil untuk memikirkan pernikahan,"

Alleia setuju dan mengamini perkataan Galang. Apalagi membayangkan reaksi ayah, ibu serta tiga kakak-kakaknya saja sudah membuat kepala Alleia mau pecah.

"Kak, ingat nggak hari ini tanggal berapa?"

Alleia memilih mengganti topik pembicaraan mereka. Bagi Alleia pacaran dengan Galang lebih dari cukup dan ia tidak mau merusak hubungan yang baru saja ia jalani dengan Galang.

"Tanggal 6 September"

"Happy Anniversary kak... ke-100 hari.. wah ternyata kita udah jadian selama itu ya,"

Galang tertawa mendengar suara riang Alleia, pacaran dengan gadis belia membuat jiwa mudanya kembali seperti dulu. Bagi Galang kehadiran Alleia dalam hidupnya membuatnya semakin terpacu untuk sukses seperti panutannya dan membuktikan jika ia memang pantas untuk Alleia.

"Nanti kita sambung lagi ya. Nyonya sepertinya memanggil kakak,"

"Ishhh, ya sudah deh love you kak dan jangan nakal,"

Alleia mencium layar ponselnya dan memandang foto Galang yang kini menjadi wallpaper ponselnya. Jatuh cinta dengan Galang jauh dari ekspektasinya selama ini, Galang jauh dari kriteria yang Alleia idamkan sebagai pacar meski Galang mempunyai wajah tidak kalah ganteng dari teman-teman sekolahnya. Sifat Galang yang tenang membuat nilai Galang bertambah 100 kali lipat di mata Alleia. Sangat jarang di zaman sekarang ada laki-laki dewasa bisa tahan dengan godaan gadis belia seperti Alleia tapi Galang bisa dan mampu mengubah kebiasaan Alleia akan dunia malam meski kebiasaannya untuk shopping belum bisa diubahnya.

Gaul

Humoris

Seumuran

Dan yang paling penting bisa mengabulkan apapun yang dia inginkan.

Keempat syarat kriteria harus dan wajib bagi laki-laki yang mau menjadi pacar Alleia, tapi semua itu kriteria itu hilang saat Alleia bertemu Galang yang punya sifat dan kriteria bertolak belakang.

Gaul? Galang sama sekali tidak gaul bahkan cenderung kuno sama seperti pamannya.

Humoris? Galang lebih suka diam dan membalas ala kadarnya saat Alleia mencoba membuat lelucon meski lucu sekalipun.

Seumuran? Wah ini lebih tidak tepat untuk disandangkan kepada diri Galang. Alleia berumur delapan belas tahun sedangkan Galang berumur sepuluh tahun lebih tua dari Alleia.

Dan untuk kriteria terakhir, mungkin selama mereka pacaran bisa dibilang Alleia sama sekali tidak pernah meminta dan menuntut apapun dari Galang. Karena Alleia tahu Galang bukan tipe laki-laki yang mau menghamburkan duitnya untuk hal-hal tidak jelas.

Meski semua kriteria tidak ada di diri Galang, Alleia sama sekali tidak peduli asal Galang mencintainya dan ia mencintai Galang.

Lamunan Alleia tentang Galang buyar saat mendengar suara pintu diketok. Alleia lalu bangkit dari matras yoga dan membuka pintu. Alleia melihat ibu dan kakak perempuannya sudah rapi sedangkan ia masih menggunakan baju tidur hello kitty kesayangannya.

"Loh kamu kok belum mandi?" tanya Sekar.

"Lah ibu dan kak Yana mau ke mana?" Alleia malah balik bertanya.

"Ke airport jemput kak Galih dan kak Biyandra," balas Sekar. Alleia langsung memukul jidatnya dan lupa kalau hari ini dua kakak laki-lakinya baru pulang dari Amerika.

"Ya ampun! Wait a minute, sepuluh menit Alleia selesai kok," Alleia langsung menyambar handuk dan langsung masuk ke kamar mandi. Sekar dan Yana hanya bisa tertawa melihat tingkah anak dan adik bungsu mereka yang selalu lupa tentang apapun selain kesenangannya.

"Ayah nggak ikut Bu?" tanya Yana. Sekar merapikan anak rambut di pipi Yana dan menggelengkan kepalanya.

"Biasa, ayah kamu selalu sibuk apalagi mau diadakan rapat pemegang saham," jawab Sekar. Sekar melirik jam di tangannya. Beberapa jam lagi ia bisa memeluk dan mencium dua anak laki-laki yang sudah delapan tahun jarang ia temui. Ardan selalu melarangnya mengunjungi Galih dan Dani begitupun sebaliknya Galih dan Daniel pun jarang pulang.

Yana melihat wajah antusias ibunya saat membahas kepulangan dua adiknya. Mungkin hanya Yana di kelurga Mahesa yang menunjukkan reaksi berbeda.

"Seharusnya mereka tidak kembali secepat ini, seharusnya Galih pulang setelah aku menikah dengan Mas Danu," bertahun-tahun Yana memendam rasa yang tumbuh begitu saja ke Galih. Bahkan Yana rela menerima tawaran ibunya untuk menikah dengan Danu. Yana memutuskan menikah dengan Danu agar bisa melupakan Galih dan sayangnya rasa itu bisa kembali muncul lagi jika ia bertemu Galih setelah delapan tahun mereka hidup terpisah.

"Yana," panggilan Sekar membuyarkan lamunan Sekar. Yana sedikit salah tingkah dan takut ibunya tahu apa yang sedang ia pikirkan.

"Coba panggil Alleia," ujar Sekar memberi perintah. Yana mengangguk dan kembali ke kamar Alleia.

"Alle, belum selesai juga?" tanya Yana dari balik pintu.

"Iya lagi pakai baju kak, sabar" jawab Alleia.

And darling I will be loving you 'til we're 70

And baby my heart could still fall as hard at 23

Alleia tak berhenti menyanyikan lagu kesukaannya, setiap menyanyikan lagu itu Alleia selalu teringat saat Galang menyatakan perasaannya menggunakan lagu itu sehari setelah Alleia dinyatakan lulus SMA.

Alleia memilih baju sedikit tertutup karena Galang sangat tidak suka jika Alleia memakai baju sedikit terbuka. Alleia bahkan tidak merias dirinya dan hanya memoleskan lipbalm ke bibir mungilnya.

"Sudah," Alleia memeriksa sekali lagi penampilannya melalui cermin besar di kamarnya.

"Perfect," Alleia memasang jaket dan kacamata hitamnya. Rambut panjangnya diikat dan setelah yakin semuanya sudah siap barulah Alleia keluar.

"Mau ke mana neng? Cantik amat," sindir Yana. Alleia mengaitkan lengannya dan menyandarkan kepalanya di bahu Yana.

"Jemput dua kakak gantengku dong. Kak Yana juga cantik, sengaja ya biar kak Galih pangling," Yana langsung menghentikan langkahnya dan melihat wajah Alleia dengan mimik takut.

Alleia tersenyum dan mendekati telinga Yana, "Jangan takut ... aku sudah tahu kok kalau kakak suka kan sama kak Galih?"

"Kamu tahu darimana?" tanya Yana.

"Hmmmm ada deh ... aku cuma bisa bilang kalau kakak suka sama kak Galih batalkan pernikahan kakak dengan Mas Danu," ujar Alleia. Yana tertawa dan memukul tangan Alleia pelan.

"Ah nggak kok ... mana mungkin kakak suka sama adik sendiri. Ngawur kamu dan pernikahan kakak itu minggu depan. Mau letak di mana muka ini kalau sampai batal. Pokoknya kamu jangan sembarangan ngomong di depan ayah atau ibu. Awas loh kak Yana bisa marah kalau kamu masih asal," ancam Yana. Alleia hanya bisa membuang napasnya dan berharap Yana mau memperjuangkan hatinya.

"Selamat pagi Non Yana dan Non Alleia," senyum Alleia langsung buyar saat mendengar sapaan yang paling ia benci jika keluar dari mulut pengawal pribadinya.

"Pagi, ibu sudah di mobil?" tanya Yana.

"Sudah," pengawal itu membukakan pintu. Yana melewati pengawal itu terlebih dahulu barulah Alleia yang sengaja menginjak kaki pengawalnya dengan sepatu kets-nya.

"Syukurin! Siapa suruh panggil Non Non dikiranya aku orang belanda apa! Ih kak Galang nyebelin!" maki Alleia dalam hati.

"Galang," panggil Sekar. Alleia langsung melepaskan injakan di kaki pengawal yang ternyata Galang dan membiarkan Galang mendekati ibunya.

"Iya Nyonya,"

"Paman, Bibi, dan Bintang kapan kembali dari Bandung?" tanya Sekar.

"Lusa Nyonya,"

"Baiklah, saya merindukan mereka. Seharusnya mereka tidak memikirkan lagi keputusan untuk pensiun dini. Kami masih membutuhkan mereka," Sekar sedikit kecewa saat Arjuna memutuskan pensiun dan menyerahkan tanggung jawabnya menjaga keluarga Mahesa ke tangan Galang, anak dari sepupu Arjuna yang sudah sepuluh tahun ini tinggal bersama Arjuna.

"Paman ingin menikmati masa tuanya Nyonya," jawab Galang singkat. Sekar menghela napas, ia pun ingin menikmati masa tuanya bersama Ardan dan empat anaknya tapi apa daya Ardan masih gila kerja sedangkan empat anaknya punya kesibukan masing-masing.

"Kapan ya ayah kalian mau mengalah dan berhenti kerja," tanya Sekar sedih.

"Segera, setelah ayah bisa mempercayai Galih dan Biyandra untuk menggantikan posisi ayah," Sekar kaget melihat Ardan berdiri di depannya.

"Ayahhhhhhhh," teriak Yana dan Alleia secara bersamaan. Sangat jarang mereka bisa melihat Ardan di rumah sepagi ini. Alleia langsung memeluk Ardan. Ardan mencium pucuk kepala Alleia sebelum mendekati Sekar dan menyuruh Galang melajukan mobil menuju airport untuk menjemput Galih dan Daniel.

"Katanya nggak bisa ikut," sindir Sekar.

"Aku merindukan anak-anak nakal itu. Seharusnya mereka sudah hidup rukun setelah berpisah cukup lama dengan keluarga," balas Ardan.

"Ciyeee katanya nggak sayang sama kak Galih dan kak Biyandra," ejek Alleia.

avataravatar
Next chapter