webnovel

Email Yang Hilang

"Wanita itu menyebalkan dan sok jual mahal," gerutu Ardan. Arjuna mengangguk setuju dengan ucapan Ardan.

"Saya setuju Tuan. Mereka terlalu menganggap remeh kaum laki-laki, seharusnya mereka bisa peka kalau semua perhatian yang kita tunjukkan itu karena kita sayang dan suka sama mereka bukan hanya sekedar modus belaka," balas Arjuna. Ardan mengernyitkan keningnya dan melihat wajah Arjuna yang beberapa hari ini berubah lebih berwarna.

Ardan lalu mendekati Arjuna dan meletakkan tangannya di bahu kanan Arjuna, "Sepertinya saya mengendus bau-bau aneh. Selama ini kamu paling anti membahas wanita tapi hari ini kamu curhat tentang wanita. Hmmm saya mencium aroma busuk di sini," tebak Ardan. Arjuna tertawa dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Laki-laki seperti kita berdua kalau sudah suka sama satu wanita terkadang bersikap aneh ya Tuan. Melakukan hal yang tidak pernah sekalipun terpikirkan di benak kita." Ardan mengangguk setuju dan kembali ke meja kerjanya. Tindakannya berbeda dengan apa yang hatinya perintahkan. Otaknya ingin membuat Sekar kacau tapi hatinya tidak tega dan lagi-lagi Ardan akhirnya pasrah dan lebih memilih hatinya dibanding otaknya.

"Oh iya, sekretaris Tuan mengirim email tentang laporan keuangan bulan ini." Ardan menghidupkan laptopnya dan berencana melanjutkan niatnya membuka email dari Renata sebelum acara makan malamnya dengan Sekar.

"Tuan mau kopi?" tanya Arjuna.

"Tidak, malam ini saya mau tidur lebih cepat. Seharian ini saya sudah banyak mengeluarkan amarah dan emosi gara-gara Nyonya kamu," balas Ardan. Arjuna tertawa pelan dan meninggalkan Ardan sendirian di ruang kerjanya. Ardan mulai membuka emailnya dan membaca laporan keuangan yang dikirim sekretarisnya. Ada beberapa transaksi tidak jelas atas nama Tuan Felix dan jumlahnya cukup fantastis. Ardan geram dan tidak sabar ingin minta penjelasan langsung kenapa dana sebanyak ini bisa keluar tanpa seizinnya.

Cukup lama Ardan berkutat dengan laporan keuangan dan ia pun melanjutkan dengan mencari email yang dikirim Renata.

"Loh kenapa emailnya nggak ada ya," Ardan mengutak atik emailnya dan anehnya semua email Renata hilang tak berbekas, sedangkan seingatnya terakhir kali ia ingin buka email-email itu masih ada.

Ardan semakin penasaran dan memanggil Arjuna untuk bertanya tentang emailnya. Ardan membuka pintu ruang kerjanya dan memanggil Arjuna untuk kembali ke ruang kerjanya.

"Ada apa Tuan?" tanya Arjuna.

"Kamu pernah utak atik email saya?" tanya Ardan.

Arjuna melirik ke arah laptop Ardan dan menggeleng pelan, "Tidak Tuan, saya sama sekali tidak pernah mengotak atik email Tuan. Ada apa Tuan?" tanya Arjuna penasaran. Ardan membuang napasnya dan menggeleng pelan.

"Beberapa email hilang dan rasanya terakhir kali saya buka email-email itu masih ada," jawab Ardan. Arjuna mengerutkan keningnya, ada yang aneh dan menggelitik rasa ingin tahunya.

"Email dari siapa Tuan?"

"Mbak Renata,"

"Ibu Renata? Boleh saya cek? Siapa tahu email-email yang hilang itu bisa dipulihkan. Saya ada teman yang mengerti hal itu dan email-email itu bisa kembali," tawar Arjuna. Ardan menggeleng pelan dan membiarkan saja email-email itu.

"Tidak perlu, mungkin hanya email tentang pekerjaan karena biasanya Mbak Renata akan memberi tahu langsung kalau ada masalah pribadi bukan melalui email," jawab Ardan.

Tanpa mereka sadari Nimas berdiri sambil menguping pembicaraan mereka. Nimas bersyukur Ardan tidak memulihkan emailnya. Andai Nimas tidak iseng meminjam laptop Ardan beberapa hari yang lalu mungkin semua rahasia Maudy akan terbongkar termasuk tentang Ardan pernah memerkosa Sekar dan Maudy punya andil dalam tragedi itu. Itu juga menjadi alasan kenapa Nimas mulai bisa menerima kalau sejak awal Sekar dan Ardan memang sudah ditakdirkan bersama.

Untungnya sebelum menghapus email itu Nimas sengaja menyimpan rekaman suara itu untuk berjaga-jaga sebagai bukti kalau ternyata banyak pihak yang menginginkan harta Ardan. Nimas berhenti menguping dan kembali ke kamar untuk menyimpan bukti itu di tempat yang aman.

"Ya sudah, minggu depan saya akan kembali ke kantor dan hal pertama yang harus kita lakukan adalah menjebloskan Paman Felix ke dalam penjara. Manusia tamak itu sudah menghabiskan uang perusahaan seenaknya," Ardan meremas kertas berisi laporan korupsi Paman Felix.

"Tuan, mungkin Tuan akan marah setelah saya mengatakan ini. Sebaiknya Tuan jangan gegabah, sekarang Tuan punya Nyonya dan Nona Alleia. Tuan Felix itu licik dan bisa melakukan hal-hal melawan hukum supaya posisinya aman."

"Kamu benar, keselamatan Sekar dan Alleia lebih penting dari apa pun. Saya bisa mati jika sesuatu hal menimpa mereka. Ya sudah saya akan menunda kemunculan saya dan lebih baik kita mencari bukti lebih banyak untuk menjebloskan manusia tamak itu ke penjara," Ardan lalu menutup laptopnya dan meninggalkan ruang kerjanya untuk melihat apakah Sekar sudah siap untuk acara makan malam mereka.

Setelah Ardan pergi barulah Arjuna teringat kalau beberapa hari yang lalu tanpa sengaja ia melihat Nimas sedang memegang laptop Ardan. Arjuna mengeluarkan ponselnya dan mengirim sebuah SMS ke nomor temannya.

Arjuna : Gue punya tugas untuk lo kerjakan salam waktu singkat.

Tak lama sebuh SMS balasan muncul di layar ponsel Arjuna.

Gio : Tugas apa, bro

Arjuna : Memulihkan email yang sudah terhapus, bisa?

Gio : Wah tugas yang sulit bro tapi gue akan usahakan.

Arjuna menyimpan kembali ponselnya dan penasaran apa isi email Renata sampai Nimas kemungkinan besar sengaja menghapusnya agar Ardan tidak sampai tahu tentang isi email itu.

"Apakah ini ada hubungannya dengan Nyonya Maudy?" tanya Arjuna dalam hati.

Ardan sengaja tidak mengetuk dulu sebelum masuk ke kamar dan tanpa sengaja Ardan melihat Sekar sedang mengangkat kedua tangannya untuk melepaskan kaos yang dipakainya. Ardan terpaku dan menatap tubuh setengah telanjang Sekar tanpa berkedip. Setelah kaos itu lolos dari kepalanya barulah Sekar sadar kalau Ardan sedang berdiri sambil menatapnya. Sekar melihat ke arah tubuhnya yang hanya memakai bra tanpa kain penutup.

Sekar langsung berteriak dan mengambil kaos yang tadi ia buang ke lantai. Ardan salah tingkah dan ia membuang napas agar tidak semakin salah tingkah.

 "Kamu sengaja ya masuk tanpa ketuk pintu dulu," omel Sekar sambil bergegas memasang kimono handuknya.

"Nggak usah lebay, aku masuk untuk bertanya apakah kamu sudah selesai. Bukan untuk mengintip tubuh kamu. Hanya laki-laki bodoh yang bernafsu setelah melihat wanita berlemak seperti kamu,"

"Mulutnya selalu kejam," Sekar memegang perutnya yang masih sedikit berisi sejak melahirkan Alleia, Ardan memutar tubuhnya dan berjalan menuju lemari pakaian Sekar. Ia membuang napas dan berusaha menormalkan detak jantungnya yang semakin menggila.

"Sialllll, walau tubuhnya berisi tapi aku semakin ingin memilikinya. Aku memang laki-laki bodoh!" maki Ardan dalam hati.

Ardan lalu membuka lemari dan mulai memilih gaun yang cocok dikenakan Sekar. Gaun pertama berwarna hitam, bertali kecil, dan belahan dadanya terlalu rendah. Ardan membuang gaun itu ke dalam tong sampah.

"Kenapa dibuang?"

"Menjijikkan," balas Ardan singkat dan mengeluarkan gaun kedua. Gaun toska dan lebih sopan dibandingkan gaun pertama tapi Ardan tidak suka karena warnanya tidak sesuai dengan pakaian yang akan ia kenakan.

"Lama ya,"

"Berisik! Tunggu sebentar," Ardan mengeluarkan gaun pilihannya.

Sekar teringat kalau di bagian bawah terdapat barang-barang pribadinya dan ia bergegas mendekati Ardan, "Kamu sengaja ya, sejak kapan sih kamu jadi maniak seperti ini?" tanya Sekar dengan kesal sambil menutup lemari.

"Penting mengagumi pakaian dalam kamu?" balas Ardan sambil melewati Sekar dan meletakkan gaun tadi di atas ranjang.

"Ardan!"

"Berisik! Aku capek dengar teriakan kamu setiap hari. Jadi lebih baik kamu pakai gaun ini dan setelah itu kita pergi dinner, aku sudah persiapkan semuanya dan aku tidak mau menyia-nyiakan apa yang sudah aku bayar dengan mendengar penolakan dari kamu lagi," balas Ardan sambil duduk di sofa dan menghidupkan layar televisi.

"Ya Tuhan! Berilah aku kesabaran extra untuk menghadapi semua keegoisannya," rutuk Sekar dalam hati. Posisinya sekarang tersudut dan tidak bisa menolak keinginan sepihak Ardan. Ia capek bertengkar dan mengikuti apa pun keinginan Ardan adalah pilihan terbaik saat ini.

Sekar mengambil gaun yang terletak di atas ranjang dengan kasar dan membawanya ke dalam kamar mandi. Setelah kepergian Sekar barulah Ardan membuang napasnya dan memijit kepalanya yang ikut berdenyut.

"Kenapa aku bisa jatuh cinta ke wanita keras kepala dan sok jual mahal seperti dia, semua ini sangat menyesakan dan bikin sakit kepala," gerutu Ardan sambil mengganti channel televisi dan menunggu Sekar selesai dengan dandanannya.

Lima belas menit kemudian barulah Sekar keluar memakai gaun mini berwarna pink muda. Gaun itu sangat sederhana tapi pas saat sudah melekat di tubuh Sekar. Sekar melewati Ardan yang tidak berhenti menatapnya tanpa berkedip. Sekar lalu duduk di depan meja rias lalu memoleskan make up minimalis dan lipstick berwarna senada dengan bajunya.

"Sudah? Kenapa untuk memoleskan make up saja butuh waktu berjam-jam. Buang-buang waktu saja," oceh Ardan sambil melirik jam yang ada di tangannya. Waktu kian mepet dan Ardan tidak sabar membawa Sekar untuk dinner di restoran yang sudah Ardan pilih.

"Berisik!" kali ini Sekar membalas ucapan Ardan. Sekar mendekati Ardan dan mengaitkan lengannya di lengan Ardan sebelum mereka keluar dan meninggalkan Alleia untuk diasuh Nimas dan Arjuna.

"Nyonya dan Tuan sangat cocok," ujar Arjuna setelah kepergian Ardan dan Sekar.

"Iya mereka sangat cocok, Juna ..."

"Hmmm,"

"Ada yang perlu lo tahu tentang Mas Ardan dan Mbak Sekar," ujar Nimas. Arjuna mengernyitkan keningnya dan berusaha membaca raut muka Nimas yang tegang dan gugup.

"Tentang apa?" tanya Arjuna penasaran. Lidah Nimas sulit untuk memberi tahu Ardan tapi ia tidak sanggup menyimpan rahasia itu sendirian. Untuk itu Nimas memutuskan memberi tahu Arjuna tentang masa lalu antara Sekar, Ardan, dan Maudy.

"Tiga tahun yang lalu Mas Ardan pernah memerkosa Mbak Sekar," ujar Nimas langsung. Arjuna langsung melotot dan cukup kaget mendengar rahasia yang disimpan Nimas.

"Ini tidak lucu Nimas,"

"Gue serius. Gue juga baru tahu setelah ... setelah ..."

"Kamu pelaku yang menghapus email Ibu Renata?" tebak Arjuna.

Next chapter