webnovel

HE DOESN’T CARE [part 1]

Happy reading guys 😄😄😄😄

--------------------

Guncangan pada tubuh Gea akibat berada terlalu lama dalam petak persegi berjalan akhirnya berhenti. Mobil yang mereka tumpangi terpakir sempurna dalam pelataran kosong dekat apartemen milik gadis itu. Penghuninya keluar dan berjalan menuju kamar yang Gea tempati.

Gea mengobrak-abrik tasnya mencari kunci. Karena kunci otomatis hologram yang berada di sisi kanan dekat engsel pintu sandinya tetap tak mau terbuka. Sepertinya Digo telah merubah kata kuncinya. Karena apartemen ini dibelikan langsung oleh lelaki itu dan Gea akan mencicilnya setiap bulan dengan potong gaji.

Setelah Gea mendapati kunci itu dia memasukannya ke dalam lubang kecil yang ada di pinggir sebelah kanan. KREK. Pintu terbuka dan masih menampilkan pemandangan yang sama seperti terakhir kali dia melihatnya.

Gea mempersilakan Devan untuk duduk di salah satu sofa. Devan meraih remote tv dan menyalakannya. Devan memilih saluran luar yang menampilkan lawak komedi lalu ada tawa khas yang mengikuti. Suara-suara aneh yang keluar dari tv itulah yang mengisi kekosongan ruangan tamu itu.

"Dev, mau aku bikinin teh atau mungkin jus?" Tanya Gea melihat Devan yang tengah asyik menonton sambil tertawa terbahak-bahak.

Devan menatap Gea sekilas dan kembali beralih pada tontonannya. "Gak usah."

"Kalau mau cemilan ambil aja di kulkas. Kalau tidak salah masih ada beberapa chips dan cola. Kalau kamu mau makan makanan berat, maaf. Aku belum minat masak."

Devan hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.

"So asyik banget sih, sok sokan nonton film. Bukannya pulang," sungut Gea sambil memasuki kamarnya.

Gea melangkahkan kakinya memasuki kamarnya lagi. Ada rasa takut yang menghinggapi saat dia kembali ke sini. Gea melemparkan tas selempangnya−pembelian Devan tadi−ke atas kasurnya. Buru-buru dia mengecek hp nya yang berada di atas nakas dekat pinggiran temat tidur.

29 Calls from Kiandra

67 Calls from My Lovely Husband

37 Message from Kiandra

21 message from My Lovely Husband.

Tara add you to join group "CUNGPRET ABABIL"

Dia berdecak saat menatapi notifikasi ponselnya yang terlalu membludak. Dia hanya pergi beberapa hari dan lupa membawa ponsel lalu ada banyak sekali pemberitahuan dari orang-orang yang mengkhawtirkannya. Tak mau ambil pusing Gea mengklik nama Kiandra di whatssap nya.

-Kamu di mana Geisha?

-Katanya mau pergi sebentar dan pagi balik

-Kenapa masih belum pulang

-Apakah membantu menyelesaikan pekerjaan orang lain harus berhari-hari

-Kakak izin pergi dulu

Dan ada banyak pesan lagi dari Kiandra. Gea hanya geleng-geleng kepala melihat sifat keibuan kakaknya yang tidak pernah berubah. Gea harus bersyukur, setidaknya dia masih mempunyai anggota keluarga yang akan menghiburnya kala dia sedih. Dan Kiandra masih menerimanya walau dia telah banyak berbuat salah. Sedangkan Rasty.

Mengapa nama Rasty yang memenuhi pikirannya?

Gea menanggalkan setiap pakaiannya dan berjalan ke kamar mandi. Rasanya sudah lengket sekali tubuhnya karena tidak bersentuhan dengan air berhari-hari. Saat kakinya menapak lantai kamar mandi yang dingin, saat itulah dia mengingat kembali kejadian percobaan bunuh dirinya beberapa hari yang lalu. Memori itu terekam jelas dalam benaknya. Saat dia memejamkan matanya, saat air itu memenuhi ringga parunya, saat dia sedikit demi sedikit kehilangan kesadarannya.

"AAHHHHHHH" dia menjerit sembari memegangi kepalanya yang terasa pening.

Tubuhnya yang mendadak lemas ambruk dalam sekali hantam.

"Kau tidak apa-apa?" Devan dari ambang pintu berteriak.

Devan mendapati Gea yang masih menunduk sambil memegangi kepalanya. Air mata gadis itu merembes deras. Tangisnya meraung-raung tanda dia begitu trauma. Devan yang tak tahu harus melakukan apa akhirnya menggendong tubuh Gea dan mendudukannya kembali ke kasur.

"Kenapa kau nekad tak mau memberitahuku jika kau ingin mandi?" Devan bertanya dengan marah. Dirinya sedikit tersulut emosi melihat keadaan Gea yang seperti ini. Gadis itu begitu rapuh. Hanya bertahtakan air mata.

"Aku. Aku tak tahu jika kejadiannya akan seperti ini." Jawab Gea disela isakannya.

"Kamu bisa memanggilku Ge," Devan menjambak rambutnya frustasi. Tak habis pikir dengan prilaku Gea.

"Tapi aku ingin mandi. Beberapa hari ini aku belum mandi dan rasanya sungguh tidak enak." Bantah Gea. Devan menatapnya tajam.

"Maaf," Kalimat penyesalan itu akhirnya keluar.

Amarah Devan yang tadi melambung tinggi akhirnya luruh kembali. Gea selalu bisa memporak-porandakan pertahannya. Seperti gadis itu memiliki kekuatan mistis dan magis yang hanya ampuh terhadap pria playboy seperti dirinya.

Devan kembali mengangkat Gea dan memasukannya ke dalam kamar mandi kamar sebelah. Kamar yang kemarin digunakan oleh Kian−kakaknya. Gea hanya bisa menyembunyikan wajahnya diceruk leher Devan. Lelaki itu kemudian mengisi Jaccuzi itu penuh dengan air dan memasukan sabun. Lalu dia meletakan Gea di sana.

"Perlukah aku menggosok punggungmu?"

"DEVAN MESUM"

Devan keluar sambil tertawa. "Dasar. Menyebutku mesum padahal aku sudah melihat tubuh telanjangnya sejak tadi. Dan dia biasa saja."

"DEVAN. AKU MENDENGARMU." Teriak Gea dari dalam kamar mandi

Devan kembali tertawa.

***

"Jadi kamu semalam tidak pulang?" Tanya Gea pada seorang lelaki yang tengah menyesap teh.

Lelaki itu memunculkan wajahnya dari balik koran memandang Gea heran.

"Harusnya kamu berterimakasih padaku." Ucapnya sebal.

"Baiklah, biar kuulangi. Hi Pak Dokter," Sapa Gea sok ramah. " Kamu baru bangun ya di rumah orang?"

"Sopan sekali Anda, Mrs. Lakhsmi." Devan tertawa.

"Jam ramah-tamah untuk menjamu tamu sudah selesai." Gea melihat jam di dinding yang menunjukan angka enam. "Bisakah kamu pulang?" tunjuknya pada pintu keluar.

Devan meletakan koran itu di meja dan kini berhadapan langsung dengan Gea.

"Aku hanya peduli padamu, hunn. Aku tak mau kamu berteriak histeris seperti semalam. Kejiwaan dan fisikmu belum stabil."

Gea memutar bola matanya. "Terimakasih atas kebaikannya. Aku sudah dewasa dan bisa menjaga diri."

"Tapi Hunn" bantah Devan.

"Aku mau kerja Devan. Dan kamu pun pasti akan melakukannya kan?"

"Enggak, hunn. Kamu masih belum boleh kerja."

"Aku mau kerja titik. Aku bakalan bosan di rumah terus, masa cutiku juga sudah habis."

Baiklah. Saatnya Devan bernegosiasi.

"Kamu kuizinkan bekerja, hunn. Asal aku tinggal di sini."

Gea melotot mendengar jawaban Devan. "Kamu gila?"

"Nope."

"MEmangnya kamu siapa berani memerintahku?" Tanya Gea sarkastik.

"Hmmm anggap saja aku suamimu. Dan kita impas."

.

.

.

Bersiaplah untuk part 2, yuhuuuuu

Love you,

Cindy

Next chapter