15 It's Not That Easy, Cassandra

"Di mana kau mendapatkan ini?" Aldrich meremas erat beberapa foto yang ada di tangannya.

Cassandra yang duduk di depan Aldrich tersenyum miring, ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.

"Sepertinya hal itu bukanlah hal penting yang perlu di pertanyakan," timpal Cassandra dengan meraih gelas crystal berisi wine yang ada di atas meja dan menyesapnya dalam-dalam.

Gigi Aldrich bergemelatuk rapat, rahangnya mengetat menahan amarah, tatapannya menajam dengan aura bengis yang di keluarkan.

Cassandra yang melihat itu tertawa sinis, sepertinya hari ini akan ada perang antara Aldrich dan Nora.

Rencana keduanya untuk menyingkirkan Nora berhasil, tinggal menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya antara Aldrich Hamilton dan Manora James.

Cassandra benar-benar senang, apa ia perlu merayakan keberhasilannya? Tidak!

Cassandra menggeleng kecil, seolah tidak setuju dengan pikirannnya itu, ia berhasil menyelesaikan dua rencana saja, masih ada rencana-rencana lain yang belum terselesaikan. Sekarang ia harus lebih fokus pada rencananya, bukan malah bersenang-senang untuk merayakannya.

Biarlah nanti ia merayakan keberhasilannya saat semua rencananya telah berhasil dan Aldrich telah jatuh kembali ke dalam ke pelukannya.

Aldrich menatap datar foto Nora yang sedang berjoget-joget liar di dalam klub malam di kelilingi oleh para pria hidung belang. Apakah selama dia pergi gadis itu malah asik bersenang-senang dan mencari kepuasan pada pria lain?

Dada Aldrich bergerak naik turun, emosi benar-benar merambat memasuki relung hatinya. Apa Nora benar-benar selalu berbuat hal 'itu' di belakangnya? Dan memanfaatkan waktunya di saat-saat Aldrich tidak sedang berada di rumah? Dan saat Aldrich pulang Nora akan memasang wajah ramahnya dan senyumnya agar Aldrich tidak mencurigainya. Bahkan gadis itu berpura-pura menunggunya pulang supaya Aldrich tidak memiliki pikiran-pikiran negatif tentangnya.

Cih, gadis itu benar-benar iblis, sungguh benar-benar membuatnya naik darah.

"Aku mendapatkan foto ini saat kau berada di Italy," aku Cassandra kemudian.

"Kenapa kau begitu marah Aldrich? Kau juga tidak jauh berbeda dengan Nora," pancing Casandra yang sukses membuat Aldrich mengangkat wajahnya, ia menatap Cassandra dengan tatapan tajam dan menusuk.

"Tapi setidaknya aku tidak munafik dengan memasang topeng seperti dirinya!" tekan Aldrich dengan amarah tertahan dan tatapan tajam yang tidak terelakan.

Cassandra terkekeh kecil, ia berdiri dari duduknya, berjalan mengitari meja dan mendudukan diri tepat di sebelah Aldrich.

"Aldrich," gumam Cassandra dengan meletakkan satu tangannya di dada pria itu, mengelus dadanya secara teratur dari atas ke bawah.

"Untuk apa mempertahankan istrimu lagi. Bagaimana jika kau ceraikan dia dan kembali padaku lagi-" Cassandra menjeda, wanita itu mendongak dan menatap Aldrich dengan tatapan dalam.

"Aku masih mencintaimu," jujur Cassandra dengan menggenggam lembut tangan Aldrich.

Aldrich menunduk pelan dan mengelus lembut puncak kepala Cassandra.

"Tidak semudah itu Cassandra."

***

"Kau sudah pulang?" tanya Nora yang baru datang dari arah dapur dengan apron hitam yang membalut tubuhnya. Senyum terus terpantri indah di bibir mungilnya.

Aldrich menatap tajam gadis yang ada di hadapannya, amarahnya kembali naik jika teringat dengan foto-foto Nora beberapa hari di club malam itu. Kedua tangannya yang menggantung di udara mengepal erat, rahangnya mengetat dan gigi-giginya bergelatuk rapat.

Nora yang melihat tatapan itu menunduk kecil, sedikit tidak berani menatap Aldrich yang kali ini menatapnya dengan tatapan tajam, entah apa yangterjadi padanya.

"A-ku sudah menyiapkan makan malam di dapur. K-au jangan lupa untuk makan." Dengan sedikit nyali yang masih di milikinya, Nora dengan hati-hati meraih tas kerja milik Aldrich.

Namun belum sempat Nora mengambil tas itu, Aldrich sudah terlebih dahulu menepis kasar tangannya.

"Al-"

"Jangan pernah menyentuhku bahkan seujung kuku pun," titah Aldrich dan menyorot Nora dengan tatapan dingin.

Setelah menekankan kalimat itu Aldrich langsung berlalu dari hadapan Nora begitu saja.

Nora terdiam kaku di tempat, pandangannya tidak lepas menatap Aldrich yang mulai menjauh. Kenapa pria itu tiba-tiba bersikap jauh lebih dingin dari yang biasanya? Apa Nora melakukan sebuah kesalahan fatal?

Nora menggigit bibir dalamnya kuat-kuat, entah kenapa jika menyangkut Aldrich hatinya benar-benar lemah. Ia seperti gadis cengeng. Nora meremas erat jemarinya, mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya dalam sekali hentak, mencoba mengatur oksigen yang ada di sekitarnya yang entah kenapa tiba-tiba jadi menipis.

Nora mencoba tersenyum, memantapkan hati dan mencoba berpikiran positif jika saat ini Aldrich mungkin sedang benar-benar lelah, itu yang membuatnya jadi sangat sensitif dan melampiaskannya pada orang-orang yang ada di sekitarnya.

Nora berjalan menuju dapur kembali, menunggu Aldrich untuk turun dari lantai kamarnya dan makan bersamanya.

Satu jam ....

Dua jam ....

Nora sudah menunggu selama itu, namun sampai sekarang ia masih belum mendapati tanda-tanda adanya Aldrich. Gadis itu pun memutuskan untuk berdiri dari duduknya, ia berjalan meninggalkan dapur untuk sementara waktu dan pergi menuju kamar Aldrich tanpa peduli jika saat ini dia dalam suasana hati yang tidak baik.

Nora berjalan melewati undakan tangga, ia menghentikan langkah kakinya ketika telah sampai tepat di depan kamar Aldrich yang berwarna coklat tua itu.

Menarik napas pelan sebelum akhirnya tangannya dengan sedikit ragu mulai terangkat ke udara, bersiap untuk membuka pintu. Namun kegiatannya langsung terhenti kala melihat pintu kamar yang hendak di ketuknya itu langsung terbuka, menampilkan Aldrich yang kini sudah bersiap-siap dengan menggunakan jaket kulitnya, sepertinya pria itu akan pergi.

"Kau akan pergi ke mana?" tanya Nora yang sepertinya mulai melupakan niat awalnya untuk memanggil Aldrich makan malam.

"Kau tidak perlu tau!" tukas Aldrich cepat dengan nada sedikit membentak, pria itu meraih kunci mobilnya dari dalam saku celana dan tanpa melihat ke arah Nora sedikit pun Aldrich pun segera berlalu dari hadapan gadis itu untuk pergi menuju tempat hiburan malam.

Melihat Aldrich yang langsung berlalu pergi dari hadapannya, Nora dengan cepat mengejar langkah Aldrich dan menghentikan langkah pria itu dan reflek menggenggam pergelangan tangan kanannya.

"Sudah ku bilang jangan MENYENTUHKU!" sentak Aldrich dengan menepis kasar tangan Nora yang menggenggam tangannya membuat gadis itu tersentak kaget dan meringis kesakitan.

"M-aaf, aku tidak sengaja. Aku hanya reflek. Aku hanya ingin mengajakmu untuk makan, aku sudah menyiapkan makan malam untukmu." Nora mengadahkan wajahnya, ia menatap Aldrich yang kini sedang berjalan ke arahnya dengan amarah yang tertahan.

"Aku tidak akan makan lagi di sini. Masakanmu terlalu murahan dan sudah tidak cocok lagi di lidahku."

"K-enapa? A-pa masakanku sudah tidak enak?" tanya Nora dengan polos meski kini nadanya terkesan gagap.

Aldrich tidak merespon lagi, pria itu mengubah tatapan tajamnya menjadi datar, menatap gadis yang ada di hadapannya sekilas sebelum akhirnya ia benar-benar pergi, berlalu dari sana.

avataravatar
Next chapter