webnovel

Bab 1 : Married

***

             Nakal adalah tindakan yang tak dibenarkan oleh hukum mana pun. Kenakalan biasanya terjadi di kalangan remaja yang sedang mengalami masa peralihan menuju masa dewasa. Austin McDowell tak pernah percaya kalau kenakalannya membawanya pada bumerang yang menghancurkannya. Ya, untuk saat ini, Austin masih menganggapnya sebagai bumerang.

             "Ini aneh, Mom, Dad! Aku tidak percaya kalian dengan mudahnya percaya pada perempuan tua ini. Kenapa bisa seperti ini? Katakan padaku kalau Mom dan Dad tidak sedang keracunan sianida atau semacamnya?" Austin menatap jengkel ke arah Yessie yang duduk di sofa seberang tempat duduknya.

              "Jaga ucapan-mu, Aussie! Kau sudah banyak melakukan kenakalan di sekolah. Merokok, video asusila, mabuk, bolos, dan kau juga mencoret-coret tubuhmu dengan tatto. Kau tidak bisa menghindari masalah ini lagi. Yessie punya bukti kalau kalian pernah tidur di kasur yang sama." Melanie McDowell menasehati putranya.

           "Pria seusiaku semuanya nakal sepertiku! Maksudku di sini adalah kenapa aku harus menikahi perempuan ini. Aku tidak pernah membayangkan di usiaku yang masih 18 tahun, aku akan menjadi seorang Ayah. Astaga, apa Mom tidak menyarankan dia untuk aborsi saja?"

             Yessie menggebrak meja, "Tidak akan! Kau menggodaku, pria sialan! Aku tidak pernah mau membunuh hanya karena kesalahan yang disebabkan oleh pria sekolahan sepertimu." Melanie mencoba menenangkan Yessie.

           Dan Austin semakin suka membuat Yessie marah. "Aku hanya bermain-main dengan kau, Bu Yess! Salahmu termakan ucapan seseorang yang seharusnya jadi murid-mu? Kau hanyalah perempuan bodoh!" Austin menimpali--merasa jengkel terhadap wanita yang tampaknya berprofesi sebagai guru tersebut.

            "Sopan-lah, Aussie! Ini salahmu bukan salah Yessie. Belajarlah untuk bersikap manis dengan calon istrimu. Setidaknya dengan tak memanggilnya, Bu. Sudah kuputuskan kau akan menikah dengan Yessie dengan pesta tertutup. Dan kalian akan tinggal di apartemen Atlantic Ave. Setidaknya kau harus bersyukur karena Ayahmu punya banyak uang. Dan ya, kaulah pewaris satu-satunya McDowell Enterprise. Tidak ada yang harus kaukhawatirkan, putraku!" Patrick McDowell menenangkan.

           Austin mengacak rambutnya kasar. Dia berkata, "Ini lelucon, Dad! Aku menikahi perempuan tua? Masa depanku tiba-tiba hancur karena ini." Yessie geram. Dia ingin membalas pernyataan menghakimi Austin namun ditahan oleh Melanie. "Putraku, usia kalian hanya berbeda tujuh tahun. Lihatlah, Yessie bahkan terlihat lebih muda darimu."

           Austin mendengus. "Mom memujinya? Ya Tuhan, kenapa harus dia? Aku punya pacar Mom. Aku hanya akan menikah dengan perempuan pilihanku. Hanya Erica," tegasnya. Yessie tidak terima pernyataan Austin. Dia bangkit berdiri seraya berucap, "Kaupikir aku mau menikah denganmu? Kau terlalu kekanakan untukku. Aku hanya berbaik hati mau memberimu kesempatan memperbaiki kesalahanmu. Aku salah telah memercayai omong kosong yang kauberikan padaku itu." Yessie sudah akan meninggalkan ruang tamu. Untungnya Melanie yang baik mampu membuat Yessie mengerti.

             "Tidak ada pilihan selain menikahinya, Aussie! Inilah ganjaran dari perbuatanmu selama ini. Kau hanya harus bertanggung jawab jika masih menginginkan uang belanja." Austin menghela napas. "Terserah. Lakukan apapun yang kalian mau. Jika menikahi perempuan tua ini membuat kalian bahagia. Akan aku lakukan. "terpaksa", tidak setulus hatiku."

              Austin pasrah. Tidak ada yang lebih menjengkelkan dari tak memiliki uang. Setidaknya, dia masih bisa bebas dengan uang. Walaupun hidupnya terikat dengan perempuan 26 tahun sialan yang telah berani mendesaknya menjadi ayah muda. Persetujuan Austin hari ini membuat orang tuanya melangsungkan pesta tertutup di pantai Malibu dua minggu kemudian.

            Dan beginilah hidup Austin saat ini. Hidup di apartemen sederhana bersama wanita yang merupakan mantan gurunya. "Merokok tidak baik pada kesehatan. Kupikir kau sudah tahu hal itu. Seharusnya kau bisa berubah. Kau akan punya anak, kau tahu?" Yessie mengikat rambutnya sambil mengambil duduk di samping Austin.

           "Kau mulai cerewet seperti ibuku, Yessie! Sejak kapan kau perhatian seperti ini padaku?" Austin tersenyum miring. Meletakkan kakinya di atas meja sambil menyemburkan asap rokok di udara. Kali ini tidak ada lagi kata "Bu" yang menyertai kalimatnya. Ya, mungkin sudah seharusnya berbicara santai dengan perempuan satu ini.

            "Aku istrimu, Aussie. Bagaimana pun aku membencimu, dunia tidak akan merubah kau adalah suamiku." Yessie menoleh ke arah Austin diiringi helaan napas. "Kau membahayakan bayimu jika merokok sembarangan," imbuh Yessie. Austin lagi-lagi dibuat kesal.

          "Serius? Kau merepotkanku, Yessie Monthgomory. Sampai kapan kau mau mengendalikanku dengan membawa bayi itu." Austin kesal. Mau tak mau ia mematikan rokoknya. Bayi... bayi ... dan selalu bayi yang menjadi alasan perempuan itu. "Sekarang berikan aku bir sebagai pengganti rokok ini! Bukankah kau mau menjadi istri yang baik?"

            Yessie memutar bola matanya. "Ya, aku akan mengambilkannya. Bukan karena aku peduli padamu. Hanya karena kau adalah Ayah dari bayiku," katanya kemudian bangkit berdiri. "Aku tidak tahu sampai kapan kau mau mengaitkan semua yang kaulakukan dengan bayi itu. Aku tahu aku tampan. Setidaknya kau akuilah kalau kau jatuh cinta padaku."

Austin berseru bersamaan ketika ponselnya berdering. Ada panggilan Erica, kekasihnya. Sejenak Austin bergeming. Perasaan bersalah menggantung dalam dirinya. Dia sudah menyakiti gadis itu dengan menikah diam-diam. "Aku pikir ada pesta malam ini? Kau datang?" Erica baik-baik saja karena masih tak tahu apa yang terjadi pada Austin.

           "Dad menghukumku. Aku sangat ingin ke pesta kalian. Sungguh Dad benar-benar mengurungku." Austin mengaku dengan nada yang pasrah. "Ayolah, Aussie! Datanglah! Belakangan ini kau jarang bergabung dengan teman-teman. Apa ada masalah besar yang terjadi? Kau bisa menyelinap keluar kalau kau mau."

          "Tidak. Sama sekali tidak ada masalah. Aku hanya--, maksudku adalah Dad menginginkan aku fokus belajar bisnis. Kau tahu jikalau McDowell Enterprise menungguku. Sudah sering aku berbuat keburukan di sekolah,  jadi ya begitulah Dad. Dia sangat tegas dan aku harus terkurung bersama dokumen-dokumen kantor yang harus kupelajari." Austin bohong. Lebih baik mengatakan hal itu ketimbang mengakui dia sudah menikah dan harus menjaga istrinya.

             Erica tertawa. "Kau bercanda? Ya Tuhan, ini bukan dirimu Austin! Benar-benar bukan dirimu. Ada apa? Di mana Austin yang punya kebebasan? Kau terlihat aneh dengan perubahan ini." Erica mendadak serius. Austin memejamkan matanya. Tak menyadari bila Yessie sudah kembali duduk di sampingnya.

          "Mengertilah, Erica. Dad sangat mengharapkanku. Kupikir sudah saatnya aku berubah." Austin harus mengakui bahwa peraturan Ayahnya membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. Tinggal di apartemen dengan dua pengawal di depan pintu apartemen yang tak bisa membuatnya pergi kemana-mana. Selain berdua bersama Yessie.

           "Kau aneh, Austin!" Erica memutus obrolan. Austin frustasi. "Apa ada tugas yang membuatmu stres?" Yessie bertanya dengan nada santainya. Austin membuka matanya. Melongo sambil berkata.

             "Aku tidak pernah sedih dengan tugas sekolah, istriku! Aku stres karena dipaksa hidup bersama perempuan tua. Yang tiba-tiba mengaku telah mengandung bayiku. Kaulah yang merusak masa depanku, Yessie! Harusnya aku bahagia bersama pesta teman-temanku. Tapi karena kau, aku serasa berada di dalam neraka." Austin menekankan setiap katanya. Kalimat itu sangat menyakiti Yessie.

             "Bukan hanya hidupmu yang rusak, Aussie. Kau juga merusak hidupku. Jangan bertingkah seolah hanya kau yang disakiti." Yessie tidak tahan lagi setiap kali Austin menghinanya. Dia berlari meninggalkan Austin dan masuk ke dalam kamar. Takdir terlalu kejam, menyatukannya dengan pria yang belum dewasa. Di mana dia harus siap menghadapi setiap kesinisan Austin.

            Andai saja, dia tidak termakan oleh kebohongan Austin. Mungkin dia masih bisa mengajar di St Joseph High School. Ini semua karena Austin yang berpura-pura menjadi pria dewasa. Menjebaknya sampai menuruti kemauan lelaki itu. Ini juga karena kepolosannya yang mudah percaya dengan pria. Sekarang hanya penyesalan yang bisa ia keluhkan.

See u next time!

Instagram

@erwingg__ dan @sastrabisu

Next chapter