1 Bab 1. Angkuh (Story Nara dan Manu)

Happy Reading!

Sesampainya di sekolah langsung menuju ke parkiran motor. Manu melihat tempat biasa untuk ia parkir telah diisi oleh motor orang. Tentu ia langsung marah. Berani sekali seseorang mengambil tempatnya. Dengan angkuh nya, Manu menendang motor itu. Dan, pemiliknya belum jauh dari area tersebut.

"Woy, ngapain lo parkir di sini? Nggak tau ini tempat siapa?" bentak Manu dengan wajah culasnya.

"Maaf, aku lupa." jawab doni yang tak sengaja memakirkan motornya di tempat biasa Manu parkir.

"Singkirin atau gue ancurin motor butut lo?!" sentak Manu. Cowok itu meraih kerah Doni dengan kasar.

Doni langsung memindahkan motornya, berurusan dengan Manu, yang ada dia bisa masuk rumah sakit hari ini. Sebenarnya ia tahu kalau ini tempat Manu, ia pikir akan fine-fine saja. Ehh malah.

Manu menelusuri kooridor menuju ke dalam kelas, dengan gayanya yang super tebar pesona. Selalu menjadi pusat perhatian semua cewek, tengilnya bukan main cuk.

"Si bangsat udah dateng nih," sapa Keano dengan merangkul akrab.

"Lo jadian sama deby?" tanya Jake,

"Serius?" sahut Keano terkejut, baru putus kemarin sudah dapat lagi. Sebenarnya jurus apa yang Manu pakai? Dia saja jomblo muluk. Hadehhh,

Manu tersenyum brengsek, mengemut permen kaki membuat lidahnya merah. Cowok itu tengah duduk di atas meja, mendapatkan cewek bagi Manu sangatlah mudah. Dimodusin aja langsung nempel, ditambah wajah tampannya adalah yang utama.

"Anjir, belum juga hubungan kemarin kelar. Udeh ganti aje," ceplos Jake.

"Napa? Lo iri? Makanya gantengin tuh muka!" celetuk Manu mengatakannya dengan ketawa hina, kedua sahabatnya ini berkali-kali ditolak. Hampir semua cewek di sekolah ini naksir sama Manu.

"Skakmat!"

"Mampus, jomblo karatan!"

****

Nara sibuk dengan rekannya membahas tentang perlombaan yang akan diadakan sebentar lagi. Yaitu lomba basket. Cewek itu sangat cerdas dan pintar menjadi wakil ketua osis. Nara memang tidak banyak bicara, ia juga bukan korban bullying atau takut dengan siapapun. Nara memang seperti itu, dingin, pendiam berbicara seperlunya. Jika ada yang mengusik, dia biarkan saja tunggu sampai kesabarannya habis.

Saat di perjalanan menuju kantin, tanpa sengaja Nara melihat Manu yang tengah berciuman di ruang kelas XII. Nara tidak akan membiarkan, ini sudah pelanggaran. Nara mengenal anak itu ya Bad boy, tengil sejenis bangsat lah. Nara heran meski tak pernah bertatap atau bertemu secara langsung ia mengenal anak itu dari siswa lainnya. So! Manu adalah most wanted sesuai saja Nara tahu tentang Manu.

Untuk masalalu? Nara tak ingat apapun.

"Woy, ini di sekolah. Bukan di club, bisa nggak jaga nama baik sekolah! " bentak Nara, kemudian kedua sejoli itu terkejut menatap kearah Nara yang berdiri di ambang pintu dengan raut tanpa ekspressi.

Manu dengan santai menghampiri Nara "Emang kenapa? Masalah buat lo. Serah gue dong mau ciuman dimana bukan urusan lo!" sengak Manu, menatap kearah Nara dengan wajah songongnya. Mata mereka bertatapan, sekilas Manu teringat sesuatu.

Nara melipatkan tangannya di atas dada, menatap malas ke arah Manu " Oh ya? Gue ini wakil ketua osis di sini, wajar gue negur lo berdua. Nggak ada akhlak lo ya!" balas Nara tak kalah ketusnya.

"Terus lo mau apa? Laporin gue. Atau mulut lo gue beli? Biar lo nggak lapor? " tengilnya Manu.

"Maksud lo apa ha? Lo fikir gue jalang yang dibeli gitu terus diem cih. Harga diri gue lebih penting dari pada uang!" ketus Nara.

Manu masih ingin meladeni Nara. Namun, Deby menyuruhnya berhenti. "Udah Manu, nanti kita dapet masalah." pinta Deby.

"Maaf Nar, gue kira nggak ada lihat. Sorry ya nggak lagi kok begini." ucap Deby, meminta maaf pada Nara.

"Oke, gue akan diem, sekali lagi gue liat kalian begini! Nggak ada ampun!" ancam Nara

"Awas lo, kalau lemes. Kelar hidup lo!" peringat Manu dengan jari telunjuk tajam ke arah Nara. 

Tangannya mengepal kuat, rasanya ia ingin menonjok wajah songong itu. Bisa-bisanya berciuman di dalam kelas tanpa pintu tertutup. Mencari masalah memang, atau mentang-mentang sekolah ini punya nenek moyangnya? Anjay!? Minta dilibas tuh si Manu.

To be continued

avataravatar
Next chapter