1 Kecelakaan

Allesio sama sekali tidak mengingat apapun atau mungkin ia sudah melupakan semuanya.

Pokoknya saat itu, Allesio kecil bisa terlihat sangat bahagia karena sedikit uang kertas yang ia dapat dari hasil kerjanya di sebuah tempat jual sepeda.

Uang yang tidak seberapa itupun malah ia genggam di kedua tangannya kencang, dengan cepat ia berlari menyusuri jalan besar itu menuju ke tempat tinggalnya. ia sangat kecil saat itu dan ia sudah bisa merasakan kerasnya dunia terhadapnya.

Senyuman lebarnya tidak pernah luntur walaupun hanya sedikit. Dengan baju lusuhnya dan juga wajahnya yang sudah dipenuhi dengan oli, ia masih bisa bersyukur dan bahagia. Bahkan, jantungnya tidak pernah berhenti berdegup kencang karena uang yang berhasil ia dapatkan itu.

"Akhirnya aku dapat uang! Akhirnya aku dan adik-adikku akan makan," Itulah kata pertama yang ia ucap pada saat mendapatkan uang itu. Uang itu memang tidak banyak menurut kalian, tapi uang itu benar-benar sangat banyak untuknya.

Uang ini akan ia berikan kepada ibu panti. Hanya kata-kata itu yang ia ulangi sejak tadi. Ia sangat bahagia.

Sampai saat ia menyebrang jalan besar, entah Allesio kecil sadar atau tidak, sebuah mobil malah nekat menabraknya.

BRAK!!

Semua terjadi dengan sangat cepat dan tidak ada yang benar-benar melihat kejadian itu sejak awal.

Tubuh Allesio kecil sudah tertidur di atas jalanan yang ramai, bersamaan juga dengan uang kertas yang berterbangan dari tangan mungilnya itu.

Darahnya pun mengaliri jalanan besar tempat ia tertidur, entah berasal dari mana darah itu. Mata Allesio kecil saat itu sudah tertutup, tapi telinganya masih bisa mendengar berbagai macam suara yang ada.

Suara mobil. Suara angin. Suara manusia yang mengasihani dirinya. Juga suara dengungan dari telinganya sendiri pun ikut terdengar. Ribut sekali dan ia tidak suka.

Bagaimana caranya bangkit? Ia harus kembali ke panti agar mereka semua bisa makan. ia harus memberikan uang ini kepada ibu panti.

"Kasihan sekali anak itu,"

"Apa kau mengenalnya?"

"Ayo, tolong dia!"

"Tapi, dia sangat kumuh dan kotor sekali,"

"Dimana orang tuanya? Orang tuanya mungkin tidak bisa menjaganya dengan baik,"

Banyak lagi kata-kata yang ia dengar. Ah, entah kenapa telinganya bisa sesensitif itu. Ia juga tidak mengerti.

Tidak ada seorangpun yang mau keluar dari mobil-mobil megah itu hanya untuk menolong dan membawanya pergi dari sana, minimal ke rumah sakit atau klinik terdekat.

Mobil-mobil itu malah masih melaju melewatinya, bahkan mobil yang menabraknya pun itu sudah pergi dari sana, entah kemana mobil itu. Tapi, beberapa orang-orang di pinggir jalan juga tidak berani mendekatinya. Tidak berani atau tidak mau, entahlah.

Sebenarnya, ia juga tidak mau ke rumah sakit. Uang dari mana. Sedangkan, uang untuk makan saja, mereka tidak bisa lagi mendapatkannya.

Entah sudah berapa kali mereka makan dengan nasi dicampur air putih. Mana mungkin orang seperti mereka bisa membayar rumah sakit, kan?

Apa mati saja lebih baik?

Entah sudah berapa lama ia tertidur di jalan itu. Sungguh, ia masih sadar tapi matanya tidak mau terbuka. Tidak adakah orang yang kasihan kepadanya? Jika ia masih sadar, mungkin ia masih bisa berjalan menuju panti dengan luka-luka ini. Dibasuh dengan air pun, pasti luka ini akan sembuh, kan?

Mungkin, rasa simpati orang-orang ini sudah tidak ada lagi di setiap masing-masing dari hati mereka.

Ah, mungkin karena Allesio kecil bukanlah orang terkenal ataupun orang kaya, jadi tidak akan ada orang yang mau menolongnya.

Kalau dia orang kaya, mungkin semua orang akan berebut untuk menyelamatkannya.

"Siapa yang menabraknya?" Tiba-tiba seseorang dengan suara bariton yang cukup besar itu mendekati Allesio kecil. Dia mendengar suara orang itu, mungkin laki-laki. Tapi, tidak ada satupun orang yang menyahuti apa yang laki-laki itu tanyakan.

Entah apa lagi yang terjadi untuk selanjutnya, ia sudah benar-benar melupakannya. Tapi, sepertinya tuhan masih sayang kepadanya. Ia masih bisa membuka matanya dan melihat langit-langit putih ciri khas dari rumah sakit tepat di depan matanya.

Tunggu, rumah sakit?

Allesio kecil langsung terbangun dari tidurnya, kepalanya terasa seperti diayun, dia merasa darahnya malah langsung naik memenuhi kepalanya itu. Allesio kecil langsung terduduk dan tidak sengaja menarik tangannya yang sedang diinfus.

Rasanya benar-benar sakit, baru kali ini ada jarum yang menancap di kulitnya.

"Kau baik-baik saja?" Suara seorang wanita dengan baju putih langsung ditemukan kedua matanya. Mungkin wanita ini adalah dokter atau malah orang yang menyelamatkannya.

Tidak, hal itu sama sekali tidak penting. Hal yang terpenting adalah mana uangnya.

"Dimana uangku?" tanya Allesio kecil masih dengan suara yang kecil tapi tajam. Matanya sedikit memerah, rasanya ia ingin menangis, apalagi mengingat susahnya ia mencari uang itu sejak beberapa hari yang lalu.

Allesio kecil tidak bisa bergerak bebas karena tangannya yang dipasang jarum dan disambungkan oleh selang. Ah, jangan lupa ada rasa sakit di dekat dadanya. Entah karena apa, Ia pun juga tidak tahu, tapi uangnya harus kembali.

Ia dan adik-adiknya harus makan hari ini.

"Maaf dik, tapi saat seseorang membawamu kemarin, sama sekali tidak ada sepeserpun uang di tubuhmu bahkan di bajumu," jujur wanita berbaju putih itu. Allesio kecil langsung menatap seluruh tubuhnya. Bahkan bajunya pun sudah berganti.

Rasanya ia benar-benar mau menangis. Susah sekali mencari uang saat itu. Rasanya, ia harus merendahkan harga dirinya dulu baru seseorang mau memberikannya sedikit uang.

Tapi, sekarang, uang malah berlarian menjauhinya. Rasanya dirinya tidak terlalu berharga dibandingkan uang-uang itu.

Tunggu, Allesio kecil ingat sesuatu. Pasti orang itu. Laki-laki itu, orang dengan suara bariton itulah yang telah mencuri uangnya. Pantas saja orang itu mau membantunya

.

Dari dulu hingga sekarang, memang tidak ada keikhlasan sama sekali di setiap hati manusia. Wajar saja dari dulu hingga sekarang ia tidak pernah percaya dengan siapapun.

Sekarang, ia malah harus terlibat masalah dengan rumah sakit ini. Uang dari mana untuk membayar rumah sakit ini?

Sebuah ide gila masuk ke dalam otaknya.

"Dimana orang yang menyelematkanku itu?" tanya Allesio dengan nada datar. Walaupun sebenarnya, tangannya gemetar karena takut. Uang uang uang. Ia selalu bermasalah dengan benda ini.

"Dia akan kembali nanti untuk melihat keadaanmu. Kau sudah 2 minggu tidak sadarkan diri dan mungkin...." Tidak ada satu katapun yang terdengar lagi oleh Allesio kecil. Semua kata yang keluar dari mulut wanita itu seperti angin lalu baginya.

2 Minggu?

Bagaimana dengan adik-adiknya?

Bagaimana dengan ibu panti?

Apa mereka sudah makan?

Tunggu, berarti uang rumah sakit ini akan semakin banyak, kan? Apa sudah sampai jutaan atau mungkin miliaran? Ia belum pernah mengenggam uang sebanyak itu. Uang ratusan saja tidak pernah ia genggam di tangannya yang kecil ini.

Okay, ia akan melakukan ide gilanya ini. Ia tidak tahu cara lain yang bisa menyelamatkannya selain ini.

Mungkin, ia akan dicap sebagai penjahat. Masa bodoh, ia hanya tidak boleh melibatkan orang-orang panti karena hal ini.

Mungkin ia akan tinggal sendiri setelah ini. Oh iya, Allesio kecil juga harus membuat perhitungan dengan laki-laki sialan yang telah membawa lari uangnya itu.

Tapi, bagaimana caranya untuk kabur dan bagaimana caranya untuk mencari laki-laki itu? Ia hanya tahu suaranya saja.

Sial. Allesio benar-benar ingin menangis sekarang.

avataravatar
Next chapter