13 TEMPAT KURSUS BAHASA CINTA

Adzan maghrib mulai di kumandangkan oleh kak Syarif, rupanya Habibah dan sepupunya sudah datang juga untuk mengaji. Mungkin dia sudah hafal kitab Aqidatul Awam karya Sayyid Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki, tentang Tauhid.

Makanya dia berani memgaji malam ini. Kalu dia tidak hafal biasanya dia akan izin mencari alasan. Entah itu izin sakit atau yang lain. Sebab tak ada santri yang betah mendengar kemarahan guru dan istrinya.

Semua santri yang belajar ilmu agama kepada beliau di bekali dengan pemahaman tentang Tauhid yang mendalam. Guru yang alim mengetahui keadaan sosial yang semakin tidak karuan. Oleh sebab itu dia mendidik semua santrinya dengan ilmu tauhid. Karena hanya ilmu tersebutlah yang mampu menjadi pondasi yang kokoh di akhir zaman. Namun kami sebagai pelajar yang kurang umur belum mengetahui nilai positif dari ilmu yang kami pelajari. Kami hanya mematuhi peraturan yang ada di tempat belajar kami, membaca dan menghafal.

Habibah, menaru sepedanya di tempat parkir. Aku tatap matanya yang sayu semenjak ditinggal jahu oleh ayahnya. Beban batin yang diderita. Telah tak menampakkan Adzan maghrib mulai di kumandangkan oleh kak Syarif, rupanya Habibah dan sepupunya sudah datang juga untuk mengaji. Mungkin dia sudah hafal kitab Aqidatul Awam karya Sayyid Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki tentang Tauhid. Makanya dia berani memgaji malam ini. Kalu dia tidak hafal biasanya dia akan izin mencari alasan. Entah itu izin sakit atau yang lain. Sebab tak ada santri yang betah mendengar kemarahan guru dan istrinya. Dia menaru sepedanya di tempat parkir. Kutatap matanya yang sayu semenjak ditinggal jahu oleh ayahnya. Beban batin yang diderita. Telah tak menampakkan dirinya bahwa dia adalah putri arang kaya. Saat matanya beradu tatap dengan mataku, dia menundukkan kepala.

"Kenapa kamu menatap aku seperti itu mas?". Pertanyaannya lembut di telinga. Mendebarkan hati. Bau parfum puzzle semerbak di hidung, menggodaku.

" Engak papa, aku cuma suka pada penampilan mu malamini ". Pujiku dengan manis.

" Bisakah kamu nanti malem menemuiku ditempat ini sesuda selesai perogram? ". Mintaku kepadanya.

" Insyaallah mas, aku kedal dulu, nanti nyi Anum bisa marah-marah kalo masuk ke langgar setalah adzan selesai ". Jawabnya kepadaku dengan gembira.

"Silahkan, maaf telah mencegat jalanmu" dia tersenyum manis sambil masuk kedalam pekaranngan rumah guru. lampu-lampu rumah mulai dinyalakan. Pertanda perputaran bumi membuat sinar matahari berpinda kesisi bumi yang lain. Orang-orang mulai pulang dari sawah membawa rumput di atas kepala. Untuk diberikan pada sapi peliharaannya bisok pagi.

"Ries pakayan yang dijemur tolong diambil, lipat dan masukkan kedalam lemari. Biar kamu tidak di omelin oleh Raji-ku. Titah guru, waktu melihat diriku masih belum masuk kedalam langgar.

"Enggih, Ki. Jawabku patuh, sambil menundukkan kepala.

Kulangkahkan kaki untuk mengambil rasakon Raji guru yang masi ada di sampayan. Kemudian aku letakkan di bak yang sudah ku sediakan mulai dari tadi pagi. Kubawa bak yang berisi pakayan tersebut keemperan rumah bagian dalam utuk kulipat. Kulihat ada Habibih sedang memegang talam yag berisi sobekan sarung basah. Kemudian diperas sapai terasa kering.

"Lagi ngapain, kok masih belum ke langgar?" tanyaku basa-basi. Padaha uku sudah tahu kalau dia lagi mau mengepel kotoran cicak.

"Lagi ngepel kotoran cicak ni mas, sampean mau ngelipat rasokan iya?", tanya dia padaku waktu mata indahnya meliahat tanganku lagi memigang bak yang berisi pakayan guru sekeluarga.

" Iya ni", jawabku, sambil meletakkan bak yang kubawa di depan lemari.

"Mau aku bantuin", menawarkan jasa kepadaku, dengan suara khasnya yang mirip punya Sahrini.

"Sekiranya tidak merepotkan kamu silahkan, tapi aku tidak maksa loh". Jawabku dengan manis. Hatipun senang bisa melihatnya wajahnya dari dekat.

"Engak kok aku tidak merasa direpotkan olehmu, justuru aku senang dapat bantu sampean. Lagian kenapa hidup ini harus dibawa repot mas, kita happy saja. Dari pada hurus memikirkan sesuatu yang dapat mengingatkan kita pada sesuatu yang dapat membuat air mata harus menetes…".

"Eh… maaf", kata ku padanya, waktu aku menyentu tangan dia yang mau mengambil kaos putra sulung guru.

"Gak papa kok, nanti aku ambil wudhu lagi, disini air banyak". Senyumnya manis kepadaku. Mata kami beradu tatap, kamipun tersenyum, hati ada yang menggelitik.

Semua lipatan baju sudah selsai, saatnya kuletakkan dengan rapi di lemari. Tapi suaranya menghentikanku. "Tunggu mas", dia memegang tanganku, menundukkan kepala malu. Rona merah di pipinya terlihat jelas.

"Maukah sampean menjadi temanku, dalam mengarungi kehidupan ini. Aku mencintai mu mas". Suaranya tegas, amunisi yang ditembakkan kepadaku menghujam jantung. Lama aku terdiam dibuatnya. Namun aku harus memberikan keputusan tentang hal ini.

"Aku jawab nanti saja iya, Nanti kalau ketahuan guru bisa berabeh urusannya". Kata ku mengulur waktu dengan sengaja agar dia penasaran. Hati takut mengobrol terlalu lama ditempat ini. Ketahuan guru, matilah riwayatku. "Aku akan menunggumu di depat teras. Jika kamu memang benar-benar membutuhkan jawaban mala mini". Tegasku kepadanya. Dia menganggukan kepala, dan aku langsung menuju lemari khusus pakayan yang ada dikamar guru. Kupercepat langkahku, karena sebentar lagi shalat berjamaah akan dimulai.

***

Langit malam bernyanyi di hatiku. Bulan tanggal lima belas, kalender hijriah menampakkan keindahannya. Kurangkai kata dalam hati, untuk mengimbangi pinangan cinta pertama. Hanya hatilah tempat kursus bahasa cinta paling populer di dunia. Air yang mengalir tiada henti, siang hari-siang malam ke kamar mandi dan tempat wudhu santri. Mengajakku untuk menyucikan diri supaya lekas suan dan berkomunikasi dengan Dzat perangkai semesta alam. Aku harus menemui pencipta skenario super hebat. kopyah nasional yang masih bertengger di kepala, kulepas agar tidak terkena air. Saat aku menyucikan hati dari rasa waswas pikiran yang seringkali tak sejalan.

Akulah satri satu-satunya yang menggunakan kopyah nasional ditempat menimbah ilmu agama K.H. Muti'ullah. keritik yang berulang-ulang dari Raji guru, tentang kopyah yang aku gunakan. Sebab tidak sama dengan santri lain, yang menggunakan Peci putih. Tidak pernah aku hiraukan. Jalan hidup ini bagiku tidak perlu sama, baik pemikiran, penampilan, karakter, partai, aliran atau kepercayaan. semuanya boleh berbeda. Yang penting Tuhan kita tetap yang Satu. Agar tak mudah menyalahkan orang lain. Tentang tindakan kehidupan kalau tidak menemukan bukti yang kongkrit tentang kesalahan, yang membuat ketidak nyamanan akan lingkungan.

Bismilahirrohmanirrohim. Kubasu kedua telapak tanganku sampai pergelangan, agar tidak ada noda yang menghabat air wudhu. Tak lupa aku berkumur-kumur, agar noda-nada kedustaan tak perlu keluar dari lubang yang selalu membuat orang celaka akan dirinya, dan juga terhadap orang lain, "Nawaitul wudhuah liraf'il-hadasil-ashgari fardhallillahi ta'aalaa". kini diriku dalam keadaan suci menurut ilmu syariat islam yang aku yakini, "Aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah yang Tunggal, tiada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah hambanya dan utusannya. Jadikanlah aku orang yang ahli taubat dan jadikanlah aku orang yang suci dan masukkanlah aku kegolongan hamba-hambamu yang sholeh" Aamin.

Kuambil kopyah yang di letakakan diatas tembok penghalang, tempat wudhu laki-laki dan perempuan. Aku lekas ke langgar agar tidak ketinggalan rombongan dalam perjalanan spiritual menuja Sang Kholik pencipta langit dan bumi serta segala isinnya. Kini diriku berada dibarisan belakang, di sampingku adalah Kiyai yang memiliki Pesantren besar di Jumber suan ke guru. Tidak ada perbedaan setatus di mata yang Maha Adil. Baik DPR, Polisi, TNI, Mentri, Jendral maupun presiden. Tetap akan mendapatkan tiket barisan terakhir bilah datang terlambat untuk menemuinya. Di keharibaan-Nya, semua mahluk sama, sekalipun diciptakan dari inti yang berbeda. Yang mebedakan hambanya antara yang satu dengan hambanya yang lain. Hanyalah tingkat keimanan. Terkadang kita merasa menjadi orang yang paling teraniaya didunia ini. Kerena sebuah nasip tidak memihak pada diri kita, menurut persepsi.

Sekarang aku mau bertanya pada dirimu, yang merasa paling teraniaya dan menderita. Karena harta dan sebagainya. Apakah kamu kira tidak ada hamba Allah yang lain yang lebih menderita dari pada dirimu?. Aku ingin mengajak dirimu merenungi sekilas tentang kehidupan dan struktur tubuhmu, agar tidak memiliki perasaan yang berlebihan. Yang menyebabkan kencendrungan merendahkan diri. Sombong, pongah, iri hati, penakut dan pesimis akan hidupmu. Kamu adalah orang miskin, tetapi cuba kau lihat mahluk lain di sekitarmu. Masih banyak mahluk Allah yang lebih miskin dari pada dirimu. Masalah, silih berganti menimpamu, hingga kamu mengeluh. Lalu kamu bilang 'Aku tidak kuat memikulnya'. Tapi tahukah kamu bahwa masih banyak orang lain yang masalahnya lebih banyak dari pada dirimu. Namun dia tidak merasa berat akan masalahnya. Wajah kamu jelek, tetapi masih banyak orang yang lebih jelek dari pada dirimu. Kamu memiliki wajah yang tanpan, namun masih banyak orang yang lebih tanpan dari pada dirimu. kamu orang kaya banyak harta didunia ini, namun Allah jau lebih kaya dari pada dirimu, lalu kamu siapa?. Yang selalu meminta-minta.

Materi yang sering kali dijadikan patokan kesuksesan seseorang, oleh manusia. Berarti manusia tersebut memiliki pemikiran yang dangkal. Yang perlu kita ketahui persepsi kita. Tidak akan mempengarahi keadilannya. Perbedaan setatus sosial yang diberikan kepada mahluknya bukanlah alat persembahan penindasan kaum borjois terhadap kaum proleter. Hal itu diperuntukkan sebagai alat sosial kepada sesamanya. Agar terjalin persaudaran yang membawa kedamayan, kenyamanan, dan ketentraman dalam menjalani kehidupan yang berdampingan. Teringat akan sabdanya, "bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta, tetapi kekayaan itu kaya akan hati (muttafaqun alaih). Sekalipun jalan yang kita pilih berbeda, namun aku yakin tujuan akhir kita adalah sama. Kita sama-sama mencari sesuatu yang dapat membahagiakan diri kita di dunia dan di alam kekekalan. Namun sayang, kita sering kali bersebrangan hingga membentuk garis vertikal dan horisontaldi alam bawah sadar kita. Hingga kita tak temukan titik terang kebahagiyaan itu. Power kita sama kuat, refrensi kita sama-sama ilmiah. Tetapi ketahuilah, terkadang kebenaran mutlak takmampu kau Rasionalkan. Percuma kita ini menjadi orang yang kaya raya, memiliki pangkat bintang empat di bahu kita. Jika jiwa kita miskin syafaat. Keadilan inilah yang tidak mampu kamu logikakan. harta, tahta, yang selalu kamu kejar tidak menjamin dirimu berada dalam kebahagiyaan. Kemiskinan dan kesederhanaan hal itu belum tentu membawah dirimu kedalam penderitaan. Lalu dimana kebahagiyaan itu berada?.

kita ini tidak akan mampu memuaskan nafsu yang tidak pernah ada puasnya. Diri kita hanya akan diperbudak oleh keinginan, yang kadang menggiring kita kejurang penyesalan. Sekalipun kita ini adalah mahluk materialis. Kita harus bisa memfilter keinginan, yang ingin kita pilih. Agar menuju kepada kemaslahatan yang universal. Biar ada pembeda antara kamu dan hamba-hambanya yang lain.

bahwa dia adalah putri arang kaya. Saat matanya beradu tatap dengan mataku, dia menundukkan kepala.

"Kenapa kamu menatap aku seperti itu mas?". Pertanyaannya lembut di telinga. Mendebarkan hati. Bau parfum puzzle semerbak di hidung, menggodaku.

" Engak papa, aku cuma suka pada penampilan mu malamini ". Pujiku dengan manis.

" Bisakah kamu nanti malem menemuiku ditempat ini sesuda selesai perogram? ". Mintaku kepadanya.

" Insyaallah mas, aku kedalam dulu, nanti nyi Anum bisa marah-marah kalo masuk ke langgar setalah adzan selesai ". Jawabnya kepadaku dengan gembira. Rona pipi yang indah menyejukkan hati.

"Silahkan, maaf telah mencegat jalanmu" dia tersenyum manis sambil masuk kedalam pekaranngan rumah guru.

Lampu-lampu rumah mulai dinyalakan. Petanda perputaran bumi membuat sinar matahari berpinda kesisi bumi yang lain. Orang-orang mulai pulang dari sawah membawa rumput di atas kepala. Untuk diberikan pada sapi peliharaannya bisok pagi.

"Ries pakaian yang dijemur tolong diambil, lipat dan masukkan kedalam lemari. Biar kamu tidak di omelin oleh Istri ku". Titah guru, waktu melihat diriku masih belum masuk kedalam langgar.

"Enggih, Ki. Jawabku patuh, sambil menundukkan kepala.

Kulangkahkan kaki untuk mengambil rasakon (1) Raji guru yang masi ada di sampayan (2). Kemudian aku letakkan di bak yang sudah ku sediakan mulai dari tadi pagi.

Akubawa bak yang berisi pakayan tersebut keemperan rumah bagian dalam utuk kulipat. Kulihat ada Habibih sedang memegang talam yag berisi sobekan sarung basah. Kemudian diperas sapai terasa kering.

"Lagi ngapain, kok masih belum ke langgar?" tanyaku basa-basi. Padaha uku sudah tahu kalau dia lagi mau ngepel kotoran cicak.

"Lagi ngepel kotoran cicak ni mas, sampean mau ngelipat rasokan iya?", tanya dia padaku waktu mata indahnya melihat tanganku lagi memegang bak yang berisi pakayan guru sekeluarga.

" Iya ni", jawabku, sambil meletakkan bak yang kubawa di depan lemari.

"Mau aku bantuin", menawarkan jasa kepadaku, dengan suara khasnya yang mirip punya Sahrini.

"Sekiranya tidak merepotkan kamu silahkan, tapi aku tidak maksa loh". Jawabku dengan manis. Hati pun senang bisa melihat wajahnya dari dekat.

"Engak kok aku tidak merasa direpotkan olehmu, justru aku senang dapat membantu sampean. Lagian kenapa hidup ini harus dibawa repot mas, kita happy saja. Dari pada hurus memikirkan sesuatu yang dapat mengingatkan kita pada sesuatu yang dapat membuat air mata harus menetes…". perkataannya dalam, bikin tenggorokan aku kering.

"Eh… maaf", kata ku padanya, waktu aku menyentu tangan dia yang mau mengambil kaos putra sulung guru.

"Gak papa kok, nanti aku ambil wudhu lagi, disini air banyak". Senyumnya manis kepadaku.

Mata kami beradu tatap, kamipun tersenyum, hati ku ada yang menggelitik.

Semua lipatan baju sudah selsai, saatnya kuletakkan dengan rapi di lemari. Tapi suaranya menghentikanku.

"Tunggu mas", dia memegang tanganku, menundukkan kepala malu. Rona merah di pipinya terlihat jelas.

"Maukah sampean menjadi temanku, dalam mengarungi kehidupan ini. Aku mencintai mu mas". Suaranya tegas, amunisi yang ditembakkan kepadaku menghujam jantung. Lama aku terdiam dibuatnya. Namun aku harus memberikan keputusan tentang hal ini.

"Aku jawab nanti saja iya, Nanti kalau ketahuan guru bisa berabeh urusannya". Kata ku mengulur waktu dengan sengaja agar dia penasaran.

Hati takut mengobrol terlalu lama ditempat ini. Ketahuan guru, matilah riwayatku.

"Aku akan menunggumu di depat teras. Jika kamu memang benar-benar membutuhkan jawaban mala mini". Tegasku kepadanya.

Dia menganggukan kepala, dan aku langsung menuju lemari khusus pakayan yang ada dikamar guru. Kupercepat langkahku, karena sebentar lagi shalat berjamaah akan dimulai.

***

Langit malam bernyanyi di hatiku. Bulan tanggal lima belas, kalender hijriah menampakkan keindahannya. Kurangkai kata dalam hati, untuk mengimbangi pinangan cinta pertama.

Hanya hatilah tempat kursus bahasa cinta paling populer di dunia. Air yang mengalir tiada henti, siang hari-siang malam ke kamar mandi dan tempat wudhu santri. Mengajakku untuk menyucikan diri supaya lekas suan dan berkomunikasi dengan Dzat perangkai semesta alam.

Aku harus menemui pencipta skenario super hebat. Kopyah nasional yang masih bertengger di kepala, kulepas agar tidak terkena air. Saat aku menyucikan hati dari rasa waswas pikiran seringkali tak sejalan.

Akulah satri satu-satunya yang menggunakan kopyah nasional ditempat menimbah ilmu agama K.H. Muti'ullah. keritik yang berulang-ulang dari istri guru, tentang kopyah yang aku gunakan. Sebab tidak sama dengan santri lain, yang menggunakan Peci putih. Tidak pernah aku hiraukan.

Jalan hidup ini bagiku tidak perlu sama, baik pemikiran, penampilan, karakter, partai, aliran atau kepercayaan. semuanya boleh berbeda. Yang penting Tuhan kita tetap yang Satu. Agar tak mudah menyalahkan orang lain. Tentang tindakan kehidupan kalau tidak menemukan bukti yang kongkrit tentang kesalahan, yang membuat ketidak nyamanan akan lingkungan.

Bismilahirrohmanirrohim. Kubasu kedua telapak tanganku sampai pergelangan, agar tidak ada noda yang menghabat air wudhu. Tak lupa aku berkumur-kumur, agar noda-nada kedustaan tak perlu keluar dari lubang yang selalu membuat orang celaka akan dirinya, dan juga terhadap orang lain.

"Nawaitul wudhuah liraf'il-hadasil-ashgari fardhallillahi ta'aalaa". kini diriku dalam keadaan suci menurut ilmu syariat islam yang aku yakini.

"Aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah yang Tunggal, tiada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad, adalah hambanya dan utusannya. Jadikanlah aku orang yang ahli taubat dan jadikanlah aku orang yang suci dan masukkanlah aku kegolongan hamba-hambamu yang sholeh" Aamin.

Kuambil kopyah yang di letakakan diatas tembok penghalang, tempat wudhu laki-laki dan perempuan. Aku lekas ke langgar agar tidak ketinggalan rombongan dalam perjalanan spiritual menuja Sang Kholik, pencipta langit dan bumi serta segala isinnya.

Kini diriku berada dibarisan belakang, di sampingku adalah Kiyai yang memiliki Pesantren besar di Jumber suan ke guru.

Tidak ada perbedaan setatus di mata yang Maha Adil. Baik DPR, Polisi, TNI, Mentri, Jendral maupun presiden. Tetap akan mendapatkan tiket barisan terakhir bilah datang terlambat untuk menemuinya.

Di keharibaan-Nya, semua mahluk sama, sekalipun diciptakan dari inti yang berbeda. Yang mebedakan hambanya antara yang satu dengan hambanya yang lain. Hanyalah tingkat keimanan.

Terkadang kita merasa menjadi orang yang paling teraniaya didunia ini. Kerena sebuah nasip tidak memihak pada diri kita, menurut persepsi.

Sekarang aku mau bertanya pada dirimu, yang merasa paling teraniaya dan menderita. Karena harta dan sebagainya.

Apakah kamu kira tidak ada hamba Allah yang lain yang lebih menderita dari pada dirimu?.

Aku ingin mengajak dirimu merenungi sekilas tentang kehidupan dan struktur tubuhmu, agar tidak memiliki perasaan yang berlebihan. Yang menyebabkan kencendrungan merendahkan diri.

Sombong, pongah, iri hati, penakut dan pesimis akan hidupmu. Kamu adalah orang miskin, tetapi coba kau lihat mahluk lain di sekitarmu. Masih banyak mahluk Allah yang lebih miskin dari pada dirimu.

Masalah, silih berganti menimpamu, hingga kamu mengeluh. Lalu kamu bilang 'Aku tidak kuat memikulnya'. Tapi tahukah kamu bahwa masih banyak orang lain yang masalahnya lebih banyak dari pada dirimu. Namun dia tidak merasa berat akan masalahnya.

Wajah kamu jelek, tetapi masih banyak orang yang lebih jelek dari pada dirimu. Kamu memiliki wajah yang tanpan, namun masih banyak orang yang lebih tanpan dari pada dirimu. kamu orang kaya banyak harta didunia ini, namun Allah jau lebih kaya dari pada dirimu, lalu kamu siapa?.

Kamu hanyalah mahluk Yang selalu meminta-minta.

Materi yang sering kali dijadikan patokan kesuksesan seseorang, oleh manusia. Berarti manusia tersebut memiliki pemikiran yang dangkal. Yang perlu kita ketahui persepsi kita. Tidak akan mempengarahi keadilannya.

Perbedaan setatus sosial yang diberikan kepada makhluk-nya, bukanlah alat persembahan penindasan kaum borjois terhadap kaum proleter.

Hal itu diperuntukkan sebagai alat sosial kepada sesamanya. Agar terjalin persaudaran yang membawa kedamayan, kenyamanan, dan ketentraman dalam menjalani kehidupan yang berdampingan.

Teringat akan sabdanya, "bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta, tetapi kekayaan itu kaya akan hati (muttafaqun alaih).

Sekalipun jalan yang kita pilih berbeda, namun aku yakin tujuan akhir kita adalah sama. Kita sama-sama mencari sesuatu yang dapat membahagiakan diri kita di dunia dan di alam kekekalan.

Namun sayang, kita sering kali bersebrangan hingga membentuk garis vertikal dan horisontal di alam bawah sadar kita. Hingga kita tidak bisa temukan titik terang kebahagiyaan itu.

Power kita sama kuat, refrensi kita sama-sama ilmiah. Tetapi ketahuilah, terkadang kebenaran mutlak tidak mampu kau Rasionalkan.

Percuma kita ini menjadi orang yang kaya raya. Memiliki pangkat bintang empat di bahu kita. Jika jiwa kita miskin syafaat.

Keadilan inilah yang tidak mampu kamu logikakan. harta, tahta, yang selalu kamu kejar tidak menjamin dirimu berada dalam kebahagiyaan.

Kemiskinan dan kesederhanaan hal itu belum tentu membawah dirimu kedalam penderitaan. Lalu dimana kebahagiyaan itu berada?.

Kita ini tidak akan mampu memuaskan nafsu yang tidak pernah ada puasnya. Diri kita hanya akan diperbudak oleh keinginan, yang kadang menggiring kita kejurang penyesalan.

Sekalipun kita ini adalah mahluk materialis. Kita harus bisa memfilter keinginan, yang ingin kita pilih. Agar menuju kepada kemaslahatan yang universal. Biar ada pembeda antara kamu dan hamba-hambanya yang lain.

(1) Istri

(2) tempat menjemur pakaian

avataravatar