9 IKRAR

"Lekkelli, Lekkelli, itu apa pak?". Tanyaku pada bepak penasaran.

"Lekkelli, Lekkelli itu, artinya manis sekali. Tetapi karena yang mengucapkannya adalah hantu, dia tidak bisa melafal seperti kita". Tutur bapak kepadaku.

Aku tertawa sampai mengeluarkan ari mata, perutku sakit karena tertawa terpingkal-pingkan. Ternyata Bapakku yang pendiam, bisa juga berlawak seperti Sule dan Andri dalam opera vanjava.

"Ries pada zaman dulu hantupun bisa merasakan manisnya Tangghuli (bahan yang digunakan untuk membuat gula aren), buatan nenekkmu. tetapi sekarang Bapakmu yang masih hidup ini, sudah tidak dapat lagi merasakan manisnya Tangghuli buatan nenekmu itu. tawaku terhenti saat melihat mata Bapak sudah berkaca-kaca.

"Pergunakanlah waktumu sebaik mungkin, hidup ini hanyalah sebentar saja, Ries. Jangan gunakan waktumu hanya untuk melukis luka dalam dada ibuk mu. Dia adalah perantara kelahiranmu kedunia ini. Adanya dirimu karana adanya Ries. Sekalipun ibumu tuli, dia adalah orang yang melahirkanmu. Suatu saat nanti kamu akan seperti Bapak. Hanya bisa melihat asah dalam telapak sejarah. Tetang orang yang melahirkanmu". Kini air mataku mengalir bukan kerena aku bahagia akan lucunya cerita Bapakku. Cerita Bapak menyentuh hatiku yang paling dalam. tindakanku yang selalu melukai hati ibu, ternyata juga melukai hati Bapaku.

***

Kini aku bingung sendirian diatas kuburan dengan tali yang masih mengikat tubuhku. Tak cukup rasanya air mata penyesalan ini, kupergunakan untuk membalut lubang-lubang luka yang telah kuperbuat pada ibu. kuburan yang semulah menjadi mumuk bagiku, telah berubah menjadi cahaya kehidupan baru untuk merajut kembali, benang-benang tindakan yang telah aku rusak selama ini. Malam tak lagi menakutkan bagiku. Semangat untuk menuntut ilmu sebanyak-banyaknya berkobar-kobar dalam hati.

Di atas kuburan dekat rumahku sebuah ucapan terlontar dari hati yang paling dalam, dengan semangat yang menyelimuti seluruh badan kecilku.

"Wahai, hati aku berjaji kepadamu. Sekalipun tuju gunung tuju samudra dan hujan petir menghalangi langkahku untuk menuntut ilmu. Badan ini akan tetap melangkah maju untuk menghilangkan kebodohan yang terdapat dalam diri ku. Aku berjaji Kepadamu wahai hati. Kau, kupastikan akan menuntut ilmu minimal sampai S1".

Ibu menghampiriku ke kuburan. Tangis ibu yang membuka tali pengikat tubuhku tak mensurutkan tekatku. Ibu membawaku kekamar mandi dan memandikan tubuhku yang kotor. Air mata ibu menetes ketubuh, menamani air yang di siramkan untuk membersihkan tubuhku yang kecil.

avataravatar
Next chapter