7 AIR MATA

Hari-hari berjalan dengan indah, enam tahun terlewati tanpa terasa. Sekalipun keterbatasan ekonomi menghambat kreatifitasku. Namun tak ada beban pisikologis yang membebani pundak ku. Semua hari di habiskan dengan belajar sambil bermain dan bermain.

Jika temanku dibelikan mobil-mobilan yang memiliki remot control. Maka aku harus dibelikan juga oleh orang tuaku. Aku tidak memperdulikan apakah orang tuaku punya uang atau tidak, yang penting aku juga harus punya mobil-mobilan yang sama seperti punya temanku.

Sekalipun mobil-mobilan tersebut tergolong mahal bagi keluarga yang setatus ekonominya setara dengan keluargaku. Tapi seoranng ibu tidak mungkin tega melihat anaknya merengek dan termarjinalkan oleh anak-anak tetangganya.

Pepatah ibu yang menjadi teman dalam perjalanan hidupku, dalam mengarungi terjalnya dunia yang penuh dengan tipu dayah. 'Cong mon anak tacabbhur kadelem somor oreng toa norok aloncak'. Artinya, Jika buah hatinya jatuh kedalam sumur maka orang tua akan ikut melompat tanpa harus memikirkan keselamatan dirinya. Kasih sayang ibu terhadap buah hatinya melebihi kasih sayang buah hati kepada orong yang telah melahirkan.

kasih sayang yang sangat besar ini, banyak orang yang Tahu. Namun sangat sedikit orang-orang yang memahami. sehingga seringkali ibu mereka di perlakukan seolah pembantu. sangat disayangkan, padahal ridadallah wa Riddawalidain.

Andai saja pada zaman itu aku memiliki pemikiran sedewasa ini, mungkin beban dosah terhadap orang tua tak sebasar gunung Turzinah seperti yang aku pilkul. Demi memenuhi keinginanku, perhiasan yang menghiasi leher ibu harus digadaikan. Semuanya digadaikan gara-gara permintaanku yang menuntut kesamaan dengan teman-teman.

Kenangan-kenangan yang monoreh dosah pada orangtua dalam Raport Ilahi. Sering kali aku ingat ketika aku bilang tuli pada ibu yang memang memiliki penyakit pendengaran. Aku selalu mulakukanya ketika ada suatu permintaanku yang tidak dipenuhi, dan ibu memukulku karena aku yang tidak mengerti kondisi ekonomi orang tua dan durhaka kepadanya. Aku pernah dipukuli oleh ibu sampai tidak bisa melihat selama satu minggu. benda yang digunakan untuk memukul ku mengenai mata. Aku tidak menangis walaupun rasa perih di mata begitu sakit. Anehnya malah ibu sendiri yang menangis, mungkin ada rasa sesal yang begitu dalam pada dirinya.

'Maafkan anakmu yang janggal ini bu. Ya Rob, berikanlah hambamu yang lemah serta hina ini kesempatan untuk membahagiakan kedua orang tua. Bukalah pintu taubatmu untukku. Jadikanlah tetesan air mata ini menjadi saksi bisu taubatun nasuha'.

Kenangan yang juga masih membekas di memory otakku. Saat aku mencuri uang ibu untuk digunakan membayar uang arisan ibu-ibu rumah tangga. Aku mengambil uang tersebut, dan ku gunakan untuk membeli balpen dan buku bersampul Power Ranger, film kesukaanku, tanpa bilang terlebih dahulu kepada beliau. Gara-gara perbuatanku yang kurang jujur sama orang tua, aku dikejar-kejar oleh Bapak, yang ingin memukuliku. Karena takut menjadi kebiasaan pada diriku.

Lucunya Bapak tidak bisa mengejarku karena usianya sudah sepuh. Aku tertangkap saat aku bersembunyi di dalam kamar, pintunya didobrak elah Bapak. Beliau memukuliku habis-habisan dengan sapuh lidih yang biasa digakan untuk mebersihkan kasurku. Ibu menjerit- jerit, ikut merasakan sakitnya kulitku yang dipukul.

"Hentikan pukulanmu pak, dia adalah anakmu". Ibu memegang tangan bapak, namun beliau mendorongnya sampai tangannya terlepas, dia terlanjur kesal kepadaku. "Bagaimana jika terjadi apa-apa dengan Haries Pak?, nyawanya tidak bisa ditukar dengan uang". Beliau menagis tidak tiga meliahtku. Sedangkan mbak diam saja melihatku dipukuli, tidak berani melarang bapak yang lagi marah.

"Anak ini harus diberi pelajaran, biar enggak selalu menyusahkan orang tua. Mau jadi apa anak ini, jika dibiarkan begitu saja. Tindakannya bisa menjadi kebiasaan, aku tadak pernah mengajarinya mencuri". Suaranya tinggi, tetangga-tetangga pada mendengar, fatwa bapak kepada ku.

lbu tidak mungkin mampu menghalau Bapak yang sudah sangat emosi seperti saat itu. Karena Bapak tidak puas dengan memukuliku, aku diseret ke kuburan yang tak begitu jahu dari rumah. Tubuh kecilku diikat kebatu nisan. Tangis ibu semakin menjadi aku sunggu tidak tega melihatnya. Kasih sayang ibu yang sangat besar kepadaku membuat beliau sering di marahi Bapak dan mbak.

"Jangan terlalu memanjakan anak. Jika terus menerus ada yang memarahi dan membelanya, dia akan menjadi manja". Ketus mbak sama ibu. aku menangis sekeras-kerasnya karena aku ditinggal sendirian di kuburan pada sorop hari (sore). Aku sangat takut pada saat itu, rasa sakit di tubuhku tidak terasa, sebab ditutupi rasa takut yang sangat berlebihan.

Aku pobia kuburan, Bapak sering berdongeng kepadaku ketika mau menjelang tidur. 'Hantu itu keluarnya dari kuburan, pada sorop hari, Ries. Pertama keluarnya seperti asap, kemudian menjelma menjadi mahluk yang menakutkan seperti pocong dan semacamnya'.

Ketika aku diceritakan hantu oleh Bapak, aku langsung memejamkan mata sambil memeluk beliau walaupun sebenarnya aku belum mengantuk. Yang paling aku takuti waktu kecil hantu berbungkus seperti permen. Aku telah tersugesti cerita Bapak dan film pocong si Momon.

Bapak menghukum diriku dengan suatu hal yang paling aku takuti. Tak ada satupun orang yang mau mendengarkan tangisanku, kecaali mayat-mayat yang ada dalam kuburan. Ibu yang memiliki hati sehalus sutra surga, mengintip diriku dari cela-cela anyaman bambu yang dipergunakan sebagai gedek dapur. Beliau belum berani terhadap bapak, untuk menghapiriku.

avataravatar
Next chapter