webnovel

Bahaya

"Seperti biasa,aku dengan Wina dan Ray denganmu ,An" Ujar Ikhzan menegaskan kembali pembagian kendaraan, Angie hanya mengangguk sementara Ray tengah sibuk melihat ponselnya yang menunjukan letak rekan dari orang yang ia bunuh tadi malam.

Angie yang melihat Ray sibuk dengan ponsel pun hanya dapat menghela nafas dan langsung menghampiri Ray. Merasa dirinya dekati dengan sigap Ray langsung menyembunyikan ponselnya dan berbalik menghadap Angie yang sudah dekat beberapa senti lagi dengannya. Angie yang terkejut hanya membelalak membuat ide jahil Ray muncul di kepalanya.

"Kenapa?aku tau aku tampan, jangan melihatku seperti itu"

"Aku lebih memilih menatap foto Kai EXO dibandingkan menatap wajahmu!"

Entah sejak kapan setelah mendengar ucapan Angie seketika bibir Ray maju 3 senti dan itu membuat Angie terkekeh geli melihatnya.

"Kau jahat,an."

"Hahaha..Aku baik,Ray"

"Tidak, kau jahat..jangan menumpang padaku!"

"Baiklah aku bercanda,maaf ya"

Ray tersenyum penuh kemenangan dan senyum itu membuat Angie sedikit bahagia melihatnya, ia jadi bangga sendiri telah membuat seseorang tersenyum karenanya.

"Ayo, An. Kau ingin kita tertinggal?"

"Kau yg sibuk dengan ponselmu, memang ada hal penting apa?"

"Tidak ada, aku hanya melihat jam"

Gadis itu hanya mengedik bahu tanda tidak peduli.

.

Sesampainya disana mereka tetap tidak bisa diam, Siwan, Ikhzan, Vedro dan Ray terus saja menjahili orang-orang sekitar membuat para gadis yang ikut dengan mereka merasa malu karena ulah kekanakan para pria. Bahkan Angie kini marah pada mereka.

"Puas kalian?" Tanya Angie dingin. Para pria yang menyadari Angie berubah langsung mendorong Ray untuk menenangkan iblis yang akan mengamuk dalam diri Angie.

"A-an, maafkan kami..ok?bagaimana kalau kau ku traktir coklat putih hangat?" Tawar Ray membujuk agar Angie tidak marah. Angie berpura-pura berfikir dan pada akhirnya tersenyum.

"Baiklah.."

"Yess!"

'Berita berikutnya adalah penemuan mayat baru di gang kramat Pertigaan jalan xxx,pelaku yg sudah sering kita kenal yaitu XRY meninggalkan jejak lagi dengan membuang senjatanya di TKP..'

Semua langsung memandang tv kecuali Ray yang tengah fokus kembali dengan ponselnya yang menunjukan bahwa rekan Septa berada di sekitar sini. Ray mengedarkan pandangan dan langsung menangkap sosok pria yang cukup tinggi tapi hanya setinggi Vedro. Ray langsung menghampirinya tanpa teman lain sadari,mereka terlalu sibuk menonton berita, kecuali Angie.

Angie yang menyadari kepergian Ray langsung mengikuti dengan cara mengendap endap, Terlihat olehnya Ray menghampiri seorang pria yang tingginya tidak jauh darinya dan Ray, pria itu memakai jas dan sepatu kantoran. Angie mengintip dibalik pohon dan menguping percakapan mereka.

"Kau?!" Ujar pria itu terkejut menatap Ray yang menyeringai menyeramkan.

"Apa kabar?Gino,atau bisa kubilang..CEO Gino?"

"Bagaimana kau tau aku disini?" Tanya pria itu pada Ray, dan Ray hanya terkekeh melihat lawannya ketakutan.

"Rumahku di sekitar sini, sepertinya kita harus mencari tempat lain Pak Gino?" Tanya Ray menyeringai, sementara Gino yang sudah hampir berumur kepala tiga itu mengangguk ragu.

Angie yang bingung pun mengikuti Ray dan Gino yang mengarah kearah belakang bukir di sekitar situ dan Tanpa sadar gadis itu dibekap oleh seseorang di belakangnya.

Ray langsung mengintrogasi Gino di tempat itu. Gino yang sedikit tegang mencoba untuk santai melawan Ray.

"Jadi,ada apa XRY?"

"Untungnya aku masih punya hati, aku tidak sesadis Stifan dalam menjalankan tugas"

"Aku tau bahwa kelemahanmu adalah kau tidak bisa membunuh lebih dari 6 kali,bukan begitu?"

"Kau percaya kabar burung itu?aku bisa membunuh orang sebanyak yang kumau" Ujar Ray sambil mengeluarkan pistol kebanggaannya. Gino sudah mulai berkeringat melihat Ray mulai menodongkan senjatanya.

"Kau tidak bisa apa apa sekarang, aku bisa membunuhmu kapan saja"

Gino malah menyeringai dan terkekeh.Ray mengerutkan dahinya,kenapa ia tertawa?

"Ada yg lucu?"

"Hahaha!kau dengar itu nona?"

Melihat Gino yang menatap kearah belakang, Ray langsung berbalik dan menemukan Angie sedang diikat menatapnya dengan air mata yang mulai turun deras.

"A-an?!Kenapa kau disini?!" Teriak Ray, sementara yang ditanya hanya menunduk menahan sakit mendengar kenyataan yang ia dengar. 'Ray adalah XRY,seorang pembunuh bayaran'.

"Apa yg kalian LAKUKAN PADA NYA?!" Teriak Ray pada Gino yg mulai tertawa.

"HAHAHAHA!Kau lihat?bukan hanya kau yang bisa membunuh"

Orang yang menahan Angie mengarahkan pistolnya ke pelipis Angie membuat yang ditodong hanya dapat menatap Ray didepan sana dengan raut ketakutan yang terlihat sangat jelas.

"R-ray..to-tolong.."

"An..LEPASKAN DIA!DIA TIDAK ADA URUSANNYA DENGAN KITA!"

Ray langsung menodongkan pistolnya lagi,dan Gino hanya mundur satu langkah.

"Ouwh..tahan man, kau ingin dia mati juga?"

"Sialan!"

Ray mulai ragu menembak dia berfikir keras dengan apa yang harus dia lakukan sekarang, satu sisi ia tidak pernah bisa untuk menggagalkan misi dan disisi lain ia tidak mungkin mengorbankan Angie. Di posisi berat seperti ini biasanya Stifan yang menolongnya.

/DOR/

"Aaahh!"

Mendengar Angie berteriak,Ray langsung menoleh menemukan orang yang menahan Angie terkapar ditanah dengan kondisi menyedihkan. Angie terduduk di tanah dengan pandangan kosong dan disamping Angie,Stifan berdiri memutar mutar pistol ditangannya dengan santai seakan tengah menonton film romansa yang menyedihkan.

"Apa?!Sialan!" Pekik Gino yang sama kagetnya dengan Ray karena melihat kehadiran Stifan yang tiba tiba.

"Selesaikan urusanmu,Ray. Sebelum polisi dan teman temanmu datang, gadismu aman "

Ray menatap Angie yang perlahan mulai mengadah untuk menatapnya,Angie menatap Ray dengan tatapan yang tidak bisa ia mengerti.Tanpa memutuskan pandangannya dengan gadis itu, Ray menodong pistol kebanggaannya kebelakang dan-

/DOR/

Gino mati ditempat dan kepalanya bolong ditengah,headshot. Ray langsung melempar pistolnya dan berlari mendekati Angie yang menatapnya dengan tatapan takut hingga tiba-tiba tubuhnya ambruk ditanah, dengan cepat Ray langsung segera menggendongnya ala bridal.

"Aku bukan orang baik, An." Ujar Ray penuh penyesalan dan langsung membawa Angie lari dari sana.