19 PENYERANGAN part 5

"Rupanya kau di sini," ucap Kazuma sambil meneguk sekaleng minuman. Kini aku bersamanya di atas jembatan. Di bawah kami ada kanal kecil yang mengalir dengan tenang. Di sisi kiri dan kanan tertanam beberapa pohon sakura yang masih hijau dan lebat. Di bawahnya banyak sekali tanaman rambat yang merambat hingga mengenai air kanal. Beberapa petugas mulai menghiasi batang-batang pohon dengan lampu tumblr agar tempat ini terlihat indah saat natal nanti. Setiap tahun hal itu dilakukan oleh mereka agar kota tidak nampak suram. Aku membalikkan tubuhku ke arah berlawanan dengan Kazuma. Memandangi orang-orang yang berlalu lalang.

"Tidak biasanya wajahmu mengerikan seperti itu," sindir Kazuma membuatku meliriknya tajam. Wajah tanpa berdosa itu fokus ke arah kanal. Aku pun memejamkan mataku sembari menghela nafas. Lalu membukanya lagi.

"Sepertinya kau butuh latihan lagi jika ingin benar-benar melawan mereka sendirian." Lagi-lagi aku hanya diam enggan menjawab apa yang dikatakan lelaki di sampingku ini.

"Apa ... mereka akan kembali?" tanya Kazuma sambil membalikkan tubuhnya menyamaiku. Ia kembali meneguk sekaleng minuman itu. Sesekali melirikku, menanti jawaban dari pertanyaan yang dia lontarkan.

"'Itsuka mata'tte¹!" jawabku singkat.

"Itsuka mata? Itu berarti mereka akan kembali?" Aku mengangguk sebagai jawaban. Ia terdengar menghela nafas.

"Aku akan memban―"

"Tidak perlu. Aku tidak butuh bantuanmu," ketusku dengan cepat. Aku tahu jika ia ingin menawarkan bantuannya, sayangnya aku tidak membutuhkan bantuan itu.

"Bukankah masalah Shohei sudah termasuk masalah Grudge Cluster juga? Kau harus melibatkan mereka, Omi. Bagaimanapun juga kau dan mereka bahkan aku adalah keluarga dan keluarga harus saling melindungi."

"Ini masalahku, bukan masalahmu ataupun Grudge Cluster. Berhentilah untuk ikut campur! Kau dan mereka tidak ada hubungannya," balasku lalu menatapnya tajam. Rupanya ia pun menatapku dengan tatapan yang sama bahkan tak kalah tajam.

"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Grudge Cluster ada untukmu begitupun sebaliknya. Tapi kau justru ingin melakukannya sendiri tanpa sepengetahuan kami. Aku tahu kau melakukannya demi Shohei, demi melindungi dia dari Coast Town. Tapi, bukankah kau sama saja seperti mengkhianati kami? Mengkhianati teman-temanmu yang sejak dulu bersusah payah agar bisa membentuk geng ini. Ka―"

"Kau terlalu banyak bicara, Kazuma. Aku hanya ingin melindungi mereka. Aku tidak ingin menjadi seseorang yang selalu dilindungi. Kalian teman-temanku, bukan anak buahku. Ingat itu!" tukasku. Kazuma terlihat menaikkan kedua alisnya. Tatapannya yang tajam mulai meredup.

"Jika begitu, mengapa kau tidak bertarung bersama dengan kami?"

"Ck! Kau sangat cerewet. Dengar Kazuma! Aku, sebagai leadermu, sebagai Leader Grudge Cluster tidak mungkin membawa kalian bersamaku. Mengapa? Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya dan aku hanya ingin membuktikan seberapa kuat diriku, seberapa bisa aku melawan mereka. Kau jangan ikut campur terlalu jauh! Aku tidak ingin kau terlibat. Mungkin keterlibatanku ini membuatku harus berurusan dengan Yakuza, tapi hal itu tak membuatku mundur. Lagi pula aku hanya ingin melindungi Shohei," jelasku panjang lebar. Ini pertama kalinya aku berbicara dengan anak ini sepanjang itu. Biasanya aku hanya menceritakannya pada Gun, tapi karena anak ini sangat peka akan keadaan, maka, mau bagaimana lagi? Ku beri tahu saja dia apa alasanku melakukan semuanya sendiri.

"Seperti permintaan Shohei, dia tidak ingin melibatkan Grudge Cluster. Dia ingin mengatasinya sendiri. Dan ... karena aku orang yang ditunjuk olehnya, maka aku harus melakukannya sendiri. Tanpa bantuan kalian ataupun dirimu," lanjutku masih menatap Kazuma. Ck! Sekonyong-konyong aku memalingkan wajah. Enggan menatap matanya yang kini kembali memancarkan aura emosi. Aku tahu bagaimana perasaan Kazuma saat ini, ia pasti tidak akan terima jika aku melakukan hal berbahaya tanpa bantuannya ataupun Grudge Cluster, ia pasti sangat emosi.

"Kau naif, Omi!" Hanya dua kata itu yang ku dengar. Lalu ia pun pergi meninggalkanku dengan sejuta emosi yang ia tahan. Kembali ku hela nafasku. Yosh! Setidaknya aku sedikit lega karena kemungkinan Kazuma tak akan mengatakan apapun kepada yang lain. Aku sangat mempercayai anak itu. Aku tahu mungkin kini ia tengah emosi, tapi di sisi lain aku sangat tahu jika ia akan menghormati keputusanku.

Ku langkahkan kaki meninggalkan jembatan. Aku memasukkan kedua tanganku ke dalam saku jaket, mencoba menghangatkan telapak tanganku ini. Jika kembali mengingat perkataan Kazuma tadi, mungkin apa yang ia katakan benar. Aku seperti mengkhianati teman-temanku karena bertindak sendirian, memasuki kandang musuh seolah-olah hanya aku seorang yang bisa masuk ke dalam sana. Sudah ku katakan sebelumnya bukan berarti semua ini untuk diriku sendiri. Semua ku lakukan untuk melindungi mereka dari para geng pengganggu itu. Egois, mungkin aku terdengar seperti itu. Tapi ini sudah menjadi keputusanku. Keputusan yang tidak bisa diubah lagi walaupun Kazuma ataupun mereka menentangnya.

BUG! BUG! BUG!

Seketika saja tubuhku ambruk ke aspal tanpa ku sadari. Dengan sigap aku bangkit dan melihat siapa yang sudah membuat tubuhku babak belur. Sial! Aku dikeroyok oleh anggota Coast Town saat melintasi gang sepi menuju rumahku. Yang aku tahu mereka bernama Ryuta, Itsuki, Rui dan Riki. Mereka mencoba mencelakaiku dengan cara menyerangku tiba-tiba dari segala arah. Di depanku ada Ryuta yang tengah menahan tawa, sedangkan belakang ada Rui lalu arah sisi kiri serta kananku ada Itsuki dan Riki. Benar-benar formasi yang membuatku tak bisa melarikan diri. Ya, walaupun sebenarnya aku tak ada rencana untuk melarikan diri.

Aku meringis karena mereka berhasil mengenai tinjuan mereka ke tubuhku. Membuat mereka tertawa puas. Tapi, bukan berarti saat ini aku tidak tahu akan keberadaan mereka, aku tahu, bahkan sangat tahu. Tapi, aku hanya tengah tidak berkonsentrasi karena memikirkan suatu hal yang membuatku selengah ini. Ku tatap mata mereka satu persatu.

"Seperti dugaanku. Ternyata kau memiliki kelemahan," kata Ryuta dengan nada meremehkan. Seakan-akan apa yang ia lakukan kepadaku barusan adalah suatu hal langka. Aku menghela nafasku dan mencoba setenang mungkin.

"Akan ku berikan pabrik baru untuk kalian jika kalian melepaskan Shohei dan berhenti menggangguku. Dengan begitu akan impas, bukan?" tawarku memberi mereka syarat perdamaian. Bukannya menyetujui, Ryuta malah tertawa kecil. Tawa yang dibuat-buat untuk merendahkan perkataanku.

"Hah? Fuzakenna, Baka yarou!² Aku tahu kau miskin, bagaimana caramu membeli pabrik baru untuk kami? Asal kau tahu, pabrik baru kami nanti akan lebih bagus daripada pabrik darimu. Tentu Akkan Zoku-lah yang memberikannya. Lagi pula kami datang bukan untuk meminta pabrik baru. Tujuan kami datang kemari bukan sekedar mencari anak pecandu itu, tapi balas dendam kepadamu. Ryusei, leader kami merasa dipermalukan atas apa yang kau lakukan padanya. Kau benar-benar iblis!" Aku mengernyitkan dahiku. Akkan Zoku akan memberikan pabrik baru kepada mereka? Berarti rumor itu benar. Akkan Zoku tidak main-main.

"Aku hanya ingin melindungi diriku sendiri tanpa berniat mempermalukan leadermu itu," jelasku.

"Omong kosong. Serang dia!" perintah Ryuta lalu ketiga teman-temannya pun langsung mencoba menghajarku tanpa memberiku waktu untuk mengambil ancang-ancang atau setidaknya menyiapkan nafasku untuk bertarung.

Bersambung ...

><><><

Note :

1 : Katanya lain kali

2 : Jangan bercanda, Bodoh!

Arigatou! Thank you! Nuhun! Terima kasih! Obrigada!

avataravatar
Next chapter