19 part 18

Menyelesaikan masalah lebih cepat adalah pilihan yang paling tepat untuk saat ini.

Zavier memilih untuk datang ke mansionnya, ia akan mendengarkan penjelasan dari Qween. Ia tak punya rasa apapun pada Qween lagi, ia hanya ingin tahu penjelasannya saja.

"Dimana Gea?" Zavier bertanya pada pelayan di kediamannya.

"Nona Gea sedag di taman bersama dengan Nona Qween."

Zavier segera melangkah ke taman. Ia berhenti ketika melihat Qween yang tengah melatih otot kakinya. Wanita itu terjatuh dan segera dibantu oleh Gea. Meski jatuh berkali-kali, Qween masih tetap bangkit. Ia terlihat begitu ingin kembali ke semula.

Ketika mata Qween tak sengaja melihat ke Zavier, ia diam di tempatnya. Kedua tangannya berpegangan pada lengan Gea.

Akhirnya Zavier datang menemuinya. Tatapan Qween terpaku pada pria yang sampai detik ini selalu ada dihatinya. Pria yang tak pernah tergantikan oleh siapapun.

"Gea, Z-Zavier."

Gea melihat ke arah pandangan Qween, sepertinya sudah saatnya Qween dan Zavier bicara.

"Duduklah! Aku akan meninggalkan kalian." Gea membantu Qween melangkah menuju ke tempat duduk.

Gea menarik nafas pelan, ia merasa deg-degan padahal bukan dia yang akan memberikan penjesalan. Kaki Gea melangkah menuju ke Zavier.

"Selesaikan masalah kalian." Gea memegang bahu Zavier sejenak lalu pergi.

Zavier melangkah mendekat ke arah Qween. Sampai di dekat Qween, dia hanya berdiri dengan matanya yang menatap lurus ke danau.

"T-tidak ada pelukan hangat untukku?" Qween mendongakan wajahnya, melihat Zavier yang ketampanannya tak berubah sama sekali. 5 tahun berlalu namun wajah itu masih sama dengan wajah yang ia ingat. Hanya saja, tak ada senyuman disana. Biasanya wajah itu akan selalu tersenyum ketika bersama dengannya.

"Kenapa kau mengkhianatiku?"

Qween tersenyum lembut mendengar pertanyaan Zavier, "A-aku tak pernah berpikir bahwa kau akan menanyakan itu. A-apakah ada alasan bagiku untuk mengkhianatimu?" Ia balik bertanya.

"Kau pergi dengan seorang pria yang tidak aku kenal. Sebelumnya kau pergi dengan pria itu ke hotel dan terakhir ke dokter kandungan untuk menggugurkan kandungan."

"A-anak laki-laki yang ada di foto ketika aku masih di panti asuhan, i-itu adalah dia."

Zavier melihat ke arah Qween. Beberapa saat ia mencoba menemukan kebohongan di wajah Qween tapi tak ia temukan sedikitpun. Qween tak pernah pandai berbohong dan Zavier tahu benar itu.

"I-ia menginap di hotel yang kau maksud. K-kami tidak melakukan apapun, k-kau tahu aku lebih dari siapapun." Qween kecewa pada Zavier, ia tak menyangka jika cintanya pada Zavier akan diragukan seperti saat ini.

"D-dokter kandungan, s-saat itu aku tengah mengandung anakmu. A-aku berniat ingin menggugurkan kandunganku dan yang mengantarku adalah pria yang kau maksud selingkuhanku. T-tapi aku t-tidak jadi melakukannya. S-setakut a-apapun aku pada masalalu, a-aku tidak bisa membunuh anakku sendiri. T-tapi sepertinya Tuhan memiliki c-cara lain untuk mengambil anak itu dariku. Sebuah t-truk menabrak k-kami, dan a-aku berakhir dalam kondisi menyedihkan dengan tuduhan dari p-pria yang sangat aku cintai." Qween telah menjelaskan segalanya. Semua kesalahpahaman yang terjadi karena pemikiran Zavier.

Zavier diam. Kejadian yang sebenarnya bertolak belakang dengan apa yang dia pikirkan.

"A-aku tak pernah menyangka bahwa k-kau akan berpikiran seperti ini padaku. A-aku pikir kau adalah orang yang s-sangat mengenalku. T-tapi kenyataannya kau adalah orang yang meragukanku. A-aku bertahan hidup hanya untukmu, t-tapi k-ketika aku sadar, bukan hanya tak dapat pelukan tapi satu senyumanmupun tak a-aku dapatkan." Qween tak bisa memendam kekecewaannya. Ia berjuang untuk hidup demi Zavier. Ia mencoba mengatasi ketakutannya karena masalalu dengan mempertahankan janin yang ia kandung, semua hanya demi Zavier. Ia pikir anak itu juga anak Zavier, dan Zavier pasti menginginkan anak itu. Semua yang ia lakukan adalah untuk kebahagiaan Zavier, tapi yang ia dapatkan adalah balasan menyakitkan.

"Kau tidak pernah mengatakan apapun padaku tentang pria itu."

"M-meski t-tak aku katakan, kau harusnya mencari lebih jauh. T-tapi kau lebih memilih untuk meragukanku. A-ah, aku pernah ingin memberitahukannya padamu tapi saat itu kau buru-buru karena masalah Gonzalfes."

Ingatan Zavier jatuh pada kejadian yang Qween maksud. Saat itu ia memotong ucapan Qween karena seorang pengacau bernama Gonzalfes membuat ulah.

Qween meraih tangan Zavier, "A-aku tak pernah sekalipun mengkhianatimu, Zavier. Hatiku hanya mencintai satu pria hingga saat ini. Itu kau, dan akan selalu kau."

Zavier tak tahu harus mengatakan apa, dalam hubungannya dengan Qween, dialah yang berkhianat. Ia yang telah membagi hatinya pada Bryssa ketika Qween koma. Ialah orang yang berpikiran buruk, hanya berdasarkan rekaman cctv dan dugaan, ia menyatakan Qween sebagai pengkhianat dalam hubungan mereka.

Zavier melepaskan tangan Qween, ia membalik tubuhnya dan segera melangkah pergi.

"Z-Zavier!" Qween memanggil Zavier. Ia mencoba berdiri, melangkah dan akhirnya terjatuh.

Zavier berhenti melangkah, ia melihat ke arah belakang dan menemukan Qween terjerembab di rumput, "Qween!" Zavier melangkah cepat ke arah Qween.

"Qween! Buka matamu!" Zavier menepuk pipi Qween. Tak ada respon, ia segera menggendong tubuh Qween dan membawa Qween ke ruang kesehatan.

"Apa yang terjadi padanya?" Gea bergerak cepat mengikuti Zavier.

"Dia jatuh lalu tidak sadarkan diri."

Gea membuka pintu ruang kesehatan, Zavier masuk dan segera membaringkan tubuh Qween.

Gea memeriksa Qween, "Dia hanya tidak sadarkan diri. Tubuhnya masih belum bisa bergerak tapi dia memaksa untuk terus terapi agar bisa segera sembuh."

Ketegangan di wajah Zavier terlihat sedikit berkurang.

"Bagaimana penjelasannya? Siapa pria yang bersamanya?"

"Jangan membahas itu sekarang, Gea. Pergilah, aku akan menjaganya disini." Zavier tak bisa mengakui bahwa ialah yang melakukan kesalahan.

Gea mengerti kata-kata Zavier, ia segera melangkah pergi dan membiarkan Zavier menjaga Qween.

Mata Zavier menatap wajah pucat Qween, "Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Zavier terjebak dalam dilema. Bagaimana dia akan bersikap pada Qween setelah tahu bahwa tak ada sedikitpun niat Qween untuk mengkhianatinya? Bagaimana dia bisa mengatakan pada Qween bahwa selama wanita itu tidak sadar, ia telah banyak bermain dengan wanita dan berakhir dengan Bryssa yang ia akui sebagai miliknya? Dan bagaimana ia bisa memutuskan hubungan dengan Qween ketika wanita itu tak melakukan kesalahan apapun? Dan bagaimana ia bisa kejam menghancurkan hati Qween setelah wanita itu berjuang untuk hidup demi dirinya?

"Cepatlah sembuh, Qween. Aku akan mengakui semua dosaku setelah kau sembuh." Saat ini bukan saat yang tepat untuk mengungkapkan semuanya. Ia tidak bisa lebih kejam lagi pada Qween. Ia tahu Qween adalah wanita yang akan menyakiti dirinya sendiri ketika tertekan, dan ia tidak ingin Qween melakukan itu ketika tahu tentang ia dan Bryssa. Tapi, suatu hari nanti, setelah kondisi Qween benar-benar membaik, ia akan bicara perlahan-lahan. Setidaknya hingga Qween benar-benar bisa menerima kata-katanya.

**

"Ya, Bryssa. Ada apa?" Zavier menerima panggilan dari Bryssa.

"Kau dimana? Kenapa belum pulang?"

"Aku sedang di mansion. Malam ini aku tidak pulang karena ada urusan. Jangan tidur terlalu larut. Dan makanlah."

"Ah, ranjangku kosong malam ini."

"Malam berikutnya, ranjangmu akan kembali terisi."

"Aku tidak suka kesepian."

"Kau butuh teman atau sedang merindukan aku?"

"Ah, panas. Aku mandi dulu. Sampai jumpa besok, Zavier."

Zavier tertawa kecil, "Sampai jumpa besok, Little Princess."

Panggilan itu selesai. Zavier kembali melangkah mendekat ke Qween yang masih menutup matanya. Melihat wajah Qween sejenak lalu membaringkan tubuhnya disofa.

Bryssa? Apakah seseorang sudah menggantikan posisiku di hidup Zavier? Qween mendengar percakapan Zavier. Tadinya ia ingin membuka matanya tapi mendengar nada suara Zavier yang lembut membuatnya mengurungkan niatnya. Zavier tak pernah bicara lembut jika orang itu bukan orang yang sangat dekat dengannya.

Malam ini aku tidak pulang karena ada urusan. Jadi, ini adalah alasan kenapa Zavier tak pernah ada di kediaman itu sejak beberapa hari lalu. Qween mengerti sekarang. Bagaimana bisa ia berada dalam posisi menyedihkan seperti ini? Ketika ia berjuang mati-matian untuk Zavier namun ia dibalas pengkhianatan oleh Zavier.

Bryssa, seistimewa apa kau bagi seorang Zavier? Qween bukan wanita yang licik atau jahat, tapi setelah hatinya merasa bagai ditikam ribuan pisau, ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Zavier memiliki wanita lain.

Aku akan merebut kembali apa yang sudah jadi milikku. Zavier adalah milikku.

tbc

avataravatar
Next chapter