15 part 14

Bryssa menunggu Zavier. Ia kesal karena Zavier tak mengindahkan kata-katanya. Bagaimana mungkin Zavier pergi ketika ia tertidur.

Suara langkah kaki terdengar. Bryssa sangat yakin itu adalah langkah kaki Zavier.

"Dari mana saja kau!" Bryssa menatap Zavier galak.

Zavier mendekat dengan tenang, "Gea tidak mengatakan apapun padamu?"

"Kenapa kau harus menyuruh Gea mengatakannya padaku! Kenapa tidak bicara langsung! Kau baru terjaga beberapa jam lalu tapi kau sudah keluar dari rumah! Kau tidak mendengarkan u-" Kata-kata Bryssa teredam oleh ciuman Zavier.

Bryssa mencoba memberontak tapi akhirnya dia menyerah juga.

Setelah Bryssa cukup tenang, Zavier melepaskan ciumannya.

"Aku mendengarkan kata-katamu. Yang menyetir mobil adalah Joan. Aku tidak melakukan aktivitas berat. Dan kenapa aku tidak mengatakan langsung padamu itu karena aku tak mau mengganggu tidurmu. Kau menjagaku selama dua hari dan kau pasti lelah." Zavier memberikan jawaban atas perkataan Bryssa. Nada bicara yang ia gunakan terdengar lembut dan meminta pengertian dari Bryssa, "Jika yang sakit bukan orang terdekatku, aku tidak akan meninggalkan rumah."

Bryssa tak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. Amarahnya menguap. Jika saja Zavier tak menggunakan nada lembut maka pastilah ia akan meledak sekarang.

"Kau sudah makan malam?"

Zavier lega sekarang. Bryssa sudah tidak marah lagi.

"Kalau belum ayo kita makan. Aku lapar."

"Baiklah, ayo."

Bryssa sudah tidak marah lagi tapi raut kesalnya masih terlihat. Ia melangkah mendahului Zavier.

Di meja makan Bryssa masih menyuapi Zavier makan. Zavier yang sesungguhnya bisa makan sendiri tak banyak mengeluh, ia tak pernah suka diperlakukan seperti orang sakit sebelumnya namun dengan Bryssa, ia suka bermanja seperti ini.

**

Selesai makan malam, Bryssa tidur di kamar Zavier. Berada satu ranjang seperti malam-malam sebelumnya.

"Miringkan saja tubuhmu, lukamu akan kembali terbuka jika kau tidur terlentang." Bryssa benar-benar memperhatikan Zavier sepanjang waktu.

"Aku baik-baik saja." Zavier mengatakan hal yang membuat Bryssa muak. Sudah berapa kali ia mendengatkan 4 kata itu dalam hari ini.

Bryssa tak punya pilihan lain, ia memeluk tubuh Zavier dan memiringkannya, "Tidurlah."

Secara tidak ia sadari apa yang telah ia lakukan sangat manis.

"Apa kau yakin dengan cara seperti ini lukaku tidak akan terbuka?"

"Hm."

"Baiklah." Zavier menggunakan kesempatan ini dengan baik. Ia memeluk Bryssa, "Jangan memikirkan hal kotor, malam ini aku ingin istirahat dengan baik."

Bryssa mendengus, "Aku tidak memikirkan hal kotor," Ia sedang jujur sekarang. Otaknya sekarang hanya memikirkan bagaimana caranya agar luka Zavier tak terbuka saja.

Zavier tersenyum kecil, ia mendekatkan dagunya ke kepala Bryssa, menghirup aroma rambut Bryssa yang sangat disukai oleh hidungnya lalu memejamkan mata dan terlelap.

Ketika Zavier sudah terlelap, Bryssa juga iku terlelap.

Beberapa jam berikutnya, Zavier terjaga. Ia haus. Dengan hati-hati Zavier melepaskan pelukan Bryssa dari tubunya. Ia keluar dari kamarnya dan melangkah ke dapur.

"Astaga!" Zavier terkejut ketika melihat Bryssa berdiri tidak jauh darinya.

"Kenapa tidak membangunkan aku jika kau haus." Bryssa mendekat, ia meraih botol minum yang ada di tangan Zavier, menungkannya ke cangkir, "Minumlah." Bryssa memberikan perintah agar Zavier meminum air dari cangkir yang Bryssa pegang.

Zavier membungkukan sedikit tubuhnya, ia segera meminum air yang ada di dalam cangkir.

"Masih kurang?" Tanya Bryssa.

Zavier menggelengkan kepalanya, tangannya meraih tangan Bryssa, mendorong tubuh Bryssa hingga menempel ke lemari pendingin. Bibirnya melumat bibir Bryssa dengan lembut. Ia tak tahan melihat bibir Bryssa, bibir yang selalu menggoda seakan meminta dirinya untuk terus menciumnya.

"Aku bisa mati, bodoh!" Bryssa mendorong Zavier. Ia nyaris kehabisan nafas karena ciuman Zavier.

Zavier mengelus bibir Bryssa, "Kita kembali ke kamar." Tangannya meraih tangan Bryssa, menggenggamnya dan membawanya ke kamar.

**

Hari ini Bryssa sudah bisa bekerja di rumah mode yang Zavier buat untuknya. Rasanya sangat menyenangkan bisa kembali bekerja. Ternyata menguntungkan menjadi milik seorang Zavier. Ya, meskipun awalnya tidak menyenangkan namun makin kesini Bryssa makin menikmatinya.

"Makan siang nanti aku akan menjemputmu." Hari pertama Bryssa bekerja, ia diantar oleh Zavier.

"Baiklah. Hati-hati dijalan."

"Hm."

Bryssa melambaikan tangannya dan Zavier segera pergi. Bryssa segera masuk ke dalam gedung berlantai 3 itu. Ia mengumpulkan para karyawan pilihan Joan dan memperkenalkan dirinya. Ia menyampaikan beberapa kalimat yang isinya agar mereka bisa bekerja sama dengan baik.

**

"Bryssa, aku tidak bisa makan siang denganmu. Aku ada urusan, kau bisa makan siang sendiri, kan?"

Bryssa sedikit kecewa dengan kalimat yang Zavier katakan barusan, tapi ia tidak bisa memaksa jika Zavier tak bisa makan siang dengannya.

"Tidak apa-apa, aku bisa makan siang sendiri."

"Baguslah."

Dan panggilan selesai.

Bryssa menyimpan ponselnya. Jika itu urusan tentang makan maka Bryssa tak bisa menundanya. Ia segera meraih tasnya, dan keluar dari ruangannya.

"Naima, aku pergi dulu." Bryssa bicara pada asistennya.

"Baik, Bu."

Karena tak membawa mobilnya, jadi Bryssa harus menggunakan taksi. Taksi? Bryssa menggelengkan kepalanya, lebih baik ia naik bus saja. Sudah lama ia tidak naik bus.

Halte bus berada beberapa puluh meter dari bangunan rumah mode Bryssa. Ia melangkah dengan heelsnya yang lumayan tinggi.

**

Bryssa memilih cafe yang biasa ia kunjungi. Dari halte bus ia harus berjalan lagi. Bryssa tak terlalu repot dengan berjalan kaki, ia malah lebih suka berjalan kaki seperti ini. Menyehatkan kakinya.

Citt,, sebuah mobil van berhenti di tepi jalan. 4 pria bertubuh tegap keluar dari sana. Bryssa yang menyadari jika dirinya akan menjadi korban penculikan segera bersiap melawan, ia tidak bisa menjadi korban penculikan.

"Hanya 4 orang, yang benar saja, apa tidak memiliki lebih banyak orang?" Bryssa tersenyum mengejek. Ia mengayunkan tasnya ke kepala seorang pria. Lalu segera bergerak cepat menghajar 3 orang yang tersisa. Bryssa tak memberikan ampunan. Ia menghajar orang-orang itu habis-habisan.

Polisi datang, Bryssa sudah selesai dengan aksinya. Ia merapikan penampilannya.

"Anda baik-baik saja, Nona?" Seorang petugas polisi bertanya pada Bryssa.

"Ya, tentu saja. Aku baik-baik saja."

"Apa yang terjadi?"

Suara itu membuat Bryssa membalik tubuhnya, "Zavier."

"Kau baik-baik saja, Bryssa?" Zavier memeriksa tubuh Bryssa. Terdapat beberapa memar di tubuhnya.

"Aku baik-baik saja."

Para penculik yang hendak menculik Bryssa sudah dibawa ke dalam mobil polisi. Bryssa juga harus ikut pergi ke kantor polisi tapi ia pergi bersama dengan mobil Zavier.

**

Setelah memberikan keterangan, Bryssa segera kembali ke kediaman Zavier. Di dalam mobil Zavier tak mengatakan apapun, ia hanya melihat pergelangan tangan Bryssa yang memar.

Sampai di rumah, Zavier segera menghubungi seseorang.

"Pastikan mereka mati membusuk di penjara." Zavier menghubungi pihak kepolisian yang dekat dengannya.

"Joan, cari tahu pasti siapa mereka. Jika benar itu orang-orang Alejandro maka hancurkan tubuhnya berkeping-keping." Zavier beralih ke Joan setelah ia selesai menghubungi polisi.

"Siapa Alejandro?"

"Seseorang yang tidak menyukaiku."

"Berapa banyak orang yang tak menyukaimu?" Tanya Bryssa lagi.

"Aku tidak menghitungnya. Yang aku hitung hanya perbuatan mereka, menyakiti orang yang aku sayangi maka hasil akhirnya adalah kematian yang menyakitkan."

"Tapi aku baik-baik saja."

"Jika kau tidak baik-baik saja sekarang Alejandro pasti sudah tewas beberapa menit setelah kau terluka."

Bryssa tersenyum, ia benar-benar suka wajah dingin Zavier dan perhatian manisnya itu.

"Istirahatlah, Gea akan segera mengobati memarmu."

"Baiklah."

Bryssa melangkah menuju ke kamarnya. Ia tak merasa aneh sedikitpun karena Zavier tak menanyakan tentang bagaimana ia bisa mengalahkan 4 orang tadi.

"Joan, mulai sekarang siapkan beberapa orang untuk menjaga Bryssa."

"Nona Bryssa tak akan mudah dilukai, Tuan."

"Lakukan saja. Dia tidak memegang senjata, akan berbahaya baginya jika ada musuhku yang lain mengincarnya. Perhatianku pada Bryssa sudah mulai membuatnya berada dalam bahaya."

"Kalau begitu kita berikan saja Nona Bryssa senjata untuk menjaga dirinya."

"Dia menjaga identitasnya hingga saat ini, biarkan saja dia menajga identitasnya dengan baik. Cukup saja kalian jaga dia."

Joan mengerti ucapan Zavier, "Baik, Tuan."

"Alejandro, kau akan selesai." Zavier melangkah meninggalkan Joan. Ia tak akan melepaskan Alejandro, tak ada yang boleh menyentuh apa yang ia cintai. Seseorang boleh melakukan apapun padanya karena persaingan bisnis atau masalah apapun tapi tak ada yang boleh menyentuh orang-orang yang ia cintai untuk membuatnya lemah.

tbc

avataravatar
Next chapter