18 Menikah Saja Dengan Febiana

Edward termenung sembari memandangi gambar diri mantan kekasihnya yang masih terpasang di dinding apartemennya. Sudah setengah jam, ia tidak beranjak dari tempat itu, bahkan matanya pun tak lepas dari wajah di foto itu. Rasa rindu telah datang dan membuat Edward kehilangan daya untuk tetap bersabar dalam menjalani kesendiriannya yang masih dihiasi bayang-bayang sang mantan.

Seiring detak jam yang bergerak ke arah angka delapan malam, Edward menghela napasnya. "Hari ini sangat melelahkan, Kimmy. Masih bersama bayang dirimu juga," gumamnya.

Edward tertunduk sesaat, kemudian kembali memandangi wajah Kimmy. "Febiana masih terus mengusikku, Kimmy. Dan kenapa setiap aku menatapnya, ingatanku justru terisi oleh wajahmu? Kalian mirip, meski tak serupa. Ambisi, konsisten, pancaran mata tajam, beberapa gerak tubuh pun memiliki banyak kesamaan."

"Kenapa harus Febiana? Dia bukan wanita yang baik, tapi kamu sangat baik, Kimmy. Aku bersyukur karena setidaknya kalian masih memiliki sedikit perbedaan, hanya saja ... aku harus terus mengingatmu jika sedang bertemu dengannya. Dan proyek kali ini mengharuskanku terlibat dengannya lebih dalam," lanjut Edward tertunduk pasrah lagi.

Ketika suara bel pintu berbunyi, pria berparas Eropa itu baru bersedia pergi dari hadapan pigura bergambar diri sosok Kimmy Devina. Edward berjalan dengan langkah pelan, tetapi sangat lebar. Kegeraman mulai muncul pasca sang tamu menekan tombol pintu beberapa kali dan tampaknya sedang tidak sabaran.

Edward mengembuskan napasnya dengan kasar, kemudian segera membuka daun pintu yang bergayabelegan itu. Tampak ayahnya di sana, membuatnya cukup terheran-heran. Entah apa yang membawa Javier tiba-tiba datang tanpa memberikan kabar terlebih dahulu. Namun, setidaknya, Edward tahu jika kedatangan ayahnya itu masih berkaitan dengan dua rumor mengenai dirinya yang sudah beredar luas.

Tongkat kayu ditusukkan ke arah dada Edward, oleh Javier. Langkah kakinya pun terus maju dan membuat sang putra pertama berangsur mundur.

"Ayah! Ada apa?" tanya Edward dengan kesal, lantaran diberi serangan tanpa adanya sebuah penjelasan.

Javier berangsur menurunkan tongkat kayunya yang ia bawa itu. "Apa kamu gila?!" tanyanya tegas dan ketus.

"Aku? Gila? Tentang apa?" Edward yang belum bisa memastikan apa yang terjadi, menjadi heran. Ia mencondongkan kepalanya ke depan, seolah memberikan sebuah perlawanan.

Javier berdecap. Namun, ia tidak ingin bertengkar seperti anak kecil yang sedang berebut mainan. Oleh sebab itu, ia segera mengabaikan pertanyaan Edward dan lantas duduk di salah satu sofa yang menjadi bagian dari ruang tamu apartemen itu.

Dengan sungkan, dan jujur sedikit malas, Edward mengikuti sikap sang ayah. Ia duduk di sofa lain yang memiliki ukuran lebih kecil, agak jauh serta terkesan menghindari Javier. Meski rasa penasaran juga semakin menguat di hatinya dan ingin sekali lagi bertanya; apa yang terjadi? Namun, Edward terlalu sungkan untuk melontarkannya.

"Ayah yang akan bertanya, sebenarnya apa yang terjadi? Ada hubungan apa di antara kamu dan Nona CEO itu, Edward?" tanya Javier tanpa basa-basi.

Edward langsung menatap paras wajah sang ayah. "Tidak ada apa-apa," jawabnya singkat dan terkesan ketus. "Memangnya ada apa lagi?"

"Jangan berbohong!" tegas Javier dengan suara parau, tetapi bernada tinggi. "Jangan membohongi Pak Tua ini, Edward Sinclair! Apa benar, kabar jalinan cinta antara kalian itu adalah sebuah fakta?"

Edward menghela napas dan berangsur menyandarkan punggungnya. "Tidak ada fakta yang seperti itu, Ayah." Ia masih saja menjawab dengan suara ketus dan mata yang menatap dingin.

"Investasi pribadi? Apa hal ini juga mau kamu sanggah sebagai rumor juga? Harus ada berapa rumor yang ada pada dirimu, Nak?"

Edward menurunkan arah pandangnya. Ia berpikir sejenak untuk mencari sebuah jawaban yang tepat untuk digunakan sebagai penjelasan. Meski ia tahu kemarahan seperti itu akan ada, tetapi sungguh, ayahnya datang tanpa ia duga-duga. Lalu, sejauh ini ketika ia menjabat sebagai seorang CEO sejak lima tahun yang lalu, Javier tak pernah ikut campur mengenai apa pun dan bagaimana cara kerjanya. Bahkan, meskipun, beberapa masalah juga sering datang. Tidak seperti sekarang, Javier justru garang dan seolah tak mempercayai diri Edward lagi.

Sepertinya, cara terbaik memang harus berkata jujur. Jika Edward masih mempertahan sebuah sanggahan untuk menutupi kebenaran, tentu saja ayahnya itu bisa salah paham. Dan yang paling fatal adalah pencabutan jabatan yang diberikan padanya.

"Baiklah, akan aku jelaskan. Tapi, ... ada satu hal yang perlu aku tanya pada Ayah," ucap Edward.

Javier melipat kedua tangannya ke depan. "Katakan," titahnya.

"Siapa yang menyulut bara di hati Ayah? Davin, Arvin, Clara, atau Berta?" Kedua alis Edward terangkat dan dahinya berkerut. "Apa justru mereka semua dan menambahi drama untuk memperbesar masalah yang sudah ada? Cih! Tak bisa dipercaya!"

"Jaga mulutmu, Edward. Ingat posisimu sekarang sedang ada di keadaan sebagai seseorang yang bersalah. Siapa pun yang menyulut api di hati Ayah, tetap saja fakta yang sudah ada menjadi sebuah bukti besar, Nak."

Mata Edward memicing tajam. "Baiklah, aku tak peduli siapa pun itu," ucapnya sembari menurunkan ketegangan yang ada. "Aku tidak sedang menjalin hubungan dengan Febiana. Dan asal Ayah tahu, gambar diriku tengah bermesraan dengannya yang mungkin sudah Ayah ketahui, hanyalah salah satu rencanaku untuk mengancamnya serta meredupkan fitnah yang wanita itu buat."

Javier terdiam, ia berangsur merasa bersalah karena telah menuduh Edward dengan hal yang tidak-tidak. Nyaris saja ia terhasut ucapan Davin yang selama ini berambisi ingin menjadi penguasa dari Sinclair Group. Kekhawatirannya hampir memakan semua kepercayaannya terhadap Edward—si jenius dan telah menjadi putra pertama yang sangat ia sayangi.

Beruntung, sesaat sebelum Edward memberikan penjelasan, Javier tidak langsung termakan emosi.

"Lalu, untuk investasi itu? Ayah dengar para pemegang saham tidak setuju," ucap Javier hendak menggali semua kebenaran dari Edward.

"Dari mana Ayah tahu? Aku tak pernah mengatakannya pada siapa pun, terlebih pada para pemegang saham Sinclair group. Hanya aku, Ibnu, Febiana, serta Mr. Hector saja. Ah ... sepertinya memang dari pihak Febiana, ya? Antek-antek Big Golden pasti sudah tahu tentang hal itu."

"Bukan!" tandas Javier. "Bukan Febiana atau Big Golden."

"Lalu?"

"Ayah hanya sekadar mendengarnya saja dan itu secara tidak sengaja."

"Cih!" Edward tersenyum kecut. "Baiklah, aku tidak akan mendesak Ayah. Investasi pribadi hanyalah salah satu upayaku saja. Karena Big Golden sudah berani mencuri lahan serta kesempatan milik Sinclair Group, sudah pasti para petinggi akan kurang setuju jika aku memutuskan sebuah kerja sama dengan mereka. Oleh sebab itu, aku menggunakan dana pribadi untuk mengawasinya. Aku juga tidak punya waktu banyak, dan namaku telah dinaungi oleh Mr. Hector. Jadi, apa salahnya?"

"Jika nama baikmu sudah diperbaiki, bukankah seharusnya kamu berhenti, Edward? Kenapa justru bersedia berada di bawah Mr. Hector, dan kemungkinan Big Golden? Meski, hanya namamu saja, bukan Sinclair Group."

"Aku sangat mengenal Febiana, Ayah, dia memiliki ambisi besar. Dia tidak akan berhenti menyerang sebelum targetnya tumbang. Aku harus mendekatinya dan menghancurkannya perlahan-lahan. Kalau bisa, aku akan meng-akusisi Big Golden seperti perusahaan penentang yang lain!"

Javier menghela napas. Tubuhnya yang sejak tadi tegap dan diliputi ketegangan kini berangsur tenang. Ia menyandarkan punggungnya, kemudian berkata, "Menikah saja dengan Febiana."

"Apa?!" Betapa terkejutnya Edward mendengar saran gila dari ayahnya itu. Bahkan, tak pernah terlintas di benaknya sama sekali. "Menikah? Dengannya? Tidak akan mungkin terjadi!"

"Daripada membuang-buang waktu hanya untuk akusisi, sepertinya akan lebih bagus jika kamu memupuk apa yang sudah kamu tanam, Nak." Javier berangsur menatap manik mata Edward yang bernetra biru sama seperti netra miliknya. "Kamu sendiri yang menciptakan rumor cinta di antara dirimu dan Febiana, bukankah lebih baik selami lebih dalam saja? Jika kalian menikah, kamu bisa melakukan merger antara Sinclair Group dan Big Golden. Kekuasaan yang kamu miliki akan lebih luas, kesempatan untuk mendominasi keadaan bisnis pun akan semakin besar. Ayah bisa mengatur perjodohan kalian."

Edward terdiam. Bukan bimbang, bukan gamang, tetapi menyimpan perasaan geli. Pasalnya, menikahi Febiana sama saja menjebakkan dirinya pada dekapan singa betina yang gila. Edward tidak akan mau! Mencium Febiana saja, perutnya mendadak mual. Apa lagi jika hidup dengan wanita itu dalam satu rumah, bahkan satu ranjang. Yang benar saja!

***

avataravatar
Next chapter