7 Tunduklah

"Mr. Devil - Season II"

Author by Natalie Ernison

~ ~ ~

"Mengapa... mengapa kau begitu kejam padaku.. aku tidak pernah mengganggumu..." Jaes terus terisak, sambil meringuk di balik selimut tebal miliknya.

"mengapa bertanya begitu kucing manis.." Cullen pun berbaring di samping tubuh Jaes, sambil ia memainkan rambut panjang milik Jaes.

Apa alasanmu tuan terus menindasku seperti ini.. ujar Jaes dengan suaranya yang hampir tak terdengar, karena sedari tadi terus saja menangis.

"Tidak ada alasan apa pun... aku hanya tertarik pada kucing kecil sepertimu.." Cullen mengendus-endus punggung dan batang leher Jaes.

Ia juga membelai-belai bagian tubuh depan Jaes, tentu saja tangannya bermain asyik dengan kedua gunung mulia milik kepunyaan Jaes.

Hentikan... aku lelah, dan aku sedang sakit... lirih Jaes, ia sangat berharap jika Cullen akan berhenti mengganggunya.

"Baiklah manisku, malam ini aku akan lepaskan kamu. Cepatlah sembuh, sehingga kita bisa saling memuaskan.." Cullen mendekap erat tubuh Jaes, hingga akhirnya Jaes terlelap.

Hmmm... Cullen tersenyum tulus pada Jaes.

"kucing kecilku yang sangat polos, aku tahu belum pernah ada pria yang menyentuhmu.." batin Cullen, lalu mengecup lembut kening Jaes.

****

---------

Remost selalu peduli dengan hal yang berkaitan dengan Jasmeen, si gadis kesayangannya sejak masa-masa remaja. Akan tetapi karena perbedaan sosial ekonomi, hal tersebut kini menjadi sesuatu hal cukup sulit bagi mereka.

Remost terpaksa menerima perjodohan dari sang bunda, karena sang bunda sangat takut jika kehidupan mereka akan turun derajat. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, Remost harus menerima saran perjodohan dari sang bunda.

Namun, Remost masih saja mempedulikan keberadaan Jasmeen, meskipun kini ia telah bertunangan dengan seorang wanita yang berasal dari keluarga terpandang. Ia selalu berusaha mendekati Jasmeen tanpa sepengetahuan dari sang calon istri, yang merupakan hasil dari perjodohan.

"Kampus xxx"

Duduk berdiri, mondar mandir, itulah yang Jasmeen lakukan sedari pagi. Karena hari ini adalah hari terpenting juga menggetarkan baginya. Tiba saatnya bagi Jasmeen untuk menghadapi dosen penguji skripsinya, dan di dalam ruangan penguji terdapat beberapa dosen killer.

Salah satu dosen killer yang sangat di kagumi oleh para mahasiswi, karena daya pikat wajah yang dingin tetapi juga sangat cerdas. Dialah Remost Tyga, seorang dosen muda yang sangat dingin dan cukup killer. Ia termasuk dosen yang sangat disiplin, tidak pandang bulu/ pria mau pun wanita. Namun, karena ketampanannyalah justru membuat para wanita menjadi luluh lantah.

Akan tetapi, tak satu pun wanita mampu mengalihkan perhatiannya, karena Remost benci dengan tipe wanita gampangan. Sehingga kriteria Jasmeen sangat masuk dalam daftar wanita kriterianya.

Seorang gadis yang lugu dan juga tangguh dalam menjalani kerasnya hidup, dan kini sudah menjadi wanita yang semakin dewasa juga semakin menjadi idaman Remost. Hanya sosok Jasmeen yang mampu membuat Remost bertekuk lutut dalam karakter cueknya.

Dari masa kecil hingga remaja, Remost sangat mengenal sosok Jasmeen Aimee. Jasmeen terkenal sebagai anak gadis yang sangat cerdas dan juga berbakat dalam dunia seni, terutama seni tulis. Remost sudah lama memperhatikan sosok Jasmeen, namun ia masih bimbang.

Akhirnya, saat kepulangannya dari luar negeri, Remost menemui Jasmeen dan mengajaknya untuk membuka hubungan. Jasmeen pun menerima hal itu, karena Remost merupakan sosok pria pekerja keras dan juga tidak genit dengan para gadis-gadis lainnya.

>>

Jasmeen mulai memaparkan materi tugas akhirnya/ skripsi yang telah ia tulis selama berbulan-bulan, dan sering kali terhambat karena ulah si dosen dinginnya, Remost.

"Bagaimana kamu bisa mengeluarkan pendapat demikian? darimana sumbermu? jangan sampai kamu mengada-ngada! kamu tahu, plagiat akan bisa diteruskan ke jalur hukum." Tukas seorang dosen dengan wajah datar tanpa ekspresi dan cukup menekan psikologi Jasmeen.

Perlahan Jaes mulai berargumen dengan para dosen pengujinya, dengan kaki tangan yang sudah semakin gemetar saja, Jaes menjawab secara hati-hati dan penuh hikmat. Dosen yang paling membuatnya mati kartu ialah, Remost Tyga.

Akhirnya Jaes menyelesaikan ujian akhirnya dengan berlinangan air mata, sepertinya ia sangat tertekan kali ini.

Huhh hhhh... deru napas Jaes saat berada di dalam toilet kampus, dan mulai merapikan kembali penampilannya.

Bhukk...tak sengaja, ia berpapasan dan menubruk sang dosen killernya.

Maaf pak, saya kurang memperhatikan jalan saya.. ujar Jaes sambil menunduk, dan ia tahu dosen tersebut ialah Remost.

"Kamu sudah sehat?" ujar Remost sambil mengangkat wajah Jaes dengan tangannya.

Ahh ia saya sehat, terimakasih... Jaes mengangkat wajahnya perlahan, dan menepis tangan Remost dari wajahnya.

"Kau marah padaku? apakah tadi aku terlalu keras menguji materimu?" tukas Remost sambil meraih tangan Jaes yang hendak melangkah menjauh.

Tidak sama sekali pak, itu sudah kewajiban bapak... jawabya, lalu beranjak pergi tanpa menoleh lagi.

"Jasmeen, apa yang harus aku lakukan untuk memperbaiki semuanya..."lirih batin Remost.

>>

"Café xx 24 hours"

Jasmeen duduk di samping jendela kaca café yang merupakan tempatnya biasa mengerjakan tug-tugasnya. Namun kali ini ia tidak lagi mengerjakan tugas, melainkan ia sedang melanjutkan naskah novelnya.

"Permisi nona Jasmeen.." tukas seorang pelayan café.

Ahh ia, ada apa? ujar Jaes, sambil melepaskan tangannya dari kesibukan menulis.

"Ini ada bonus ice coffee favorite, special untuk nona sebagai pelanggan tetap.." ujar sang pelayan café sambil

memberikan segelas size L ice coffee padanya.

Thank you... ujar Jaes sambil kembali berkutat dengan tugasnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul. 23.48...

What!! sudah jam begini... gumam Jaes saat melihat sekilas arloji miliknya. Ia sangat ingin pulang dan beristirahat, namun ada suatu keraguan dan rasa takut untuk pulang.

"Jika aku pulang, maka pria sadis itu akan mengerjaiku lagi.." batin Jaes. Ia kini merasa cukup takut untuk kembali, karena ia tahu Cullen akan mengerjainya lagi.

Rasa kantuk yang teramat sangat pun ia tahan, dan ia mulai menulis naskah yang menceritakan tentang dirinya dan Cullen.

Drttt... nomor tidak dikenal memanggil...

"Siapa ini.." gumam Jaes sambil memperhatikan sejenak layar ponselnya, dan kembali mengetik.

Drrttt... sepuluh pesan masuk belum dibaca... nomor tidak dikenal memanggil...

Hmm... akhirnya Jaes pun meraih ponselnya, karena cukup terusik dengan hal tersebut.

"Selamat malam kucing kecilku... mengapa belum pulang? tubuhku butuh energy.."

"Hei... berani sekali tidak mengangkat telepon dan tidak membalas pesanku!! apa aku harus menghancurkan café 24 hours itu!!---" isi pesan-pesan yang baru saja Jaes buka.

Wajahnya mulai menegang, ia tahu siapa yang sedang mengancamnya, dan itu bukanlah sekedar ancaman semata.

Drrt..... nomor tidak dikenal memanggil...

Perlahan Jaes menggeser layar ponsel miliknya, dan menerima panggilan tersebut, sambil ia susah payah menelan salivanya.

"Hallo kucing kecilku... masih tidak ingin pulang sekarang!! baiklah, aku akan datang ke café itu dan membuat kekacauan..." tukas seseorang dari balik panggilan suara tersebut.

"Apa maumu!! jangan coba mengancamku!!" tukas Jaes dengan tubuh melemas.

"Hahhha... luar biasa kucing kecilku.. tidak masalah jika tidak menurut, jangan salahkan aku jika aku masuk!"

"Dimana!! hei jangan coba-coba.." Jaes mulai ketakutan dan cukup kesal.

"Lihatlah ke sebelah kananmu, aku sebentar lagi akan masuk dan menghancurkan isi café itu!!"

Jaes pun mulai menoleh ke arah yang telah Cullen katakan, ternyata Cullen sudah berada di luar café. Ia berdiri dengan sorot mata yang sangat tajam, sambil membawa alat pukul.

Hahh... "baaiikk, aku akan pulang.." bip. Jaes mematikan ponsel miliknya, dan segera ia membereskan barang-barangnya.

Dengan langkah yang terburu-buru, Jaes memberhentikan taksi yang kebetulan sedang parkir di depan café.

***

Kaki yang gemetar dan tubuhnya pun sangat lemas, Jaes berjalan menuju kamar kediamannya.

Baru saja ia membuka pintu dan menyalakan sacral lampu.

Grep... Cullen langsung maraih kedua tangannya, dan mengunci di atas kepalanya.

Ahhk.. lepaskan! aku baru saja tiba, mengapa langsung begini... ujar Jaes kesal terhadap perilaku semena-mena Cullen.

"Aku sudah hampir habis kesabaran, hampir saja aku membakar seluruh gedung ini.."

Gila! tidakkah kau tahu, berapa banyak nyawa akan mati, jika kau melakukan itu!

"Biarkan saja anggap saja itu peringatan untukmu sayang.." Cullen mengendus-endus leher Jaes.

Kumohon biarkan aku mandi, dan berganti pakaian... lirih Jaes, betapa menyebalkannya pria ini, pikirnya.

Huhh... Cullen mendengus dan mencengkram tengah pinggul Jaes.

Ahk... Jaes tentu saja melenguh akibat cengkraman itu.

"Cepatlah mandi, karena aku sudah tak tahan.." Cullen pun melepaskan Jaes, dan ia terus mengikuti langkah Jaes.

Apa yang kau lakukan! jangan mengikutiku!! Jaes mencoba untuk memberi peringatan, dan Cullen hanya terkekeh geli.

Sracchhh.... Jaes menyalakan shower, dan mulai membersihkan diri.

Tubuhnya sangat gemetar dan juga lemas. Ia sangat ketakutan akan kehadiran Cullen.

"Hei! mengapa begitu lama sayang!" ujar Cullen dari balik pintu, terdengar bunyi ganggang pintu yang sedang berusaha untuk terbuka.

Kuperingatkan jangan macam-macam!! heii!! tukas Jaes dengan nada meninggi.

Bhuakk.... pintu pun terbuka, dan kini tersisa tirai yang terbuat dari plastic sebagai penyekat antara toilet dan letak buthub milik Jaes.

Sosok Cullen terlihat sedang berdiri di depan tirai itu, dan hanya mengenakan kolor.

Sialnya, Jaes kini tak mengenakan apa pun/ tepanjang, karena ia sedang mandi.

Pergi!!! jangan macam-macam!! Jaes mulai panic, dan handuknya berada di depan tirai.

"Kau sengaja berlama-lama, sehingga aku bisa mandi bersamamu.." ujar Cullen sambil berdiri santai dan tangannya sudah terlihat di sisi tirai.

Jaes terburu-buru masuk ke dalam buthub lalu meringuk.

Jangan kemari, kumohon jangan!! Jaes meringuk.

Sreethhh.. Cullen akhirnya menyisikan tirai plastic tersebut. Seringai senyuman iblisnya pun terlihat begitu menakutkan bagi Jaes, dan matanya turun naik memandang seluruh tubuh polos Jaes.

Kau benar-benar bajingan!! bagaimana bisa kau berbuat begini pada wanita yang belum menikah!! Jaes mulai mengumpat kesal, ia sangat marah, karena baru kali ini ada pria yang berani merendahkannya seperti ini.

"Aku tidak sabar.." Cullen melangkah mendekati Jaes.

Jangan!! ahk... Jaes semakin memperat dekapannya pada tubuhnya sendiri, dan berusaha menutupi tubuh sensitifnya.

"Begini lebih gampang untuk bermain sayang.." Cullen meraih kedua tangan Jaes dan menguncinya di atas kepala Jaes.

Bajingan!! binatang!! kau sangat hina!! Jaes terus terisak pilu.

Mmmmm hmmm... Cullen melumat bibir merah merekah milik Jaes, dan di bawah guyuran air dari shower semakin menambah rasa asyik bagi Cullen untuk semakin mengerjai Jaes.

Perlahan Cullen mengangkat tubuh polos tak berbusana Jaes, dan keduanya saling berdiri, dan kembali bercumbu di bawah guyuran air.

Ahkk... binatang!! kau hina... Jaes terus terisak hingga terbatuk-batuk.

"Sayang, aku suka cara begini... kau memang sangat pintar membuatku semakin bergairah..."

Ahk... hakkk... Jaes semakin melenguh saat tangan jahil Cullen meraba dan meremas seluruh area sensitifnya. Cullen terus saja mengecup seluruh tubuh Jaes, tentu saja banyak tanda-tanda kepemilikan /kissmark tertinggal di area tubuh Jaes.

Tangan Cullen benar-benar jahil, dan terus saja membuat Jaes mendesah sambil berbasah-basahan.

Cullen terus saja mencumbu Jaes, tubuh keduanya kini sama-sama basah.

Mata Cullen menggelap saat ia mulai memandangi tubuh polos Jaes, glekkk Cullem menelan salivanya.

Lepaskan... lirih Jaes, namun Cullen enggan menghiraukan permintaan Jaes..

Ahkk.. Hahh.. Ahhhh... Jaes mendesah semakin keras, saat Cullen menggesek-gesekan pahanya tepat ditengah selangkangan Jaes. Gesek dan terus menggesek, dan sambil memainkan jarinya di sana.

Ahhkk... jangan... Jaes melenguh saat Cullen mulai...

****

avataravatar
Next chapter