2 Sosok Sadis itu

Mr. Devil - Season II

Author by Natalie Ernison

Jaes akhirnya pulang dengan taksi, itu pun memohon agar supir taksi mau mengantarnya pulang.

"Hmm... gadis manis, kita akan bertemu kembali..." gumam si pria tadi sambil tersenyum miring.

"Kediaman Jasmeen"

Hah hahhh... Jaes segera melucuti seluruh pakaiannya. Ia menangis sejadi-jadinya, ia sangat ketakutan dan belum pernah ia merasa tertekan dan terancam seperti sekarang ini.

Kalimat yang dilontarkan si pria misterius dan sadis tadi masih terngiang-ngiang di kepalanya.

Sracchhhhhh....

Jaes mengguyur seluruh tubuhnya dengan air, bahkan ia terduduk lemas di samping bathtub miliknya.

Setelah selesai membersihkan diri, ia mulai membuka laptop.

Mulai mengetik, rupanya ia menulis naskah yang berisi tentang kejadian yang telah ia alami malam ini. Tangannya mulai gemetar hebat, entah mengapa kecepatan mengetiknya sangat cepat dari sebelumnya. Seakan cerita itu benar-benar hidup.

Keesokan harinya...

"Kampus xxx"

"Jasmeen Aime!!!" teriak seorang dosen berkacamata dan terkenal sangat killer.

Iya pak... Jaes spontan berdiri dan tersadar dari lamunannya.

"Bapak tahu ini adalah kelas sastra, dan kalian harus menyelesaikan satu karya berbentuk buku sebagai tugas akhir. Tapi kelas ini bukan tempatmu untuk mencari inspirasi Jasmeen..." tukas sang dosen.

Sementara para mahasiswa lainnya hanya memandanginya dengan tatapan aneh, meremehkan, tak peduli, bahkan ada tatapan yang seakan mensyukurinya telah di tegur keras.

"baik... kelas berakhir, dan terkhusus untuk Jasmeen! inilah waktumu untuk mencari inspirasi.."

Hahhaha.. huuuu dasar tukang khayal...!! ujar beberapa rekan kampusnya, namun Jaes masa bodoh dengan hal itu.

Jaes terlihat hilang semangat, wajahnya memucat dan bibirnya pun sangat kering keronta.

***

"Bravoo.... amazing...

Hanya dalam hitungan jam, naskahmu sudah mencapai ratusan bahkan hampir jutaan views.." ujar Zeros sang editor.

Iya bos, baguslah... jawab Jaes sendu.

"Hei.. inilah yang kumaksud karya hebat. Dari karya hebatmu ini akan mampu membuat income kita naik.." tukas Zeros penuh semangat.

"Malam ini kau harus tulis kisah yang lebih panas lagi, dan kita akan bakar para pembaca itu.. ahaahah..." Zeros merucau kesenangan.

Iya bos, apa aku boleh pergi...

"Yes... aku akan mengantarkanmu.." ujar Zeros sambil merangkul Jaes, namun Jaes menepis tangan Zeros darinya.

Zeros

Mobil Fajero sport berwarna hitam mengkilat terparkir di sisi kanan café tempat Jaes dan Zeros melaksanakan

meeting naskah novelnya.

"Jaes... kau sudah memilik pacar..?"

Tidak! aku benci pria!! jawab Jaes dengan anda cuek.

hahahah...

"Bukankah tanpa pria hidupmu hampa.." tukas Zeros dengan terkekeh geli.

Sudahlah bos, aku lelah menjadi sosok pengagum senja...

"Kau luar biasa, semua kalimatmu penuh dengan kata-kata dramatis.." ujar Zeros sambil menghentikan mobilnya di depan mini market.

Aku tunggu dalam mobil saja bos.. ujar Jaes sambil bermain ponsel.

"Oke... aku akan membeli beberapa makanan.” Ujar Zeros dan bergegas pergi.

Jaes bersandar di kursi mobil milik Zeros, dan ia memandangi area gedung tinggu di sana. Matanya terfokus dengan dua pasangan pria dan wanita yang sedang asyik makan bersama.

Kak Remost... gumam Jaes saat melihat pria yang sedang menyuapi wanitanya.

Matanya berubah sendu, entah mengapa pemandangan itu terasa menyesakkan.

Namun, ada sosok pria bertubuh tinggi tegap, tampan, mengenakan jaket kulit. Pria itu berdiri di samping mobil fajero milik Zeros.

Sorot mata yang sangat tajam, dan Jaes teringat akan sorot mata dari pria yang beberapa malam lalu telah membuatnya kehidupannya mulai dipenuhi rasa takut.

Pria itu menoleh ke arah kaca mobil, dan memberikan tatapan seakan ingin menghabisinya seketika.

Bruakh... suara pintu mobil terbuka.

Hahh...

"Minumlah larutan penyegar untuk menyegarkan kerongkonganmu.." ujar Zeros yang baru tiba dari dalam mini market.

iya thank you bos... Jaes menerima sebotol larutan pemberian Zeros, dan saat ia kembali menoleh ke kiri, pria itu sudah menghilang dari pandangan matanya.

Tubuh Jaes kembali gemetar dan melemah seperti saat ia di ancam oleh pria sadis nan misterius waktu itu..

***

Jasmeen yang selalu di sibukkan dengan segala tugas kuliahnya, kini harus mengejar deadline naskahnya dar sang editor tampan namun super bawel dan sedikit temperamental.

"Kampus xxx"

"Heii coba lihat pak Remost dengan tunangannya sangat serasi bukan.."

Iya betul, cantik dan tampan. Super mapan lagi, dari keluarga terhormat..- riuh para mahasiswa saat melihat seorang dosen mudah nan tampan sedang bersama tunangannya yang juga cantik anggun.

"Iya, kak Remost memang sangat tampan dan juga..-"batin Jaes.

Ahhhss... apa yang pikirkan dan kuharapkan saat ini..

Bergegas membereskan barang-barangnya, dan ingin segera pergi menuju sebuah café terdekat.

"Jasmeen!!" seseorang memanggil namanya, saat Jaes menyusuri lorong kampusnya yang sudah menunjukan waktu sore hari.

Jaes berbalik sejenak...

"Bagaimana kabarmu?" ujar seorang pria tampan sambil tersenyum.

Aku baik-baik saja pak...

"sekarang sedang tak ada orang, mengapa kamu memanggilku bapak, tidakkah itu terlalu formal.." tukas sang dosen tampan, yang ialah Remost Tyga.

Remost Tyga

Tetapi kita sedang berada di area kampus...

"Iya aku tahu, tetapi malam ini aku ingin mengajakmu makan malam bersama..." ujar Remost penuh harap.

Maaf, aku harus menyelesaikan deadline pekerjaanku, permisi... Jaes pun bergegas pergi dari hadapan Remost si dosen tampannya.

"Jasmeen! maaf... maafkan aku.." tukas Remost, dan seketika menghentikan langkah Jaes.

Yah... aku mengerti... jawab Jaes singkat, lalu ia beranjak pergi.

>>>

Hahhh... sial!! mengapa aku bisa jatuh cinta dengan pria sebrengsek Remost Tyga!!! Jaes mengumpat sendiri, dan menendangi kaleng ke sisi kanan trotoar.

"Hei... perhatikan langkahmu.." tukas seseorang dari arah tendangan kaleng tadi.

Ahh maaf tuan... maafkan aku... Jaes bergegas menuju sumber suara, dan...

Seorang pria tampan, sorot mata yang tajam, tinggi, kekar, dengan bulu-bulu halus pada bagian rahang hingga pipi tegasnya.

"ini milikmu.." ujar sang pria sambil menyodorkan kaleng yang telah Jaes tendangi tadi, namun dengan wajah yang datar dan terasa tak senang.

Aku sangat minta maaf tuan, aku tak sengaja.. aku..---

"Sepertinya kita saling mengenal..." tukas si pria sambil mendekati wajah Jaes.

Maaf... aku tidak akan mengulangi hal ini lagi, kapan pun dan dimana pun.. ujar Jaes sambil mundur perlahan, karena jarak wajah mereka sangat dekat sekali.

"Cullen.... hei mengapa kau meninggalkanku.." ujar seorang pria sambil mengejarnya.

"Jadi nama pria ini Cullen..." batin Jaes sambil menoleh ke arah seseorang yang sedang memanggil Cullen.

Bos!!! Jaes terkejut saat melihat sang editor cerewetnya ternyata teman baik si pria misterius itu.

"Ohhh kau Jasmeen.. mengapa? kalian sudah saling mengenal.." ujar Zeros terkejut.

Hahhaa...

"Cullen kenalkan, ini adalah Jasmeen seorang novelis.." ujar Zeros memperkenalkan.

Jasmeen... Jaes mengangkat tangan kanannya hendak memberi salam pada Cullen, si pria dingin nan misterius itu.

"Cerita apa yang telah kau tulis.." tukas Cullen dengan sorot mata yang begitu tajam.

Ohh, dia menulis naskah gore... tukas Zeros memotong pertanyaan Cullen.

"Aku tidak peduli denganmu! aku sedang bertanya pada gadis ini.." tukas Cullen dengan tatapan dinginnya, dan membuat Jaes sedikit bergidik ngeri. Seakan sorot mata itu pernah ia lihat sebelumnya.

”Baik baik... mari kita pulang.”

”Maaf Jasmeen.. aku pulang dulu.” Mereka pun kembali.

Baik bos.. Jaes pun berjalan perlahan, tanpa sadar ia sudah tiba di depan area rumah susun kediamannya.

***

avataravatar
Next chapter