1 Prolog - Hanya Pengagum semu

"Mr. Devil - Season II"

Author by Natalie Ernison

Cinta adalah satu kata namun berjuta makna tersirat, dan tak ada yang tahu pada siapa ia berlabuh atau bahkan hanya sekedar sekedar persinggahan sesaat.

Genre: Gore - Fantasy - Mystery - Psychopath - Darkness - Romance

Novel ini adalah season II dari novel Mr. Devil sebelumnya. Tentu saja tak jauh dari latar cerita tentang kehidupan para mahkluk gaib, bangsa kegelapan, kekuasaan, penyiksaan, keputus asaan dan CINTA.

Jika pernah membaca karya Mr. Devil I karya saya, maka anda akan mengerti alur cerita bagian season II selanjutnya.

Jasmeen Aimee, yang berarti melati tercint, biasa dipanggil Jaes/ Jasmin/ Jeje. Berparas cantik - sopan - ramah - berkulit putih - hidung mancung - tinggi 160 cm - rambut panjang - suka bergaul - suka menulis novel gore ( cerita sadis, psychopath dkk), Fantasy romance.

***

"Di ruang pesta"

Seorang gadis sedang terlihat begitu geram saat menyaksikan seorang pria tampan bersama wanitanya sedang berdansa. Kedua pasangan itu terlihat begitu serasi, namun si gadis yang sedang berdiri di sisi kanan dari tempat dansa terlihat tidak senang.

"Beri tepuk tangan yang meriah untuk kedua pasangan dansa terbaik kita malam ini..." ujar seorang pria yang merupakan pembawa acara.

Prok prok prok... riuh tepuk tangan orang-orang saat melihat kedua pasangan serasi tersebut.

Huhhh... "Sepertinya tempat ini tak cocok untukku.." batin sang gadis yang terlihat cemberut sedari tadi, selama acara pesta dansa berlangsung.

Ia berjalan menuju pintu utama, hendak keluar dari ruang pesta.

"Nona, mengapa begitu cepat meninggalkan cesat? tidakkah pestanya masih berlangsung?" tukas seorang pria dengan pakaian serba hitam dengan kacamata hitamnya pula.

Maaf tuan, aku merasa hawa di dalam sana kurang pas untukku... jawab si gadis sambil berjalan melangkah menuju parkiran.

"Hei... jalan utamanya di sebelah sana nona.." ujar si pria sambil meraih lengan si wanita.

Ohh maaf... terimakasih.. tukas ang gadis sambil menepis tangan si pria yang tadi meraihnya sesaat.

>>

Gadis tersebut memanggil taksi lalu pulang menuju rumah susun kediamannya. Sebuah gedung yang cukup tua, dan dari tampilan gedung tersebut, terlihat bahwa biaya sewa tak terlalu mahal. Sangat terjangkau bagi mahasiswa magang seperti Jasmeen Aimee.

Yah, gadis yang baru pulang dari pesta dansa tadi ialah Jasmeen Aime, atau kita panggil saja Jaes.

*

*

"Rumah susun kediaman Jasmeen Aimee"

"Sepertinya hubungan kita hanyalah sebatas kakak beradik atau kah aku yang terlalu berharap lebih padamu kak.." lirih Jaes sambil mendekap sebuah boneka beruang mungil miliknya.

Hahh... menghela napas sejenak, lalu membuka layar laptop, membuka aplikasi Microsoft Word dan mulai mengetik.

"Ternyata sang pangeran telah memiliki seorang kekasih yang sangat sepadan dengannya, dan si gadis kampung hanya bisa menerima nasib malangnya sebagai pengagum sang bulan yang tidak mungkin dapat ia raih...--"

Ahkk...

"aku tidak bisa fokus dengan naskah novelku!!" gumam Jaes sambil mengacak rambutnya sendiri dan mendengus kesal.

Drrttt... suara getar ponse Jaes telah membuyarkan fokusnya.

"Editor Zeros memanggil...."

Jaes: "iya hallo bos...

Zeros: "besok bawa naskahmu tepat pukul 19:00 malam, tidak ada kata telat.."

Bipp... panggilan terputus..

"argh... padahal aku belum bicara apa pun.. ohh myy Lord... tugas akhirku pun belum selesai tapi naskah novelku harus segera aku berikan pada bos Zeros.

Whusss.... hembusan angin membuat horden jendelanya menari-nari.

"mengapa ada angin sedingin ini... ahh mungkin cuacara malam ini akan segera hujan," gumam Jaes, lalu segera menutup layar leptopnya dan menarik selimut untuk segera beristirahat.

Hahh... hahhh... Whuss...

"Hei siapa itu... Jaes terlihat mulai kesal dengan suara aneh yang mengganggu istirahatnya dan juga angin yang sedari tadi terasa dingin mencekam.

Hahhhh... Jaes terdiam membeku saat melihat sosok pria dengan wajah bersimbah darah, pria tersebut hanya mengenakan kolor saja. Bahkan tangannya penuh dengan darah segar. Lebih mengejutkan lagi, di tangan kanannya terlihat seorang gadis yang sudah tak bernyawa, bersimbah darah area leher si gadis.

Gadis tersebut telanj*ng tanpa sehelai kain pun menutupi tubuhnya.

Hahh hahhh... napas Jaes terasa sesak saat sorot mata yang tajam itu menatap dirinya dari balik kaca jendelanya.

****

Jasmeen Aime/ Jaes, adalah seorang mahasiwa tingkat akhir. Ia harus berusaha mencari penghidupan untuk dapat membayar uang sewa rumah susunnya dan juga biaya kuliah. Ia menjadi seorang penulis novel Gore - Darkness - Fantasy, sejak masih berada di bangsu sekolah menengah pertama.

Saat ingin beristirahat, Jaes harus melihat hal yang sangat mengerikan selama hidupnya, dan ini adalah hal baru.

Whuss.... tiba-tiba saja sosok yang bersimbah darah itu menghilang dari pandangan matanya, dan Jaes segera tertidur.

>>

"Café xxx"

Hmmm....

"lumayan bagus, tapi aku terlalu boring dengan genre yang datar begini..."

Plakk... suara hempasan beberapa lembaran kertas tergeletak di atas meja makan,dan membuat kedua bahu Jaes terangkat karena terkejut.

Ahhhmm... maaf bos, aku terlalu sibuk dengan urusan kuliahku, dan aku..-

"Jasmeen... kau kubayar untuk menulis cerita yang menarik dan menarik pembaca. Jika karya seperti ini, anak sekolah dasar pun bisa!!!" tukas seorang pria sambil menyipitkan matanya.

Baik bos... Jaes tertunduk sendu dan sebenarnya ia sangat kesal.

"Jaes, aku sangat berharap kau mendapatkan imajinasi mau pun fantasy yang lebih menegangkan..." tukas Zeros yang merupakan editor naskah novel karya Jasmeen.

Akan ku usahan bos...

Jaes pun beranjak pergi dari café tempat pertemuannya bersama Zeros, sang editor naskahnya.

Waktu menunjukkan tepat pukul. 22.45...

Astaga!! ini sudah sangat larut, besok aku harus pergi ke kantor magangku... gumam Jaes sambil berjalan setengah berlari.

Whusss... hembusan angin yang terasa begitu dingin, seakan menusuk tulangnya.

"Mengapa anginya terasa sangat dingin begini lagi..." batin Jaes, entah mengapa aura mencekam itu sama persis seperti yang ia alami pada malam itu.

Taksi taksi... hampir satu jam Jaes menunggu taksi berhenti, namun tak kunjung ada yang berhenti.

Ini sudah sangat larut... Jaes sudah biasa pulang larut malam, namun malam ini terasa begitu berbeda dari malam-malam sebelumnya.

Tiba-tiba saja bulu kuduknya terasa berdiri, ia mengusap leher belakangnya. Ia bergidik ngeri, sungguh tak mengerti apa ini sebenarnya, pikirnya.

Emhhh... Jaes merasa ada aroma yang sangat kuat menusuk hidungnya. Yah, aroma itu adalah aroma darah. Terasa sangat dekat dan semakin dekat.

Kakinya mulai gemetar, dan tubuhnya pun seakan tarasa sangat ringan.

Berjalan perlahan menuju samping gedung tua, tak jauh dari halte tempatnya menunggu angkutan umum.

Sebuah cahaya meremang terlihat jelas dari arah tempat Jaes berdiri.

Hakkk ahkkhh ahkkk... suara lenguhan yang terdengar jelas, Jaes sangat yakin itu suara manusia dan bukan binatang.

Kringgg.... tak sengaja ponselnya bordering dengan cukup nyaring, di dukung suasana samping gedung itu cukup sepi.

Hahhhh!!! Jaes membelalak, hampir menjatuhkan ponsel miliknya.

Sosok yang sangat mengerikan sedang berdiri menghadap tembok, namun dari area mulut sosok tersebut bersimbah darah segar. Lebih mengejutkan lagi, sosok itu adalah seorang pria yang sedang mencekik seorang wanita.

Dari mulut si wanita itu mengeluarkan darah segar, dan juga bagian lehernya terkoyak ngeri.

Jaes berbalik badan dan ingin berlari sekuat tenaga.

Napasnya terasa memburu, bahkan suaranya hampir tak terdengar. Ia sangat ketakutan setengah mati. Ia berharap ini hanyalah mimpi buruk, tidak!! itu sangat mengerikan dan menjijikan.

Ahkkk... Jaes melenguh saat ia mulai merasakan ada sesuatu yang menjambak rambut panjang miliknya.

Tcasshh tcasshhh... tetesan darah menetes di bahunya.

Jaes memejamkan matanya dengan sanga ngeri, ia bahkan menangis tanpa suara.

Yah, pria tadilah yang menjambak rambutnya, namun Nath tak dapat melihat jelas wajah dari pria itu.

****

avataravatar
Next chapter