5 Kenangan Luka

“Mr. Devil – Season II”

Author by Natalie Ernison

Jasmeen seorang mahasiswi sekaligus seorang novelis, ia selalu saja telat mengumpulkan deadline naskahnya. Namun semenjak perjumpaannya dengan Cullen, kehidupan Jasmeen kini benar-benar berubah drastic.

~~~

Cullen benar-benar seorang pria yang sangat menakutkan bagi Jaes. Ia tak segan-segan mengancam Jaes agar tidak dekat dengan pria lain, padahal ia bukanlah kekasih Jaes. Namun bagi Cullen, Jaes adalah gadis manisnya dan hanya miliknya kini.

“Kediaman Jasmeen”

Meringuk di balik selimut tebal miliknya, dengan wajah pucat dan tampilan rambut yang cukup berantakan.

Jaes terlihat memprihatinkan, tubuhnya sangat panas dan tak ada satu pun yang merawatnya. Karena sejak sekolah menengah atas, Jaes hidup dengan berjuang sendiri tanpa adanya orang tua. Ia sejak kecil sudah kehilangan kedua orang tuanya, akibat peristiwa kebakaran hebat belasan tahun silam.

-------------

Jaes hanya bersama kedua orang tuanya hanya sekitar sembilan tahun, setelah itu ia di titipkan di panti asuhan. Bisa bayangkan bagaimana kehidupan dip anti asuhan, Jaes terkadang kekurangan asupan gizi. Sehingga saat sekolah menengah atas, Jaes harus hidup di kost dengan bekerja sebagai tukang setrika baju.

Sepulang sekolah ia bekerja di bagian printing, sorenya ia mengajar les private dan malamnya barulah ia berkutat dengan naskah novel juga tugas-tugas sekolahnya.

Seiring berjalannya waktu, Jaes bertemu dengan seorang pria tampan. Pria itu adalah anak dari seorang donator bagi panti asuhannya saat masih kecil. Pria itu memiliki jarak usia 10 sepuluh tahun darinya. Jika saat ini usia Jaes sudah 20 dua puluh tahun lebih, maka usia si pria sudah 30 tiga puluh tahun lebih pula.

Namun, semenjak Jaes memutuskan untuk tinggal di kost sambil bekerja paruh waktu, ia pun sudah tak lagi berjumpa dengan pria tampannya.

Hingga suatu saat…

“Jasmeen!!” seseorang memanggil dirinya.

Kak Remost… Jaes sangat terkejut dan tersirat kerinduan di hatinya, sehingga saat melihat Remost, ia meneteskan air matanya.

“Mengapa kau tidak lagi di panti asuhan xx?” ujar Remost sambil turung dari dalam mobil sport mewah miliknya dan melangkah menuju Jaes.

Aku sudah memutuskan untuk tinggal di kost sambil bekerja paruh waktu kak… tukas Jaes sambil menggenggam maps yang berisi berkas-berkas pendaftarannya di suatu universitas.

“apa yang kau lakukan di sini?” ujar Remost sambil mengajak Jaes duduk di kursi area universitas xx.

Aku datang kemari ingin mendaftar kuliah bagian sastra kak.. Jaes menunduk sendu, karena Remost merupakan pria satu-satunya yang sangat ia sukai.

“baguslah jika kau berkuliah di universitas ini, karena aku pun dosen pengajar di tempat ini..”

Dosen? Jaes mengangkat wajahnya.

Bukankah kakak harus mengurus perusahaan proferti…

“Iya, justru itu.. aku dosen bagian bisnis manajemen, namu tak selalu hadir.

Ohh.. tetapi aku kuliah bagian sastra kak..

“Iya, tetapi jangan salah! kalian pun akan menerima materi dariku.. Remost tersenyum tulus pada Jaes, dan mereka berdua saling tersenyum sendu.

Sudah tiga tahu berlalu, Jaes baru saja dipertemukan kembali dengan Remost Tyga si pria idaman para mahasiswi.

>>

“Jasmeen.. malam ini ikutlah denganku makan malam…” ujar Remost penuh harap.

Hmm.. baiklah kak… Jaes tersipu-sipu, dan Remost pun merupakan pria yang begitu lembut padanya.

***

“Resto xx”

“Ayo masuk..”

Selamat datang tuan dan nyonya.. ujar para pelayan resto.

Ahh iya kak, aku sangat malu.. Jaes meringuk di balik tubuh Remost.

“Tidak apa-apa.. ayolah…” Remost menggenggam tangan Jaes erat dan melangkah pasti menuju ruang makan yang telah di pesan khusus.

Ini pertama kalinya bagi Jaes, karena sejak kecil ia hanya makan makanan yang sederhana dan harus berbagi dengan rekan-rekan di panti asuhan.

Jaes terkagum dengan design ruang makan tersebut.

Tak henti-hentinya Jaes merasa sangat canggung, terlebih lagi kedatangan mereka di sambut oleh beberapa orang.

“Ayah, bunda.. ini adalah wanita yang pernah aku ceritakan pada kalian..” ujar Remost dengan penuh percaya diri, ia memperkenalkan Jaes pada keluarganya.

Salam kenal, saya Jasmeen… ujar Jasmeen dengan senyuman merekahnya, lalu duduk di samping Remost.

“Orang tuamu memiliki asset perusahaan di mana?” tukas ibu dari Remost.

“Ahh bunda, lebih baik kita makan terlebih dahulu..” tukas Remost memotong pembicarana sang bundanya.

Sorot mata seluruh anggota keluarga Remost pun terfokus pada penampilan Jasmeen.

Remost, bunda harap kau tidak sembarangah membawa wanita ke dalam keluarga terhormat kita. Tukas sang bundanya dengan sangat ketus.

“Ohh ia Remost, perusahaan di A dan B..--- harus selalu kau perhatikan yah..” tukas sang ayahndanya, lalu tersenyum pada Jaes. Sang ayah terlihat lebih ramah, tak seperti sang bunda dan beberapa saudaranya yang lain lagi.

Kini Jasmeen mulai menyadari, bahwa Remost adalah keluarga yang sangat terpandang. Ketika sang ayah dan juga bunda Remost membicarakan urusan perusahaan, Jaes hanya terdiam. Seakan ia tak terlalu di anggap kehadirannya.

Jasmeen, kau bekerja di perusahaan apa? ujar sang bunda dengan tatapan merendahkan.

Saya bekerja di bagian koperasi sekolah sebagai designer grafis, namun juga seorang mahasiswi tingkat awal. Ujar Jaes dengan rasa bangga, yah ia bangga menjadi dirinya sendiri.

Hanya itu..? ujar sang bunda Remost.

Iya nyonya.. jawab Jaes sendu.

Hmm…

Remost, jangan sampai mempermalukan nama keluarga Tyga. Ingat kau membawa nama Tyga yang sangat di segani. Tukas sang bunda sambil memiringkan senyumannya pada Jaes.

>>

Remost pun mengantarkan Jaes ke rumah susun kediamannya.

“Terimakasih atas kesediaanmu malam ini..” ujar Remost sambil tersenyum tulus.

Iya kak… aku masuk dulu.

“Kediaman Tyga Family”

“Bunda, apakah jika aku mencintai Jasmeen? dia wanita yang sangat mandiri dan..—“

Hentikan Remost! banyak gadis-gadis yang terlahir dari keluarga ningrat, bahkan rekan-rekan ayahmu banyak! mengapa harus seorang gadis miskin itu! bentak sang bunda.

“Tapi bunda…--“

Kau ingin bunda mati saat ini hahh!! ujar sang bunda dengan nada mengancam dan meraih sebilah pisau dan meletakkan di bawah lehernya.

“Bunda jangan…” cegat para saudara Remost lainnya.

“Bunda hentikan, Remost pun bisa secepatnya meninggalkan gadis itu..” tukas sang ayah Remost.

Sementara Remost hanya tersungkur pilu dan tak berdaya.

***

Kakak akan pergi ke Inggris lagi? mengapa mendadak kak?

“Iya Jaes, aku akan melanjutkan Strata 3 tigaku, jadi baik-baiklah di sini..” ujar Remost dengan tersenyum sendu.

Ohh baiklah… kakak memang seorang sarjanawan muda yang cerdas.. puji Jaes dengan wajah tersenyum tulus.

“Jasmeen.. tunggu aku beberapa tahun lagi, setelah itu aku akan melamarmu..” ujar Remost menjanjikan hal yang sangat mengejutkan sekaligus membahagiakan bagi Jaes.

Hhmmm Jaes mengangguk lalu bersandar pada pundak Remost.

Remost pun pergi untuk menempuk pendidikan Strata 3 tiganya, dan setelah kepergiannya ia menjadi sangat jarang bertemu dengan Jaes, bahkan belum pernah sekalipun. Ia hanya berjanji dan terus berjanji.

Setelah hampir tiga tahun kemudian…

“Hei hei coba lihat itukan pak dosen tampan pak Remost…”

Ohh iya.. apakah itu calon istri pak remost… riuh para mahasiwa dan mahasiwi saat melihat Remost bersama seorang wanita cantik tiba di universitas xx.

>>

“Jasmeen, malam ini datanglah ke pesta dansa..—“

Baik kak.. kakak terlihat sedikit gemuk.. ujar Jaes yang terlihat sangat bahagia, saat melihat kehadiran pria pujaannya.

“Pesta dansa”

Jaes pun ikut serta menghadiri pesta dansa yang telah Remost katakan padanya saat di kampus xx. Ia bahkan mengenakan gaun yang Remost belikan untuknya saat sebelum ke pesta.

Jaes terlihat begitu bahagia tak terkira, namun…

Seketika wajahnya berubah sendu saat melihat Remost sedang berdansa dengan seorang wanita dan mereka saling bertukas cincin, rupanya itu pesta pertunagan Remost dan Aine (bab #1)

------------

Air mata Jaes seketika tak terbendung lagi, karena di saat sakit seperti ini, Remostlah yang selalu memperhatikannya, namun kini Remost tiada lagi.

***

avataravatar
Next chapter