1 TARGET UTAMA

"Apa kamu yakin? bisa melakukannya dalam lima hari ini?" tanya Marco Lincoln sambil menghempaskan satu lembar foto dua wanita yang sedang berpelukan di atas meja Davied Xavier.

Tanpa bicara Davied meraih selembar foto di atas meja. Di amatinya dengan seksama dua wanita cantik yang terlihat masih muda.

"Hem, berapa yang harus aku terima dengan pekerjaan ini?" tanya Davied sambil memicingkan mata dinginnya.

"Berapapun yang kamu minta." jawab Marco menatap tajam sambil menyerahkan satu koper yang berisi batangan emas.

"Itu hanya sebagian saja, jika kamu berhasil akan aku beri untuk sisanya." ucap Marco lagi dengan sebuah senyuman.

"Gadis yang mana yang harus aku lenyapkan?" tanya Davied tanpa ekspresi mengambil koper yang berisi batang emas.

"Skye Emelly dia pewaris tunggal Tuan Jason. Kamu harus melenyapkannya bagaimanapun caranya." ucap Marco seraya memberikan sebuah undangan yang harus di hadiri Davied di acara ulang tahun Tuan Jason yang ke enam puluh tahun.

Davied mengambil kartu undangan yang sangat mahal itu.

"Sabtu jam tujuh malam, berarti hari ini bukan? aku tidak bisa datang. Aku ada acara dengan Chintya. Kamu saja yang datang." ucap Davied tidak bisa mengorbankan kesenangannya hanya sebuah pesta yang tidak menarik.

"Dengar Dave! kamu sudah menerima tugas ini! aku minta kamu harus bekerja dengan cepat." ucap Marco dengan berteriak.

"BRAKKK"

Terdengar suara kursi terpelanting akibat tendangan kaki Davied.

Marco mengangkat wajahnya dengan wajah pucat.

"Maafkan aku Dave, tapi..aku perlu mengingatkan kamu tentang tugas ini bukan main-main? aku tidak ingin gagal." ucap Marco dengan hati seketika menciut.

"Aku sudah katakan, kesenanganku tidak bisa di tukar dengan yang lainnya! kita lihat saja nanti, Chintya bisa membosankan atau tidak." ucap Davied kembali tenang.

"Oke... Oke... simpan saja undangannya. Aku tunggu kabar darimu Dave." ucap Marco tidak bisa lagi mengendalikan Davied kalau dalam keadaan marah.

"Hem...itu lebih baik! kamu sudah tahu, aku tidak bisa di paksa oleh siapapun. Bahkan seorang wanita sekalipun." ucap Davied mengambil cerutu Marco kemudian di hisapnya dengan sangat kuat.

Marco menelan salivanya, merasa dirinya sangat kecil di hadapan Davied seorang laki-laki yang tidak punya hati dan sangat kejam.

"Aku pergi." ucap Davied setelah mematikan cerutu Marco di atas meja.

"Jangan lupa hubungi aku Dave!" ucap Marco sambil memegang kepalanya merasa sulit menghadapi Davied.

Tanpa menjawab ucapan Marco, Davied keluar dari kamar Marco dengan membawa tas yang berisi uang muka untuk kerja yang belum dia jalankan.

"BRAKKK"

Marco berdiri sambil melempar semua barang yang ada di atas mejanya.

"Sialan!! aku harus mencari cara agar bisa mengendalikan Davied!" ucap Marco sambil mengusap mulutnya merasa kesal dengan sepak terjang Davied yang tidak mematuhi perintahnya.

***

Di kamar Hotel...

"Mr. D, ada apa denganmu? kamu terlihat marah. Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Chintya kekasih Davied.

"Tidak ada, kamu senangkan saja aku malam ini." ucap Davied duduk bersandar di tempat tidur sambil menikmati segelas winenya.

"Tapi Mr. D, bagaimana dengan hubungan kita ini? aku belum mengenal betul siapa kamu? nama kamu saja aku tidak tahu." ucap Chintya dengan suara merajuk meraba dada bidang Davied yang telanjang.

Davied menatap tajam kedua mata Chintya wanita cantik yang baru dua bulan menjadi kekasihnya.

"Kamu ingin tahu namaku? kenapa?" tanya Davied dengan suara penuh tekanan.

"Bukannya hubungan kita serius Mr. D?" ucap Chintya yang pernah jadi kliennya dan sekarang menjadi kekasihnya.

Dengan gerakan cepat Davied menangkup dagu Chintya dengan kasar dan penuh tekanan.

"Dengar! selama ini tidak ada yang berani menanyakan namaku! kamu semakin membuatku kesal Chintya lebih baik kamu pergi dari hadapanku sekarang!" ucap Davied seraya mendorong dagu Chintya dengan keras hingga tubuh Chintya mundur ke belakang.

"Mr.D...tolong maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi." ucap Chintya meraih tangan Davied dengan wajah memohon.

"Pergilah! aku sudah tidak menginginkanmu malam ini, kamu telah merusak suasana hatiku." ucap Davied dengan tatapan dingin menepis tangan Chintya.

"Tapi...Mr.D...aku, aku sudah minta maaf padamu. Beri aku kesempatan untuk menyenangkanmu malam ini." ucap Chintya kembali berusaha membujuk Davied yang sudah tertutup hatinya.

"Pergilah! sebelum habis kesabaranku!" ucap Davied dengan geraham bergemelatuk.

"Mr. D... tolong maafkan aku." ucap Chintya mendekati Davied lagi, namun langkah kakinya terhenti saat melihat Davied menodongkan pistol ke arahnya.

"Pergilah! jangan menguji kesabaranku lagi!" ucap Davied dengan tatapan dingin.

Mendapat todongan pistol, dengan wajah pucat Chintya beranjak dari tempatnya dan keluar kamar tanpa berkata apa-apa selain kecewa dan menangis.

Davied melempar pistolnya ke tempat tidurnya, kemudian menekan pelipisnya.

"Aku harus pergi ke pesta itu." gumam Davied seraya bangun dari tempatnya dan berganti pakaian resmi untuk ke pesta.

Setelah berpakaian resmi dan rapi, Davied mengambil pistolnya dan menyelipkannya di balik jasnya.

"Undangannya sudah aku ada di sini, tapi di mana foto kedua kedua gadis itu? aku lupa meletakkannya?" ucap Davied seraya mencari foto target utamanya di dalam lacinya juga di dalam kemeja lamanya.

"Sialan, aku tidak menemukannya. Tapi aku masih mengingat namanya. Skye Emelly, ya! nama itu target utamaku yang harus aku culik dan aku serahkan pada Marco." ucap Davied dalam hati tanpa peduli lagi wajah Skye yang mana, karena dalam foto yang di berikan Marco ada dua gadis yang berpelukan.

Hanya dengan membawa kartu undangan, Davied berangkat ke pesta Tuan Jonson.

Dengan mengendarai mobil sportnya akhirnya Davied tiba juga di rumah besar Tuan Jonson.

"Hem... penjagaan sangat ketat, tapi tidak berarti bagi seorang Dave. Aku pasti bisa membawa Skye hanya dalam waktu dua hari." ucap Davied seraya tersenyum berjalan masuk ke dalam Mansion setelah menyerahkan kartu undangan pada penjaga.

Sambil membawa sebuah minuman wine Davied mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan targetnya.

"Di mana aku harus mencarinya?" tanya Davied dalam hati sambil berjalan ke arah balkon.

"BRUKK"

"Uuppsss!!! Maaf Om!" ucap seorang gadis dengan gaya santai mengusap jas Davied dengan kedua tangannya yang basah terkena tumpahan jus minumannya.

"Ccckkk! apa kamu tidak punya mata hingga menabrakku!" ucap Davied dengan tatapan kesal.

"Aku sudah minta maaf padamu Om, jangan mudah marah...Om bisa cepat tua." ucap gadis itu masih membersihkan jas Davied.

"Lepaskan tanganmu! kamu harus membayar untuk jasku yang kotor ini! siapa nama orang tuamu?" tanya Davied menatap penuh wajah gadis yang ada di hadapannya.

"Sepertinya aku pernah melihat wajah gadis ini? tapi di mana?" tanya Davied dalam hati masih menunggu jawaban gadis yang tak mempedulikan ucapannya.

avataravatar