webnovel

case bagian pertama

Di sebuah ruangan yang remang-remang karena cahaya yang masuk dari jendela kaca, dia memandang dingin mayat disampingnya. sungguh tidak ada penyesalan sedikitpun dalam hatinya. dia dengan tenang mengambil selimut tipis lusuh lalu ditaruh menutupi hingga keleher sang mayat. setelah itu dia menuruni ranjang berjalan santai menuju samping jendela. perlahan dia terduduk menyandar didinding.

" beginikah rasanya membunuh " dia mengucapkan itu sambil memandang kedua telapak tangannya yang belum lama ini dipakai untuk mencekik korbannya. sensasi yang aneh menurutnya! tapi tidak terlalu buruk. ada kesenangan tersendiri baginya, dia masih mengingat jelas saat korbannya meronta-ronta memohon belas kasih tapi dia dengan senyum yang begitu keji semakin menguatkan cekikannya.

Lagi, senyum keji itu lagi-lagi ia tunjukkan. kesan menyeramkan menyeruak akibat cahaya bulan yang menerangi sebagian wajahnya.

" mana mungkin aku setia pada satu pelanggan, tidak hanya kami, aku rasa semua wanita akan mencari yang lebih baik bukan " kalimat itu masih terngiang di benaknya. kalimat itulah yang memicu dirinya melakukan pembunuhan.

" jika semua wanita sama, bukankah lebih baik semua wanita hilang dari muka bumi ini "

Dia begitu menghayati ucapannya barusan. senyum kejinya kian melebar. baginya, apa yang baru saja dilakukannya menjadi sebuah langkah awal yang berarti meski hanyalah kebetulan terjadi. dia memutuskan membuka segel kenangan tentang wanita yang dulu pernah menjadi orang yang paling dicintainya didunia ini. rasa pahit seketika menyeruak.

rasa pahit terus menyebar dalam hatinya hingga membuat fikirannya semakin tertelan dalam kegelapan. berbagai bentuk macam kekejian lahir dalam ide gilanya. mendekati puncak pemikiran buruknya, Dia sempat memutuskan untuk menjadi iblis, ya iblis, kilau matanya begitu membara menyambut perubahannya kelak.

akan tetapi meski hanya sekelebat saja, sebutir cahaya yang hadir mampu mendorongnya untuk memilih menjadi yang lain. terasa begitu pilu saat ia mencoba terus masuk menelusuri setiap jejak kenangan diingatannya. dia merasa tidak salah, dia yakin wanita sialan itulah yang salah. senyum jahatnya seolah mengatakan tidak seharusnya dia menjadi iblis, wanita sialan itulah yang pantas menjadi iblis. jika wanita sialan itu adalah iblis maka dia merasa pantas menjadi malaikat. ya malaikat, malaikat yang telah patah seluruh sayapnya, malaikat yang telah keluar dari barisan kebenaran, malaikat yang memilih jalan yang berbeda. memikirkan itu degupan jantungnya menjadi begitu kian menderu, seluruh tubuhnya bergelora ketika dia telah merasa berada dalam jalur pemikiran yang semestinya. tinju yang menghantam lantai kasar itu menjadi tanda sebuah penegasan telah lahir sebutan yang dia klaim pantas untuknya.

" .... "

nyeri yang terasa dari punggung jemarinya justru menjadi sengatan tersendiri baginya, seolah menjadi pemecut keyakinan bahwa mulai detik itu ia akan mengabaikan segala rasa sakit.

Dia juga memutuskan untuk mematikan segala bentuk rasa hati, simbol itu dia tunjukan dengan menjilat punggung jemarinya yang berdarah karena meninju lantai tadi.

" Aku datang "

*****

Senin 29 maret, Pagi Hari 06:30, di kediaman Reva

Reva tidak bisa menikmati paginya. diruang tamu sederhana, reva berusaha melepas diri dari adiknya yang sedari tadi bergelayutan manja. merasa sudah gerah dan juga jengah, reva menolak pelan tubuh adiknya.

" erin, ada apa sih, pagi-pagi sudah gatel banget "

Sebenarnya reva sudah tahu alasannya. tertanggal 29 maret bertepatan dengan hari ini merupakan hari ulang tahun adiknya. reva juga telah mempersiapkan hadiah yang disimpan di balik almamaternya.

Erin seyum-senyum sambil melirik-lirik tanggalan di samping televisi. Reva pura-pura bodoh dan mengabaikannya dengan mengambil secangkir teh hangat di atas meja lalu menyeruputnya.

" kalau tidak ada perlu mending buat sarapan sana " begitu ucapan reva datar seraya meletakkan kembali tehnya.

" hmmph " raut kesal yang menggemaskan erin tunjukkan tepat kewajah reva. hampir saja reva tersedak dibuatnya. terlalu dekat! belum habis keterkejutannya, reva mendadak melotot saat tiba-tiba gembungan pipi erin mengempis lalu gantian bibir merah muda nan ranum bergerak maju menuju bibirnya.

" hiii " reva bermaksud memundurkan badan namun karena tangannya menumpu dipinggiran sofa, akibatnya setengah tubuh reva justru berakhir terbaring. erin tersenyum licik lalu mempersiapkan diri dengan memegangi sisi rambut panjang kirinya lalu membungkuk dan semakin membungkuk seraya menutup matanya. Reva merasa hidupnya kini berada di ambang antara Surga dan Neraka, bagaimanapun yang akan disambut bibirnya sesaat lagi adalah sebuah ciuman, ya ciuman! lelaki mana yang sanggup menolak ciuman dari gadis cantik seperti erin, tidak! cantik saja tidak cukup, tercantik didunia menurut pendapat pribadi reva. tapi! tapi! erin itu adiknya! membayangkan rasa nikmat bercampur bau anyir saja membuat reva mual.

bahaya! reva sudah tidak bisa mengelak, satu-satunya yang bisa dilakukannya hanya menggerakkan tangan kanannya.

dan ....

* cup * erin berhasil mencium.

" hemm " erin membuka mata.

" hampir saja, save " ucap reva lega.

ternyata oh ternyata erin hanya berhasil mencium punggung smartphone. tapi bukannya kesal, erin justru sumringah sekali. karena apa? karena smartphone itulah hadiah yang dipesan secara tidak langsung kepada kakaknya. erin sekilas mengingat saat dua hari yang lalu sengaja mengeluarkan keluhan yang bisa didengar kakaknya.

" aa..aaah sepertinya sudah waktunya ganti hp nih " begitulah yang diucapkan erin waktu itu saat melewati kamar tidur kakaknya.

kembali ke waktu sekarang, erin dengan riang menggenggam tangan reva yang memegang smartphone.

" selamat ulang tahun yang ke tujuh belas adikku sayang " ucap reva seraya tangan kirinya mengelus lembut rambut atas erin.

" hemm.. terima kasih, aku cinta kakak " balasan yang tidak sekedar ucapan bermanis kata. akan tetapi memang memiliki makna sama dengan erin mencintai kakaknya sebagai seorang pria.

" a..a.. emm, begitu ya, terserah kamu saja deh,.. " reva merasa tidak tahu lagi harus menjawab bagaimana. menceramahi erin lagi sepertinya percuma, penjelasan meski mereka tidak sedarah tetapi mereka tetaplah keluarga tidak pernah mempan buat erin. ya, erin bukanlah adik kandung reva bahkan tidak ada hubungan kekeluargaan diantara mereka. erin tidak berasal dari salah satu orang tua reva yang telah bercerai sejak reva berumur sepuluh tahun. erin murni hanyalah seorang gadis yang dianggap reva sebagai adik, meski begitu statusnya lebih berharga dari kedua orang tuanya. hanya erin satu-satunya tempat reva kembali.

bertepatan dengan saat reva duduk kembali, sebuah berita di tv menyiarkan :

" ... lagi-lagi yang menjadi korban adalah seorang wanita, korban kali ini merupakan seorang pebisnis muda berbakat berusia 25 tahun, Rara ardidinata. masih dengan cara yang kejam ... "

* klik *

" eh kok di matiin sih kak " protes erin.

" males saja dengarnya lagi "

" hmm, tapi tidak apa tuh, setidaknya kan kakak bisa dapat informasi baru, masa kakak yang ngaku sebagai Detektive terhebat se-negara ini sudah lepas tangan sih, terlebih kasus kali inikan kakak dimintai tolong secara khusus sama pihak kepolisian "

" bodoh, mana mungkin kakak lepas tangan, tadi itu sudah cukup bagi kakak, karena info dari tv belum tentu akurat "

" begitu ya,.. pembunuhan berantai kah?! belum lagi semua korbannya wanita, erin jadi was-was nih "

" hmm, itu juga yang kakak cemaskan karena itu kakak peringatkan pulang sekolah langsung pulang kerumah "

" iya kak, tapi tetap saja.. bukankah ada kemungkinan jika erin ini sudah di incar pelaku? "

" eh, kenapa?!!!!! " reva begitu terkejut.

" hmm itu kan sudah jelas kak "

" kakak tidak mengerti?! jelaskan! " reva kian meninggikan suaranya lantas memegang kedua bahu erin.

" eeeh " bentuk kekecewaan erin yang diungkapkan dengan cara yang menggemaskan.

" sudahlah cepat katakan, apa kamu sudah berkontak dengan pelaku, emmm atau karena salah kakak terlibat dalam kasus ini, karena itu pelaku yang mungkin adalah ... "

" stop, stop... " erin mengucap dengan gaya serba salah. erin sedikit menyesal.

" begini ya kak, bukankah ada fakta yang tidak terbantahkan " erin begitu serius.

" apa itu? " tanya reva sedikit tegang karena ini menyangkut keselamatan adiknya.

" faktanya adalah... "

* glek * reva semakin khawatir.

" semua korbannya CANTIK! "

reva mematung tertunduk mendengarnya.

" gimana nih kak, erin kan CANTIK pakai SEKALI, sudah pasti erin jadi salah satu target si pelaku " erin mengucap dengan gaya dan nada yang dibuat-buat terkesan genit.

reva bangkit dan langsung menjitak lumayan bertenaga kepala erin hingga erin menjerit histeris.

" sakit kak "

" hwo sakit ya, lain kali kalau kamu bercanda tidak lucu seperti barusan, kakak tidak akan segan melakukannya lebih keras, jika perlu kakak yang akan menggantikan sipelaku mengincar hidupmu " begitu dingin, baik ucapan dan tatapan reva.

" diiiiiiih kej... " protes erin terputus bergidik ngeri karena reva sudah bersiap dengan kepalan tinju yang terangkat dan tatapan yang mengintimidasi.

" ampuuun " jerit erin seraya kabur masuk kedalam ruang dapur. reva hanya menghela nafas pendek melihatnya.

reva tidak habis fikir bisa-bisanya erin menjadikan kasus yang terbilang sadis sebagai bahan gurauan. Reva mencoba merangkum rentetan kasus yang terjadi hingga kini. dimana telah terjadi enam kasus pembunuhan yang kesemua korbannya wanita dalam kurun waktu tiga minggu dua hari. tidak seperti kasus pertama yang korbannya di duga dibunuh dengan cara di cekik terlebih dahulu lantas setelahnya ditusukkan pisau dimulutnya, untuk kelima kasus yang lain kesemuanya di tusuk tepat dijantung dan mulutnya. pelaku dikenal dengan inisial MP WX Red karena pelaku selalu meninggalkan Huruf MP lalu huruf W yang ditimpa huruf X dan kata Red berwarna merah di dinding atau lantai lokasi kejadian. Di kasus keempat, entah mengapa mendadak sang pelaku mengirim surat tantangan kepada pihak kepolisian. sehari setelahnya, pelaku benar-benar membuktikan tantangannya dengan melakukan pembunuhan meski dalam keadaan korban sewaktu hidup dalam penjagaan polisi.

" MP Red kah "

****

07:30 di muka gerbang SMK Pariwisata.

" erin, ingat pesan kakak, pulang sekolah langsung pulang kerumah ya ... "

" iya kakakku sayang mmmuach "

Reva dengan sigap menghindari sosoran bibir erin dengan memiringkan tubuhnya kesamping kanan secara santai, alhasil erin kelimpungan seperti kehilangan keseimbangan.

" kalian ini kenapa tidak segera menikah saja sih " celetuk seseorang tiba-tiba dari belakang seraya merangkul akrab reva dengan gaya selengehan mirip preman.

" erin mau " sambut erin setelah sukses berdiri seimbang kembali.

" jeazy!... bodoh! jangan mengada, kamu tahukan dia itu adikkku "

" Tidak sedarah kan so aman!, salah?! "

" itu betul kak! ayo kita me..ni...k.a.a.ah " erin mengerut dengan suara yang kian mengerucut melihat reaksi reva yang seperti mau memakan orang.

" dengar jeazy, mau sedarah atau tidak, erin sudah aku anggap seperti adik kandungku sendiri, lagipula jika aku mengabaikan prinsipku barusan, aku tetap tidak bisa menikahi erin "

" kenapa? " tanya jeazy seraya melepas rangkulannya.

Dengan nada sedih reva menjawab " itu karena aku dan erin .... "

erin merasa tidak enak hati, begitu juga mungkin jeazy karena wajah kusamnya terlihat sayu seolah merasa bersalah.

" ah maaf reva, lebih baik lupakan saja "

" tidak, aku rasa sudah saatnya kalian tahu, aku tidak bisa menyembunyikannya lagi, aku tidak sanggup menanggungnya sendiri "

" waduh, kok jadi gini sih " jeazy tampak serba salah.

" jeazy, erin, sebenarnya aku tidak bisa menikahi erin karena .... "

erin dan jeazy saling berpandangan iba sesaat.

" karena erin MASIH SEKOLAH dan AKU MASIH KULIAH!!! "

" hah?! "

begitulah akhirnya reva dengan senyum puas meninggalkan jeazy dan erin yang bermuka antara mau tertawa dan menahan kesal.

" eh.. hei reva, tunggu, emm erin dadah "

" dah kak jeazy, jaga kak reva ya "

jeazy membalas dengan isyarat jari telunjuk dan jempol yang dibuat melingkar sambil menyusul reva.

" sejak kapan kamu mulai suka bercanda rev, apa ada yang salah "

" memang aneh "

" bukan begitu, tidak biasanya saja "

" yah mau merubah suasana "

" okelah bisa diterima, emm tidak justru lebih bagus, oh ya ngomong-ngomong bagaimana perkembangan kasus MP WX Red "

" emm... tidak banyak kemajuan, MP Red semakin cepat bergerak, tujuannya juga seolah berubah "

" berubah? "

" apa kamu sudah lupa dengan analisisku dua minggu yang lalu "

" hmm, maksudmu soal umur "

" ya, korban pertama sampai ketiga berumur 35 tahun tapi berubah dikorban selanjutnya berumur 20 dan dua korban terakhir berumur 25 tahun "

" begitu.. dan yang kamu maksud semakin cepat bergerak itu tentang rentang waktu dua korban terakhir ya, hmm iya juga ya, dalam waktu dua hari sudah jatuh dua korban "

" aku sempat berfikir MP Red berganti target memilih berdasarkan tanggal lahirnya "

" ah, korban keempat dan kelima sama ya tanggal lahirnya, emm kalau tidak salah 5 oktober "

" tapi dikorban terakhir tanggal lahir berubah dan lagi kesannya MP Red semakin percaya diri setelah menantang kepolisian "

" begitu ya? " jeazy tampak mendalami penjelasan zea hingga tidak sadar ada seorang wanita yang berjalan mundur kearahnya.

" hei jeazy awas! "

terlambat sudah peringatan reva, jeazy bahkan tidak sempat sekedar untuk melihat.

* bruuk * jeazy dan yang menabraknya jatuh terduduk.

" hei kalau jalan pakai mata dong " runtuk jeazy menahan sakit.

" duh.. situ yang jalan gak pake mata, masa gak lihat badan segede ini " balas galak wanita berambut sebahu dengan wajahnya yang terbilang judes namun tetap memancarkan kecantikan.

" eh, udah salah nyolot pula "

" hei... wanita itu tidak pernah salah kalau yang dihadapinya lelaki, apalagi sama lelaki dekil sepertimu "

" wah songong ni cewek! " jeazy berkata demikian jelas ketara marahnya. kepalan tangannya menjadi tanda jeazy berusaha keras menahan emosi.

" apa! maumu apa HAH "

" EH Sialan kamu ya, dibiarin makin jadi "

" APA LO, BERANINYA SAMA CEWE YA, PECUNDANG LO "

" zy, tahan emosimu "

" mana aku bisa tahan rev "

" sudahlah, tidak pantas tahu, sadar! kita dilihat orang banyak " jeazy menghardik

" huh " jeazy mengendurkan ketegangan tubuhnya.

" baiklah, dan kamu! maaf ya " ucap jeazy begitu jelas terpaksa.

" maaf bullshit, kalau gak niat gak usah minta maaf "

" terserah kamulah, ayo rev " ajak jeazy seraya berjalan melewati sang wanita berwajah judes tersebut.

reva mengikuti sambil mengelus dada " untunglah "

" kerja bagus anak muda karena tidak melakukan kekerasan terhadap wanita tadi, selain karena itu tidak pantas tapi juga kerena kita lelaki ada didunia ini untuk melindungi wanita " ucap seorang pria berumur sekitar empat puluhan keatas dengan setelan busana polisi dipadu jaket kulit berwarna hitam seraya berjalan mendekati reva dan jeazy.

" hah.. po..polisi " jeazy pucat bukan main.

" a,,a,,ampun paaak, saya gak ngapa-ngapain cewek tadi kok "

" tapi hampir saja ngapa-ngapain kan " ucap sang polisi dengan nuansa bercanda.

" ya pak, maaf, ampun pak "

" baiklah saya maafkan asal kamu siap sedia selalu melindungi wanita "

" siap pak " seru jeazy sambil memberi hormat.

sang polisi kemudian menghampiri reva.

" reva, ini berkasnya, saya berharap banyak secepatnya kamu bisa mengungkapnya "

" saya akan mengusahakan yang terbaik pak Ranu "

" baiklah kalau begitu, saya pamit dulu "

" wuah, ternyata beneran ya kamu berkerja sama dengan polisi " komentar jeazy kagum sambil melihat pak ranu berjalan menuju mobil dinasnya.

" hah?! "

" ah, tidak, aku kan baru lihat kamu berhubungan langsung sama polisi, kagum aja gitu "

" biasa saja, kamu terlalu berlebihan zy "

" .... gak berlebihan kok, tapi ya sudahlah, by the way cewek tadi songong beneran ya, kok ada cewek macem gitu sih "

" ya ada saja lah "

" huh, bagusan cewek macam begitu tidak ada dimuka bumi rev, biar bersih dunia ini "

" ngawur kamu, sudahlah ayo "

" ok "

sementara itu dibalik kegelapan hati, Dia mendengar, dia melihat, Hati kotornya tertawa, bisik fikiran jahatnya lantas berkata " kau benar pemuda malang, karena itu akan aku kabulkan harapanmu, wanita sialan itu pasti akan mati! "

****

Panggung itu sengaja dipilihnya semata karena kebetulan merupakan kampus korban Dadakannya. Dia yang kini berdiri diambang gerbang kampus terlihat mengenakan setelan seragam training abu-abu dipadu dengan jaket hitam yang tudung kepalanya menutup hingga setengah wajahnya. siapapun yang melihat pasti akan mengira dia sebagai orang yang mencurigakan, termasuk seorang satpam yang sedang berjaga di postnya. segera setelah mengamati dengan seksama sang satpam menghampiri dia.

" hei kamu, bisa lihat tanda pengenalmu "

Dia hanya tersenyum layaknya psikopat.

" syah, waktunya beraksi " hatinya begitu bergelora membatin. tepat sebelum sang satpam berhasil menyentuh bahunya, dia akhirnya melarikan diri.

" heiiiiii " teriak sang satpam sambil mengejarnya.

*****

Di kampus SeDaYa, pukul 09:25

ruangan yang berisik oleh ocehan para anak kampus itu seharusnya ruangan reva menerima mata kuliah hari ini. tidak ada alasan lain kenapa sampai mereka bisa bebas seperti itu selain ketidak hadiran sang dosen. di pojokan barisan dari arah masuk tampak jeazy seperti memandangi apa yang ada diluar jendela.

" kampus semegah ini kok bisa-bisanya ada semak belukar sih " komentar jeazy tidak pernah habis fikir sambil mengernyitkan alis. ya, kampus SeDaYa merupakan kampus dengan infrastruktur yang terbilang megah. Bangunan-bangunan yang ada terlihat sangat elit, kesan kampus sedaya hanya untuk orang berada akan terlintas dibenak kebanyakan orang saat pertama kali melihat kampus sedaya. faktanya, kampus sedaya lebih mengutamakan Bakat mahasiswa atau mahasiswinya, bagi mereka yang tidak mampu akan diberi beasiswa yang hampir bisa dibilang tidak akan mengeluarkan Uang sepeserpun.

" loh kamu tidak tahu ya zy, kalau ada cerita mistik dibalik itu " ucap wanita yang duduk disebelah jeazy sambil memainkan penanya dengan memutar-mutar di jemari telunjuk dan jempolnya.

" ah maksudmu tentang pohon rambutan yang gosipnya angker dengan kutukan sakitnya itu ya " jeazy mengucap begitu sambil melihat pohon rambutan besar nan rimbun yang berada di tengah-tengah semak belukar. pandangan jeazy sempat teralihkan ke ilalang setinggi setengah ukuran tubuh orang dewasa yang bergoyang-goyang tidak teratur, jeazy hanya berfikir wajar saja jika ada hewan seperti ular berkeliaran di semak belukar itu. memikirkan semak belukar hanya menjadi sarang hewan saja membuat jeazy kian tidak senang.

" itu tau pun "

" haah " desah jeazy.

" anu ya lara, hari gini masih percaya yang begituan, gak banget deh "

" eeh tapi cerita dibalik adanya wanita yang gantung diri di pohon itu beneran loh " balas lara seraya merubah arah kursinya hingga menghadap jeazy.

" Yang bilang bohong itu siapa, yang aku maksud mana ada hantu di dunia ini, orang yang sudah meninggal ya sudah selesai urusannya di dunia ini, apalagi sampai bawa-bawa kutukan segala "

" tapi kenyataannya setiap orang yang melanggar pantangan keesokan harinya sakit loh "

" alah, kebetulan saja pas lagi nasibnya jatuh sakit, pokoknya tidak mungkin ada itu hantu "

" masa kebetulan sih ... " ucap lara terputus karena merespon colekan di bahunya.

" hantu memang tidak ada tapi makhluk halus bernama jin itu ada " ucap seorang wanita cantik berkerudung putih dengan motif-motif bunga kebiruan dengan setelan busana muslimah yang modern tanpa menonjolkan bentuk bodinya.

" clara! "

clara tersenyum tipis, auranya begitu lembut, kesan clara sebagai gadis penyayang pantas disematkan padanya.

" Jin ya clara, mungkinlah, aku kurang faham tentang hal keagamaan "

" hmm kalau begitu kapan-kapan kita kaji ya "

" ka..kalau itu.. nanti-nanti saja deh " jawab jeazy bernada sumbang.

" begitu, baiklah.. " clara tersenyum setelahnya.

" ngomong-ngomong kok dosen kalian tidak masuk " sambung clara kemudian.

" katanya sakit demam tinggi, gosipnya pak heri sakit setelah menebas ilalang di semak pohon rambutan itu " ucap lara seraya menatap keluar jendela.

" ah stoplah pembicaraan soal kutukan sakit, yang lebih penting, clara?! gak salah tu ya pertanyaannya tadi "

" maksudnya? " tanya clara heran

" bukannya seharusnya kamu menanyakan pertanyaan seperti kok reva gak ada, lagi kemana ya reva, reva lagi gak masuk ya? "

" ih apaan sih... gak gitu juga kali.. memangnya aku siapanya reva "

" siapanya ya, hmm pengagum reva? "

" ngaco, jadi.. reva sedang kemana? "

setelah saling pandang sesaat, jeazy dan clara kompak tertawa, alhasil clara manyun.

" tadi sih bilangnya ke toilet tapi sampai sekarang belum kembali, mungkin dia nabungnya banyak kali " jawab jeazy sok melucu.

" nabung?! apa hubungannya sama toilet "

jeazy langsung kecewa " aah, maksudku mungkin dia nyamperin tempat lain gitu "

" owh "

suasana diantara mereka jadi sempat hening meski ruangan tetap terdengar bising. ditengah kebisingan itu tiba-tiba terdengar suara jeritan yang sangat keras. mendadak ruangan menjadi senyap sebentar lalu sedetik kemudian ramai kembali membicarakan seputar tentang suara apa barusan, sebagian orang ada yang keluar ruangan dan mengikuti orang-orang yang setengah berlari melewati ruangan mereka.

" ada apa sih, yang barusan itu teriakan cewek kan " tanya lara

" entahlah, yang jelas memang suara cewek sih "

" mungkin saja ada cewek yang di serang sama penyusup kampus " duga clara.

" hah? serang? penyusup? "

" loh kalian tidak tahu ya tadi ada keributan akibat adanya orang yang mencurigakan masuk kedalam kampus dan sampai waktu aku kesini si penyusup belum tertangkap "

" kami mana bisa tahu, kamu tahukan betapa riuhnya kelas kami "

" yah kalau memang ada apa-apa pasti pasangan detektive yang gak bisa akur itu akan muncul "

" sepertinya memang ada apa-apa loh zy, lihat tu reva sama viari "

jeazy dan clara langsung melihat reva dan seorang wanita bertubuh mungil sedang berjalan melewati ruangan mereka.

" susul yuk " ucap clara sambil cemberut.

jeazy dan lara segera bangkit dari duduknya.

" yuk, jarang-jarang nih bisa lihat langsung aksi reva " ucap jeazy begitu bersemangat

" yee, kemungkinan ada musibah kok malah semangat macem mau lihat barongsai gitu sih " protes lara

" cerewet ah, ayo clara "

*****

pukul 10:00

Ruangan toilet itu terbagi atas toilet pria dan wanita yang disekat oleh dinding pembatas. baik ruangan toilet pria maupun wanita memiliki ruang bebas dimana terdapat tiga wastefel dan satu jendela berdaun tunggal sedangkan setengah ruangan lagi dibagi menjadi enam kamar toilet.

Di muka pintu masuk toilet kini telah terpasang garis batas polisi. tampak dua polisi sedang berjaga di kedua sisi pintu masuk ruangan toilet pria. masuk kedalam, ruangan bebas yang berlantai keramik warna abu-abu tampak begitu kering mengkilap. terdapat satu saluran pembuangan air di dekat sudut pintu kamar toilet pertama yang tampak masih basah dipinggiran penutupnya. di ruangan toilet pria kamar toilet ke enam terlihat tiga polisi sedang melakukan investigasi pada sesosok wanita yang tewas terduduk bersimbah darah karena ditusuk pisau di jantung dan mulutnya.

Pak ranu dan seorang polisi wanita yang berada didekat jendela yang tertutup sedang terlihat berbicara kepada reva dan viari, sedangkan jeazy dan clara hanya memperhatikan.

Di sisi lain, tepatnya disisi kanan dari kamar toilet tempat korban berada, tampak lelaki bermata sipit khas keturunan orang cina mengenakan setelan celana jins dan kemeja biru muda lengan panjang dan wanita berparas lumayan manis dengan setelan busana muslimah modern berwarna putih kehijauan untuk atasannya sedangkan hitam pudar untuk bawahannya dan memakai kerudung putih yang terlihat kurang rapi pemakainnya. keduanya tampak bersedih.

" korban bernama lengkap Anisa Octaviana, statusnya sebagai mahasiswi semester akhir jurusan ADM dikampus ini, Korban diperkirakan tewas seketika sekitar setengah jam yang lalu akibat tusukan dijantungnya " lapor salah seorang polisi yang tadi menginvestigasi kepada Pak Ranu. setelah itu polisi tersebut memberikan secarik kertas, pak ranu menerimanya seraya mengambil kacamata di saku jasnya.

" rev, itukan cewek yang tadi pagi " bisik jeazy terlihat sedikit kecut wajahnya. reva mengangguk pelan seraya tersenyum tipis karena merasa bisa menebak isi pikiran jeazy.

" tenang saja, kejadian ini bukan karena doa-mu waktu itu kok "

" Doa? ah! sempat-sempatnya kamu bercanda, sepertinya memang kamu lagi eror, ya rev! duh, gimana nih rev "

" apanya yang gimana, memangnya kamu pelakunya "

" Bodoh!, mana mungkin kan! " seru jeazy agak meninggi.

Pak ranu yang semula berwajah serius melihat isi dari secarik kertas yang dipegangnya langsung teralihkan demi melihat reva dan jeazy yang masih saja saling berbisik.

" hmm, ada apa Nak Reva, apa ada masalah dengan asistenmu itu "

" A..asisten?..! ah bukan apa-apa kok pak, Jea..ah makdud saya asisten saya ini sedang membandingkan analisisnya dengan saya " jawab reva berusaha sebaik mungkin agar kebohongan soal jeazy dan clara yang mengaku sebagai asistennya terdengar meyakinkan. reva melirik sepasang makhluk yang tidak memiliki ikatan sebagai pasangan di sampingnya, reva teringat saat ia sedang menyelidiki jendela harus buyar konsentrasinya akibat ocehan jeazy di muka pintu yang sedang ditahan masuk oleh polisi yang berjaga. jeazy yang kala itu berusaha merengsek masuk mendeklarasikan diri sebagai asisten reva sambil main mata. awalnya tentu saja reva enggan memenuhinya, tapi mau tidak mau diturutinya karena saat jeazy didorong paksa keluar ia menampilkan raut memelas. reva akhirnya meminta polisi yang menahan jeazy untuk membiarkan asistennya masuk. belum habis desahan reva, tiba-tiba clara muncul dan menyeru tegas namun terdengar lembut bahwa ia juga merupakan asisten reva. malas bermain hati lagi, reva hanya bisa mengiyakan.

" howw, berarti nak reva sudah ada kesimpulan ya "

" ah begitulah tapi belum cukup meyakinkan, emm ngomong-ngomong kertas apa yang bapak pegang itu "

" ini ya, eh.. nak viari?! "

wanita mungil berwajah imut-imut yang dipanggil viari dengan cuek terlihat menjinjit mengambil secarik kertas dari pak ranu.

isi dari secarik kertas dibacakan viari dengan suara yang khas ala anak-anak :

" Jika Cinta sebatas di kata maka disitulah aku berada untuk mengambil nyawa dari sang pujangga pendusta

TTD : MP WX-Red ( huruf W ditimpa huruf X ) "

viari lantas mengembalikan secarik kertas tersebut kepada pak ranu yang tampak terlihat sedikit tidak senang.

" menurut bapak bagaimana? " tanya viari sambil memandang mayat korban.

" hah apanya "

" sudah jelaskan, apa menurut bapak ini ulah dari MP WX Red? "

" yah tidak salah lagi, saya bisa memastikan dari tulisan tangan yang saya yakin sama seperti dengan kasus-kasus dimana MP WX Red menjadi pelakunya "

" tapi apa tidak aneh? "

" aneh? " ucap polisi wanita bingung.

" sudah dapat dipastikan MP WX Red adalah si penyusup kampus bukan? " tanya pak ranu ragu dari gelagatnya yang menurunkan alisnya.

" pasti?! jangan bercanda pak ranu, bahkan persentasenya hanya satu persen "

" kenapa bisa begitu? "

" mudah saja, untuk bisa sampai ke toilet ini si penyusup kampus hanya bisa melewati koridor karena tidak mungkin dia bersusah payah memanjat tembok pagar tinggi, melewati celah sempit antara dinding tembok toilet dengan tembok pagar juga mustahil kecuali pelaku MP WX Red adalah hantu karena celah itu hanya bisa dilewati oleh hewan sebesar tikus saja, jalur yang tersisa adalah lewat belakang namun faktanya jendela yang hanya bisa ditutup dari dalam itu terkunci saat mayat ditemukan, lalu bagaimana si penyusup bisa masuk ketoilet tanpa membuat keributan? "

" so,soal itu,... nak reva bagaimana menurutmu " pak ranu tampak begitu berharap.

reva berfikir sejenak " ya, meski malas mengakuinya tapi apa yang disebutkan detektive cebol itu seperti apa yang saya fikirkan juga, terlebih tidak ada tanda-tanda bekas apapun di jendela itu "

" huh, detektive patah hati lebih baik diam saja, mulai dari sini biar saya yang menjelaskan... "

reva menanggapi dengan membuang muka lalu berkata cuek " lakukan sesukamu " .

" tidak masalahkan pak ranu "

" y,ya, silahkan "

" baiklah, saya akan mulai dengan menyatakan bahwa sang pelaku hanya meniru cara pembunuhan MP WX Red, itu artinya pelaku ada diantara mereka bertiga " ucap viari seraya menunjuk satu-persatu yang dimaksud olehnya. pertama, seorang lelaki tinggi bernama lengkap evan drajat yang merupakan mantan kekasih korban, kedua seorang wanita bernama upik rahayu yang merupakan sahabat dari korban sekaligus orang pertama yang menemukan mayat korban. dan ketiga adalah ....

" haaaaah! " jerit jeazy seraya merengsek maju mendekati viari. sambil menudingkan jari tulunjuk jeazy berkata cukup emosi " hei detektive cebol, Reva?! kamu menuduh reva sebagai tersangka, yang benar saja, apa kamu sudah tidak waras "

" hei detektive patah hati, apa benar pria dekil nan bodoh ini asistenmu "

" oi jangan mengacuhkanku " jeazy begitu kesal.

" maaf nona viari, saya rasa anda sudah keterlaluan " clara mulai masuk dalam ketegangan yang muncul tidak terduga tersebut.

" keterlaluankah?! lalu, apa tuan detektivemu itu menyangkalnya? "

jeazy, clara bahkan pak ranu serempak melihat reva.

dengan lesu reva menutup wajahnya menggunakan tangan kanannya. reva tahu, tapi tidak menyangka viari sanggup mengungkapnya sendiri di awal analisis. setidaknya reva sempat berfikir viari akan memberikan kesempatannya untuk mengakui diri sebagai salah satu tersangka.

" zy, tadi aku permisi mau kemana padamu dan lara? "

jeazy tersentak. " masa hanya karena itu "

" bukan hanya itu,... "

" bodoh, itu sudah cukup menjadi alasan untuk menjadikan tuan detektive patah hatimu itu sebagai tersangka " potong viari masa bodoh.

" motif, ya motif, tidak ada alasan reva melakukan pembunuhan bukan? " clara bertanya sedikit gugup.

" motif tentu ada, meski bukan karena alasan pribadi, alasan balas dendam untuk orang lain sudah cukup kuat menjadi motif bagi si detective patah hati untuk membunuh korban "

" balas dendam? untuk siapa? " clara kian bingung.

" hah merepotkan, itu bisa kamu tanyakan pada rekan seasistenmu itu "

jeazy terdiam seketika. clara memandang jeazy dengan raut wajah yang kaku lalu mengucap lirih " tidak mungkin "

" huh, jika benar kalian asisten detektive patah hati itu, seharusnya kalian tidak melibatkan perasaan kalian dalam penyelidikan, atau kalian sebenarnya hanyalah perusuh yang mengaku-ngaku sebagai asisiten saja ya " selidik viari.

" cukup, mereka berdua masih dalam tahap menaiki tangga, lebih baik lanjutkan analisismu " bela reva.

" huh " viari tampak begitu kurang bersemangat saat beralih pandang menuju kedua tersangka lainnya yang masing-masing sibuk dengan raut kecemasan tersendiri.

" saya bukan pelakunya, mana mungkin saya membunuh pacar saya sendiri " ucap parau berbalut rasa takut karena tubuhnya sedikit gemetar.

" be,begitupun saya, saya ini sahabat terdekatnya, jangankan membunuh, menyakiti perasaannya saja saya tidak sanggup " ucap sang sahabat diiringi isakan.

" mungkin atau tidaknya bisa kita ketahui setelah mendengarkan analisisku " begitu dingin viari mengucapkannya seraya maju dan berakhir ditengah-tengah ruangan lalu melakukan gerakan tangan dimana jemarinya mulai dari jari kelingking bergantian turun hingga ke jari telunjuknya tepat didada kirinya.

" baiklah, saatnya mengungkap tirai kebusukan hati "

Next chapter