1 Awal Mula

Siang itu, angin semilir membelai wajahku. Duduk santai dan bersandar di sebuah pohon beringin di taman belakang kampus selalu menjadi pilihan terbaik. Meskipun sedikit kurang terawat karena memang jarang ada mahasiswa yang menghabiskan waktunya disini, tapi suasananya yang tenang selalu membuatku merasa nyaman. Hari ini seusai jam kuliah yang berakhir lebih cepat dari biasanya, seperti biasa aku memilih sendirian memandangi gawai di genggamanku dengan tatapan takjub sembari terkikik gemas melihat konten manis di dalamnya. Sebenarnya, sudah bukan rahasia lagi kalau aku adalah seorang fangirl K-pop yang begitu menggilai salah satu grup pria besutan agensi Bighit Labels ini. Mereka adalah Bangtan Seonyeondan atau lebih dikenal dengan sebutan BTS.

"Gak salah sih ngefans mereka, karyanya aja selalu jjang kayak gini. Keliru banget sih yang bilang mereka cuman ngejual tampang doang. Moga jadi calon fans deh yang suka ngata-ngatain tuh." gumamku sambil mengangguk-angguk.

Ya, kemarin sore, BTS kesayanganku ini merilis music video terbaru mereka. Hanya saja, karena aku terlalu sibuk berkutat dengan deadline tugas kampusku, sementara kuurungkan niat untuk menonton MV tersebut. Demi merampungkan tugas yang besok akan dinilai oleh salah satu dosen killer di jurusanku. Aku masih cukup waras untuk menahan keinginanku nge-bucin, karena punishment dari dosen galak itu tak main-main.

Pernah sekali aku terlambat mengumpulkan tugas dari beliau, dan hukuman yang kudapat adalah membuat project Power Point 100 halaman dengan materi pilihan beliau. Ditambah dengan deadline yang hanya 1 hari saja, membuatku harus ekstra memutar otak. Mungkin terdengar ringan, tapi untuk mempresentasikannya di depan puluhan mahasiswa tingkat atas adalah pilihan yang sangat buruk. Ditambah sanggahan-sanggahan sinis yang selalu beliau lontarkan ditengah presentasiku waktu itu, semakin jelas memperburuk keadaan. Tawa renyah yang terasa remeh dari para kakak tingkat terdengar memenuhi ruangan dan benar-benar membuat nyaliku seketika ciut. Tapi show must go on, kan? Dengan mengais harga diri yang masih tersisa, aku terus melanjutkan presentasi tersebut hingga sheet terakhir.

Air mataku pun langsung berderai di salah satu bilik toilet kampus, begitu aku meninggalkan ruang presentasi. Sungguh ujian mental yang menyesakkan. Bukan karena rasa malu saja, tapi sialnya ada entitas seseorang yang kusuka disana. Aku melihatnya duduk di baris kedua dari depan dan posisinya persis berada dihadapanku. Apa tidak mati kutu? Apalagi harus menjelaskan materi presentasi yang belum benar-benar kupahami. Keraguan pun mulai menyeruak saat kutatap lelaki berkemeja biru laut itu dengan ujung mata, dia tampak malas, tapi sesekali ikut tertawa saat dosen galak itu menginterupsi, atau lebih tepatnya mencari-cari kesalahan presentasiku.

Sejak saat itu, aku berjanji pada diriku sendiri untuk selalu menyelesaikan tugas kampus tepat waktu. Bahkan kadang, aku merampungkannya lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan. Masa bodoh dengan ujaran teman-temanku yang mengatakan apa yang kulakukan adalah hal yang membosankan. Toh, ujung-ujungnya mereka juga akan sibuk menyalin tugasku diakhir waktu. Meskipun biasa menyontek, mereka tetap mengomentari hal itu. Mereka bilang, aku jadi terkekang dengan tugas dan kurang bisa menikmati hidup selayaknya mahasiswa kebanyakan yang tampak lebih enjoy dengan kehidupan perkuliahannya. Jujur saja, justru dengan melakukan ini, aku merasa lebih baik. Hidupku jadi lebih tenang semenjak tak pernah menunda-nunda tugasku dan berakhir sistem kebut semalam untuk merampungkannya. Atau bahkan terlambat mengumpulkan tugas hingga mendapatkan hukuman yang justru memberatkan seperti dulu.

---

Saat sedang asik dengan dunia perbucinanku, tiba-tiba aku merasakan ada yang menepuk-nepuk pundakku. Aku terkesiap dan segera menoleh ke arah sentuhan dibelakang pundakku. Betapa terkejutnya saat kudapati seorang pria dengan earphone hitam yang menggantung apik di telinganya tengah menatapku heran. Bukannya apa, tapi aku khawatir masih berada di dalam euforia, karena membuatku seperti melihat sesosok malaikat. Demi Tuhan, sungguh wajahnya sangat tampan! Kalau ingin disandingkan dengan member grup K-pop, dia memiliki vibes dengan perpaduan V BTS dan Mingyu Seventeen. Berwajah indah bak pahatan dewa Yunani, tatapan tajam seperti incubus Lucifer yang mematikan, ditambah warna kulit yang tan eksotis disertai dengan tubuh tinggi yang semampai.

Jika bisa kugambarkan keadaanku saat ini, mataku sudah membulat sempurna dengan mulut lebar menganga, hingga sudah dipastikan terlihat seperti orang tolol. Semoga saja tidak sampai ada air liur yang menetes dan memperparah ekspresi keterkejutanku saat ini. Dia yang sedari tadi masih setia menatapku, tampak mengernyit dan menaikkan sebelah alisnya. Ujung bibirnya tampak terangkat seperti tersenyum remeh, tapi tak lalu membuatnya terlihat menyebalkan di mataku. Justru dengan ekspresinya saat ini, aura dominannya seketika menyeruak dan membuatku semakin membatu di tempat, tak dapat berkutik.

Ya Tuhan, apakah lelaki di hadapanku ini benar-benar titisan dewa??

avataravatar
Next chapter