18 18. Goodbye

Akhirnya hari demi hari berlalu, Azran mempertahankan hubungannya dengan Eclaire dan tidak mempedulikan siapapun yang menentang hubungan mereka. Mereka telah memutusakan melawan dunia untuk tetap menjadi pasangan bahagia.

Mereka tak peduli lagi akan dunia sekeliling mereka.

Di sebuah amusement park, Eclaire membuat janji dengan Azran. Ini adalah hari Selasa, mereka yakin jika hari ini amusement Park akan sepi.

Eclaire mengenakan kaos berwarna biru dan bawahan rok di atas lutut berwarna biru juga dengan motif ombak laut. Rambutnya yang baru saja dipotong seleher alias bob pun digerai saja.

Azran pun akhirnya datang di tempat yang diinginkan Eclaire.

Eclaire menurunkan maskernya sedikit sehingga hidungnya mengintip, Ia juga menaikan kacamata pinknya ke kepala. Ia ingin memastikan lagi jika itu Azran yang sedang berjalan menuju ke dirinya.

Azran memakai kaos putih polos dengan bawahan celana jeans belel. Rambutnya yang diwarnai blonde, masker hitamnya yang menutup sebagian wajahnya, tak melunturkan aura ketampanan yang dimiliki Azran.

Azran mengenakan topi baseball berwarna biru lalu membukanya ketika sudah berdiri tepat di depan Eclaire.

"Our couple cap." Eclaire berkomentar sembari menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Mana topi baseball kamu?"

Eclaire pun mengeluarkan topi couple baseballnya dengan Azran.

Sebelum Eclaire memakaikan topinya ke kepala, Azran mengacak- acak rambut Eclaire.

"Duh pacar siapa sih ini?!"

"O?" Eclaire kesal rambutnya diacak- acak. "Jran, keumanhae... aku baru potong rambut nih. Gimana? Cocok ga rambut ini sama mukaku?

"Cantik ga ya?"

"Chinja!" Eclaire memanyunkan wajahnya. "Ga cantik ya?"

"Aniya... chinja yeppuda!"

Eclaire pun tersenyum.

Akhirnya mereka pun tanpa pikir panjang langsung bermain ke amusement park. Tak luap semua pengaman untuk melindungi wajah mereka agar tak dikenali dipakai secara lengkap.

Mereka pun asyik bercanda haha hihi selama bermain.

"Jran, naik roller coaster ya!"

Azran geleng- geleng.

"Kaja..." tanpa basa- basi Eclaire menarik tangan Azran.

Azran pun dengan pasrah tidak membantah, mengikuti arah kaki kemana Eclaire berjalan.

Eclaire pun mengantri untuk naik roller coaster bersama Azran.

Batin Azran. Sial, ini ga bisa nolak ya? Pacar sih pacar tapi aku benci banget naik wahana roller coaster.

Eclaire pun menampakan wajah antusiasnya dan Ia pun dengan sumringah menarik tangan Azran seakan tak mau melepaskannya.

Batin Azran. Ini ga bisa kabur apa?

Akhirnya setelah mengantri 10 menit, akhirnya giliran mereka mendapat kesempatan untuk naik roller coaster. Mereka pun naik ke atas dan naik ke kursi roller coaster yang tersedia. Eclaire duduk di sebelah kanan dan Azran di kiri.

Sang guidance pun memastikan jika sekat pengaman sudah terkunci dengan menekannya ke masing- masing penumpang.

Eclaire menengok ke Azran. "Sayang, jangan khawatir... ini seru kok! Ga akan buat kita mati kecuali kalo sabuknya ga kenceng!" Eclaire malah cengengesan.

Azran pun kesal.

"Siapa yang takut Claire?" Azran pun gengsi mengaku ketakutannya di depan kekasih. "Aku berani kok!"

"Tenang Jran, yang sebelh kiri mendingan kok daripada di sebelah kanan, sensasinya masih sereman di sebelah kanan." Eclaire masih meledek Azran.

Belun sempat Azran membalas, roller coaster pun mulai berjalan.

Azran pun harus menahan ketakutannya. Batinnya. Ya Tuhan, Aku masih mau hidup.

Akhirnya sampai lah di lintasan turunan pertama, dan semua berteriak.

Beda teriakan Eclaire dan Azran adalah Eclaire berteriak bahagia sedangkan Azran berteriak histeris ketakutan.

Kini roller coaster tersebut menghadapi lintasan miring ke kiri.

"EOMMAAAAA...." teriak Azran panik.

Eclaire malah seang bukan main. "Yeay..."

Belum selesai, kini roller coaster itu menghadapi jalanan yang terbalik.

Ini adalah lintasan yang paling dibenci Azran. Dan benar saja, ini seakan mengocok perut, membalikan jantung dan aliran darah seakan naik semua ke atas membuat pernapasan tak lancar, membuat perut mual, kepala sudah pasti pusing. Parahnya lintasan tersebut ada dua jumlahnya.

Akhirnya setelah halangan rintasan terakhir yaitu lintasan miring ke kanan, roller coaster tersebut berhenti.

Eclaire pun buru buru turun sembari menggandeng Azran.

"Jran Ayo..."

Azran menahan pusing efek setelah naik roller coaster. Ia pun memegang kepalanya.

"Azran, jangan malu- maluin ya!" ujar Eclaire.

Azran hanya tersenyum di balik maskernya.

Akhirnya mereka mencari tempat untuk duduk- duduk. Azran sudah terlihat pucat wajahnya.

Eclaire pun menyadarinya. "Azrana... ini minum air mineralku!" Ia menyodorkannya ke kekasihnya.

"Komawo..." Azran pun menenggak air mineral dingin tersebut.

"Mianhae..."

Azran heran. Ia mengelap bibir tebalnya. "Kenapa minta maaf?" tanyanya keheranan.

"Karena aku, kamu jadi kesiksa begini..."

Azran pun tertawa. Ia malah mencubit pipi Eclaire. Eclaire merasa kesakitan. "A..."

"Kamu tambah imut aja kalo lagi merasa bersalah begini..." Azran malah semakin puas meledek Eclaire.

Eclaire pun memegang tangan Azran. "Azran paboya (bodoh)!"

"Kau juga bodoh!" balas Azran. "Tapi boong!"

Eclaire tersenyum dengan hambar.

Besok adalah perayaan 100 hari hubungan Eclaire dan Azran, Azran telah merencanakan akan memasak makan malam untuk merayakan 100 hari jadian mereka.

Ia pun memandangi wajah Eclaire.

Eclaire keheranan melihat ekspresi wajah Azran.

"Azran kau kenapa? Jangan bilang lagi mikir yang aneh- aneh ya?"

Azran menggeleng. "Hehehe..."

Akhirnya mereka pun menyelesaikan wahana terakhir.

Azran akhirnya memberanikan diri memastikan kepada Eclaire.

"Claire, kamu tahu nggak besok hari apa?" tanya Azran.

"Rabu."

"Iya aku juga tahu kalo besok hari Rabu."

"Terus kenapa?"

Batin Azran. Ini nih yang aku suka dari Eclaire, bukan tipe cewek yang suka inget tanggal, bagus pertahankan pacarku!

Cewek- cewek Korea memang cendrung selalu mengingat tanggal dan hari istimewa beraam pasangan mereka, namun ini tak berlaku ke Eclaire yang notabene tidak suka reibet dengan yang berbau penanggalan.

"Jran?" Eclaire tampah mengegas.

"Hehe... gapapa kok..."

"Apa sih?"

"Aku mau ngasih..."

"Ngasih apa?"

"Pokonya mengingatkan kamu sama seusuatu yang penting."

"Apaan?"

"Besok kalau kita ketemu, kamu juga tahu!" Azran tertawa nakal.

"Aigoo..."

"Kita ketemu di Cafe Lovely ya jam 3 sore!"

"OK..."

Azran hanya tersenyum. Ia sudah tak sabar untuk merayakan 100 hari jadiannya dengan Eclaire.

"Ayo kita foto selfie di belakang badut Claire!"

"Ayo!"

Mereka pun akhirnya berselfie ria di belakang badut.

Eclaire dan Azran pun berpisah sampai disini.

**

Eclaire's POV

Di malam yang sudah sepi ini, Aku mengayuh sepeda ontelku untuk pulang ke rumah. Aku memilih mengayuh sepeda ini karena sepeda ini adalah sepeda kesayanganku yang telah memiliki kenangan yang sangat lama denganku.

Tiba- tiba Hpku berdering.

Aku malas mengangkat tapi getarannya tak bisa kutepis. Akhirnya aku pun menghentikan laju sepeda ontelku.

Ku turunkan sebelah kakiku, dan menahannya lalu kaki sebelahnya baru ikut turun.

Ternyata Ibu tiriku yang menelpon.

"Yoboseyo!"

"Eclaire, kau dimana sih? Ini jam berapa!"

"Mianhae... ini saya baru mau pulang kok Nyonya Shin!"

"Eh... kamu pikir Appa kamu ga bakal marah sama saya apa karena kamu pulang kemaleman? Untung Saya punya anak kaya Carmella yang penurut dan ga susah diatur kaya kamu!"

Batinku. Bodo amat!

Aku pun mematikan panggilan wanita itu.

Aku masih berdiri di pinggir trotoar sambil mengecek pesan katalk yang masuk.

Derell mengirimiku pesan.

Derell

[Cleire, aku mau mengajakmu rapat BEM besok bisa nggak? Aku udah janji sama sponsor besar acara kita dari UNESCO. Susah banget loh jnji sama beliau. Kamu bisa kan besok jam 4 sore?]

Tapi Aku udah janji sama Azran mau pergi sama dia. Duh Derell... kamu kenapa dadakan gini sih ngajaknya? Aku mau nolak ya susah, tapi aku kan udah janji sama Azran dan Azran bilang besok itu hari penting.

Tiba- tiba aku teringat sesuatu. Ku cek kalender di Hpku.

"100 Hari... Ya ampun kok aku bisa lupa sih kalo besok hari jadian 100 hari aku sama Azran?"

Aku rasanya mau ngebelah diri jadi berapa biji kalau begini caranya. Atau Aku sekalian aja aku menghilang dari bumi ini biar ga usah ribet lagi sama urusan dunia ini! Ga usah ngadepin Ibu tiri kaya Nyonya Shin Aera, kakak tiri kaya Carmella.

"Aku harus gimana balesnya?"

PLUK

"A..."

Aku kaget karena dari atas ada yang jatuh dan menimpa kepalaku. "SIALAN, Ini kan batu!"

Aku pun menyetandar sepedaku dan mengambil batu tersebut. "Ini kaya giok ga sih?" Tanpa pikir panjang aku ambil batu tersebut lalu aku lempar lagi batu tersebut ke tanah.

"BATU SIALAN!"

Aku pun kembali menaiki sepedaku.

Aku hendak menyebrang jalan. Kebetulan memang tepat di depanku ada lampu merah, sehingga aku pun dengan percaya diri menyebrang sembari menuntun sepedaku.

Aku menengok ke belakang melihat batu yang kuhancurkan. Aku hanya berdesis.

Tiba- tiba ketika aku sedang berjalan dengan tenang di zebra cross.

"AAAAAA....."

BRUAKKK!

**

avataravatar
Next chapter