13 13. Dimana Danji?

Eclaire mendapati jika Danji sudah tidak tinggal di kosannya lagi. Ia mencari-cari sahabatnya tersebut kemanapun namun tak ada hasil. Ia menghubungi agensi tempat Danji nihil didapatnya.Ia juga menghubungi teman Danji yang lain namun sia-sia saja.

Eclaire berada di lapangan basket menonton latihan basket teman-temannya. Tiba-tiba seseorang duduk di sebelahnya. Begitu Eclaire menoleh. "Der, sejak kapan kau duduk disini?" Eclaire kaget akan keberadaan Derell yang tidak tahu sejak kapan duduk di sampingnya.

"Kamu ngelamun udah berapa lama?" Derell memperhatikan jam tangannya.

"Nggak tahu."

Derell diam duduk di samping Eclaire, mereka tak berbicara apapun sampai latihan basketnya selesai.

"Kamu ada kuliah lagi habis ini?" Akhirnya Eclaire berani buka suara terlebih dahulu.

"Enggak."

"Oh, ada rapat BEM hari ini?"

"Nggak juga."

"Oh... kalo gitu ada kegiatan UNICEF?"

"Enggak juga."

Eclaire kehabisan kata. "Te... rus ngapain kamu disini kalo bukan nungguin seusuatu?"

"Saya nggak boleh ya melepaskan penat kegiatan sehari-hari dengan nonton orang-orag latihan basket?"

"Boleh sih... Tapi aku rasa, bukan Derell banget melarikan diri dari aktivitas rutinnya."

"Saya nggak melarikan diri, saya diam di tempat."

"O... Oke!"

Eclaire memutar otak untuk membuka pembicaraan lagi.

"U... udah makan belum?"

"Udah tadi siang."

Dalam hati Eclaire. Iya sih sekarang baru jam 4, kalo makan siang ya pasti udah dari tadi.

"Cleire, kamu lagi kehilangan sesuatukah?"

Dalam benak Eclaire bingung. Hilang? Barang aku ada yang hilang terus ditemuin sama orang maksudnya.

Eclaire menjawab. "Kayanya nggak ada deh."

"Yang bener?"

Eclaire mengagguk.

"Oh yaudah."

Eclaire ragu ingin menceritakan kegelisahannya kali ini kepada Derell atau tidak. Ia sedang tidak bisa berpikir jernih dan perlu teman curhat. Dan akhirnya...

"Tap... Tapi saya mau mau cerita yang lain, Der."

"Mau cerita apa?"

"Jadi saya abis nyari Danji dan saya ngga bisa nemuin dia dimanapun. Hpnya nggak aktif, saya samperin ke kosannya ternyata kata ibu kosnya dia juga udah nggak tinggal di kosannya itu, saya tanya ke orang agensinya juga bilang dia udah resign jadi treinee sejak sebulan lalu. Saya udah nanya kesana-kemari tapi nggak nemu juga. Danji kemana, saya benar-benar nggak tahu dia kemana."

"Kamu mau saya bentuin nyari Danji?"

"Saya nggak mau gerepotin kamu Der."

Derell sebenarnya tahu akan kepergian Danji. Ia tidak sengaja melihat tiket pesawat yang ada di HP Danji. Namun Ia tak menyangka jika Danji pergi tanpa pamit ke Eclaire. Derell sempat menelpon Danji 2 jam sebelum keberangkatannya. Danji berbohong kepada Derell ika ia telah pamit kepada Eclaire.

Derell tidak tega ingin memberitahu kepergian Danji ke tempat yang jauh. Hal ini pasti akan membuat Eclaire sedih.

"Der, saya takut ada apa-apa sama Danji."

"Cleire, tenang ya. Saya yakin Danji pasti ada di tempat yang aman."

"Terus kenapa dia menghilang tiba-tiba?"

Derell menenangkan Eclaire.

Eclaire yang posisinya duduk membungkukan badannya 180 derajat hingga sampai di pahanya. Eclaire menempelkan badan dan wajahanya di atas tasnya. Ia diam-diam menangis kecil.

Derell menepuk bahu Eclaire dan mempukpuknya. Untungnya lapangan basket telah sepi dan hanya mereka berdua tersisa di tribun penonton.

"Cleire, kita pindah tempat aja gimana?"

Eclaire bangun dari posisi membungkuknya, kembaliduduk sigap. Tampak matanya merah. Ia pun menggangguk mengikuti Derell.

Mereka sampai di sebuah kafe yang ada di dalam kampus. Mereka pun memesan minuman.

Eclaire tampak masih sedih dan melamun.

"Cleire?" Derell mencoba membangunkan Eclaire dari lamunannya.

Eclaire berhasil terbangun dari lamunannya. "Maaf Der, saya membuatmu susah. Saya merasa jadi teman yang gagal Der. Saya bisa sampai nggak tahu Danji punya masalah apa hingga membuat dia menghilang tiba-tiba."

"Mungkin memang Danji perlu pergi menyendiri untuk sementara Cleire."

"Tapi... tetep aja Der, saya ngerasa sebagai orang yang nggak peka sama keadaan sahabatnya sendiri. Coba kamu bayangin, sahabat kamu pergi menghilang tanpa meninggalkan sepatah katapun, gimana perasan kamu? Pasti ada yang salah sama saya hingga Danji nggak bicara apapun sama saya." Eclaire meratapi diri.

"Cleire, waktu akan menjawab semua. Kamu nggak bias nyalahin diri kamu begitu!"

"Saya ingat sesuat Der."

"Ingat apa?"

"Jadi tiga minggu yang lalu saya ketemu Danji, hari itu adalah pertemuan terakhir saya sama Danji." Ecleire menyeruput kopi yang sudah terhidang di depannya. Ia pun melanjutkan kembali ceritanya. "Danji bersikap sama seperti biasanya, saya tidak melihat keanehan apapun di dirinya. Kami masih membicarakan pekerjaan kami. Asataga.." tiba-tiba di tengah cerita, Eclaire mengingat sesuatu.

"Ada apa Cleire?"

"Saya baru ingat, Danji baru ingin buka suara menceritakan keluarganya, saya ditelpon Azran. Dan kemudian saya langsung pergi meninggalkannya tanpa membiarkannya bercerita. Saya hanya ingat saya mengirimkan pesan Katalk dan memintanya bercerita via Katalk, namun dia bilang masalah keluarganya sudah selesai dan dia minta maaf apabila tidak jadi cerita. Ini masih ada bukti percakapan terakhir saya dengan Danji mengenai hal tersebut, setelah itu saya tidak mengirim pesan apapun kepada Danji kecuali kemarin mengetahui dia sudah memghilang."

"Kau terkahir bertemu Danji tiga minggu yang lalu?" Derell berpikir sejenak. Ia padahal bertemu Danji 9 hari yang lalu dan Danji pergi ke luar Korea baru 2 hari yang lalu.

"Iya, sudah lama kan? Saya memang akhir-akhir ini sudah tidak seintens itu bertemu Danji karena kupikir Danji sibuk belajar karena akan mengikuti ujian masuk universitas pertengahan tahun ini. Tapi... Selain itu... saya..." Ecleire berhenti dan tidak melanjutkan kalimatnya.

"Mengapa Claire?"

"Saya terlalu sibuk bertemu Azran setiap hari. Baru 2 hari ini saja saya tidak menemuinya itu juga memang dia kemarin pergi ke Jepang dan baru pulang ke Korea minggu depan."

"Kau tahu Danji tiba-tiba menghilang bagaimana ceritanya? Kapan?"

"Kemarin. Beberapa jam setelah pesawat Azran terbang, saya mengirim pesan Katalk kepada Danji untuk mengajaknya bertemu."

"Benar-benar kemarin?"

"Iya... kemarin siang."

"Siang jam berapa?"

Eclaire mengecek HPnya dan membuka aplikasi Kakaotalknya. "Jam 1 lewat 8."

Derell ingat betul jika pesawat Danji adalah jam 3 lewat 10 hampir sore. Di jam itu, ia juga mengirim pesan kepada Danji dan Danji masih membalasnya. "Danji bales nggak?"

"Enggak, tapi pesannya masih terkirim kok."

"Terus jam berapa pesan kamu sudah nggak terkirm?"

"Kira-kira setengah jam kemudian, ini jam 1 lewat 40 saya kirim pesan lagi dan ternyata sudah centang satu, yang mana sudah nggak aktif lagi nomornya. Langsung saya telepon dan benar saja, nomornya sudah tidak aktif."

Derell berpikir dan memutuskan tidak memberitahu kepergian Danji. Ia ingin menyelidiki dahulu mengenai kepergian Danji baru setelah itu menceritakannya kepada Eclaire.

"Der, saya kok egois banget ya jadi temen? Bisa-bisanya senggakpeduli ini sama masalah sahabat, andai waktu bisa diulang..." Lagi-lagi Eclaire bersedih meratap.

"Cleire, kamu jangan gitu ya! Kamu harus kuat dan tegar. Saya janji akan bantuin kamu nyari Danji, tenang ya!"

Dalam benak Eclaire. Apa jangan-jangan karena hubungan saya sama Azran jadi membuat saya seperti ini? Saya takut jadi orang yang berbeda. Saya sadar jika semenjak sama Azran, sepertinya hidup saya yang paling penting itu bertemu Azran. Saya merasa ada yang salah jika terus-terusan seperti ini. Saya seperti menjadi orang lain.

***

avataravatar
Next chapter