28 10. Vivid Dream

Yong sudah menuangkan arak ke semua gelas teman- temannya, termasuk ke gelas Ho.

"Kau pasti sangat cemas Kita tak bisa menemukan Guru?" tanya Jungshin kepada Ho.

"Salah satunya itu."

"Kalau itu salah satunya, itu artinya masih ada hal yang mengganjal yang sedang Kau pikirkan?" tanya Jungshin lagi.

"Tentu, banyak yang dipikirkan oleh uri Hosan. Tidak mungkin Dia hanya memikirkan satu hal saja!" balas Yong.

"Hyungnim benar. Semua urusan negara ini akan menjadi pikiran Hosan kelak." Myungsoo menimpali.

"Kalian tidak usah menyebut- nyebut negara. Kalau ada yang dengar, bisa jadi masalah!" ujar Ho.

Jonghyun yang dari tadi sedang awas terhadap keadaan sekitarnya kini mengikuti percakapan teman- temannya.

"Gerombolan pria yang duduk tepat di sebelah barat dari tempat duduk Kita nampaknya memperhatikan Kita sedari tadi." Ia berbicara dengan berbisik dan berhati- hati.

"Chinja?" tanya Yong tak percaya. Ia pun mengeluarkan kipas dari lengan bajunya dan melebarkan kipas putih tersebut. Ia ingin mengintip gerombolan Pria yang dimaksud oleh Jonghyun dengan cara menutup pandangannya dengan kipasnya.

"Kita tak bisa terlalu larut, hingga mabuk disini," ujar Myungsoo sembari menyudahi kegiatannya meminum alkohol.

"Kau seharusnya tak meminumnya!" ujar Yong sembari berdecik keheranan. Ia menarik kesimpulan melihat gerombolan Pria yang dimaksud oleh Jonghyun. Mereka mengenakan pakaian serba hitam bak para ksatria yang sedang menyamar. Bila dilihat- dilihat, Mereka bukan orang dari kalangan cheonmin karena penampilan Mereka lebih terawat dari kebanyakan kalangan Cheonmin. Pikirnya. "Mungkin Mereka juga sedang menyamar seperti Kita?" terkanya.

Ho berdiri dari tempat duduknya dan memutuskan untuk keluar dari kedai tersebut. Ia menatap ke arah langit yang sudah nampak gelap. Ia memandang ke langit. Rasi bintang yang Ia temui adalah rasi bintang orion yang tak sempurna. Rasi bintang orion adalah melambangkan pemburu. Rasi bintang Orion memang umumnya muncul di bumi bagian barat. Sang pemburu yang sangat tangguh dan pemberani. Pikir Ho. Siapakah orion yang dimaksud dari rasi bintang ini? Namun, orion tersebut nampak cacat dan tak sempurna karena kehilangan salah satu tangannya. Apakah orion itu mengarah kepada diriku?

Ia teringat sang Guru, Guru Oh yang dapat membaca ramalan dengan melihat rasi bintang. Ini rasanya sebuah firasat ketika Ho diperlihatkan bentuk rasi bintang tersebut.

Ho memejamkan matanya sesaat dan merasakan hawa dingin yang amat menusuk hingga ke ulu hatiya. Ia merasakan jika energi negatif sangat kuat di kitaran kedai tersebut.

Ho khawatir jika memang benar kekuatan jahat itu mengincar dirinya sekarang. Ho memegang bagian ulu hatinya dan mengambil sesuatu dari kantong dibalik hanboknya. Ia ternyata menyimpan batu giok berwarna kuning.

Batu giok yang berbentuk bulan sabit tersebut nampak lebih berkilau dari biasanya. Ini artinya, batu giok tersebut sedang bekerja melindungi Ho dari segala energi negatif yang berusaha menyerang Ho secara batin maupun raga.

Keempat teman Ho keluar dari kedai setelah membayar makanan dan minuman Mereka.

Jonghyun menyadari jika ada yang tak beres dengan tatapan Ho.

"Choha... Musun irini (ada apa)?" tanya Jonghyun.

"Hyungnim, Aku punya firasat buruk jika KITA TETAP TINGGAL DISINI. Sebaiknya Sekarang Kita melanjutkan perjalanan!" ujar Ho.

"Keurae... Ayo Kita pergi dari sini sekarang!" Jonghyun pun mengambil kudanya, diikuti keempatnya yang juga hendak mengambil kuda Mereka masing- masing.

Mereka melepaskan tali kuda Mereka dan hendak menaiki kuda Mereka masing- masing.

Namun tiba- tiba GEROMBOLAN Pria yang tadi di dalam kedai yang Mereka cuigai sebagai orang yang menyamar keluar dan menghampiri kelimanya. Gerombolan tersebut berjumlah 12 orang, dua kali lipat lebih dari jumlah Mereka.

"Anda sepertinya bukan Orang daerah sini?" tanya Pria yang nampaknya merupakan kepala gerombolan. Ia tersenyum licik menatap kelimanya.

"Kami hanya singgah sementara disini, Kami akan segera pergi dari sini!" jawab Jungshin.

"Sepertinya kalian semua masih remaja! Kalian harus lebih sopan terhadap orang yang lebih tua dari kalian, anak muda!" ujar sorang Pria di belakang Pria pemimpin.

"Ahjussi... Kau sebaikny tak berurusan dengan anak muda seperti Kami! Jadi sebaiknya biarkan Kami melenggang dari hadapan Anda secepatnya!" celetuk Yong.

"Anak muda, kalian benar- benar tak sopan! Sudah masuk ke wilayah orang tanpa permisi, tingkah kalian semua sangat kurang ajar! Tak bisa ditolerir! Kalian harus membayar pajak karena melewati wilayah Kami! Tidak ada yang gratis di dunia ini anak- anak muda!"

Yong tersenyum geli. "Sejak kapan hanya melewati jalan saja harus membayar? Memang jalan ini, wilayah ini punya kelian?!"

"Kami adalah penguasa wilayah ini! Lagipula, melihat penampilan kalian, sepertinya uang bukah masalah! Berikan saja uang yang Kami mau! SETELAH ITU Kami akan membiarkan Kalian pergi dengan aman dari sini!"

"Sialan! Kalian benar- benar Orang yang meresahkan negara!" celetuk Yong.

Ho tetap tenang menghadapi gerombolan Pria pemungut iuran liar tersebut.

"Berikn saja uang yang mereka inginkan, Samcheon!" ujarnya.

Yong terkejut. "Mereka tak pantas mendapatkan uang dengan cara seperti ini! Aku tak rela orang- orang meresahkan seperti Mereka berkeliaran seenaknya!"

"Aku juga tak setuju jika Kita mudah menyerah!" timpal Myungsoo.

Jungshin nampak mengerti maksud dari Ho. Ia mengambil kantong uang dari lenganq bajunya dan mengeluarkan uang koinnya. "Cukup segini?" Ia melemparkan uang tersebut kepada Sang pemimpin gerombolan.

"Jungshina andwae!" ujar Yong.

"Kwaenchana! Uang bukan apa- apa! Kita tak seharusnya lama- lama berurusan dengan mereka, Hyungnim!"

Sang Pemimpin gerombolan seakan- akan matanya terbius melihat puluhan koin tersebut.

"Kalian kan orang kaya, uang bukan masalah besar kan?! Kalian bisa pergi dari sini!" ujar Pria lain yang juga sangat girang mendapatkan uang.

Akhirnya Ho dan teman- temannya bisa pergi dari gerombolan penyamun tersebut.

Mereka menaiki kuda Mereka masing- masing dan menjauh dari wilyah terseqbut.

"Choha... lain kali, akan kuhajar Mereka! Aku sudah menandai Mereka semua!" ujar Yong sembari memecut kudanya degan kakinya agar jalannya mendahului kuda Ho.

Ho hanya geleng- geleng.

"Terima kasih Jungshin Hyungnim! Kau tak ikut emosi!" ujar Ho kepada Jungshin.

"Aku paling takut saat melihat Jonghyun Hyungnim yang sudah siap menghunuskan pedangnya ke kepala para pria tadi! Tatapan matanya seakan- akan siap menerkam mangsanya!" ujar Jungshin.

"Apa katamu Jungshina?!" Jonghyun mencoba menggapai kuda milik Jungshin namun Jungshin mempercepat juga laju kudanya.

Mereka pun melanjutkan perjalanan walau hari sudah malam.

Setelah satu jam berjalan dengan menaiki kuda, Mereka pun harus mengistirahatkan diri Mereka dan juga kuda Mereka. Mereka mencari penginapan namun tak kunjung menemukannya.

Mereka menemukan padang luas yang bisa dipakai untuk tidur.

"Kita tak menemukan penginapan sejauh ini, terpaksa tidur di lahan sepertinya!" ujar Jonghyun.

"Aku tak masalah tidur di lapangan, tapi Cheoha..." Myungsoo melirik Ho.

"Oho! Aku tak selemah itu! Aku juga bisa tidur di padang luas terbuka!" ujar Ho sembari mengangkat kedua alisnya.

"Baiklah! Kita sudah putuskan beristirahat di padang ini!" ujar Jungshin.

Mereka berbaring di hamparan padang luas tersebut.

Langit yang gelap berlimpahkan bintang menjadi selmut tidur Mereka.

Ho tak bisa dengan mudah tertidur. Dirinya seakan sedang diawasi oleh sesuatu sehingga dirinya tak mudah lengah untuk tertidur.

Yong sudah paling duluan terlelap, Ia bahkan sampai mengorok.

Ho ingin menyumpal telingany karena suara orokan Yong yang sangat memekakan telinga.

Myungsoo yang sedari tadi mencoba tidur, tak bisa karena terganggu akan suara orokan Yong. Ia mencabut rumput di sebelahnya dan memasukannya ke mulut Yong.

Suara orokan Yong pun berkurang karena teredam oleh rumput- rumput.

Jungshin hanya geleng- geleng saja dengan ulah Myungsoo. "Aku tak tanggung jawab ya besok, Myungsooya!" ujarnya memperingati Myungsoo.

Myungsoo tak peduli dan berbaring tidur.

Sementara Jonghyun tidur dengan posisi duduk sembari memegang pedangnya. Seakan- akan Ia siap menebas orang yang akan mengganggunya tidur.

Jungshin hanya geleng- geleng melihat cara tidur Jonghyun.

"Jonghyun Hyungnim memang seorang ksatria sejati! Cara tidurnya saja seperti itu!"

Ho pun mulai memejamkan matanya.

Namun, benar saja. Ia pun mulai masuk ke alam mimpi yang rasanya sangat nyata.

Tangannya terbelenggu oleh kekuatan jahat, Ia tak bia bernafas karena tercekik. Semakin lama, tenaganya semakin habis karena berusaha melepaskan diri dari energi tersebut.

**

Vivid Dream: Mimpi yang rasanya sangat nyata

avataravatar
Next chapter