3 BAB II Pesta Jamuan  

"JANGAN SENTUH GADIS ITU!!"

Dengan lantangnya pria berpakain eropa itu berteriak dari depan pintu yang terbuka lebar.

Prokk! Prokk! Prokk!

"JANGAN ADA YANG BERANI UNTUK MENYENTUH GADIS ITU, MONSTER SIALAN!!"

Perlahan pria itu berjalan memasuki ruang dansa yang penuh dengan monster kelelawar raksasa, namun puluhan monster tersebut tak ada yang mendekat ataupun menyerangnya dan malah terlihat mundur menghindar seakan memberi jalan pada sang pria muda.

Pandangannya terlihat sangat marah seraya terus berjalan menghentakan sol sepatunya.

Sesampainya di depan sangkar, sang pria berhenti sejenak selagi terus diperhatikan oleh puluhan monster yang tak berani menyerangnya. Kemudian diletakannya tangannya pada jeruji sangkar besi itu.

Kreekk!!

Bunyi sangkar besi tersebut membengkok.

Kreekkk!!

Terus membengkok, sang pria terus menarik jeruji sangkar besi dengan tangan kosong.

Kreeekk!!

Hingga akhirnya lubang seukuran manusia terbentuk dari lekukan jeruji sangkar besi itu.

Anna yang melihat pria itu melangkah masuk hanya bisa terkagum tanpa bisa berkata apa-apa.

"Apakah ada yang lecet?"

Sang pria bertanya dengan lembut sambil memegang tangan Anna seperti seorang putri.

"Tidak ..."

"Baguslah kalau begitu ..."

Sang pria kemudian kembali berdiri dengan wajah yang sedikit lega. Lalu seketika raut wajahnya kembali menajam.

"DENGARKAN BAIK-BAIK KALIAN PENGHISAP KOTORAN!!"

Dengan mata tajam yang tertuju pada para kelelawar raksasa di ruangan itu, sang pria tiba-tiba geram. Namun para kelelawar itu malah semakin terlihat ketakutan dengan tatapan sang pria dan hanya bisa menggigil dan berbisik pada sesamanya. Lalu sang pria melanjutkan kata-katanya.

"HAMPIR SAJA KALIAN MELAKUKAN KESALAHAN TERBESAR DALAM HIDUP KALIAN!!"

"Heeckk!!"x50

Puluhan monster itu tersentak akan perkataan sang pria.

"Seorang gadis sepenting dia, seorang gadis yang hanya ada satu-satunya di dunia, sebagai gadis yang membawa cahaya harapan untuk masa depan ras manusia! HAMPIR SAJA KALIAN SENTUH!!"

Tanpa ada yang berani menyangkal kata-kata sang pria, para monster itu semakin terlihat terintimidasi.

"Dan agar kalian tahu! YANG BERHAK ATAS GADIS INI ADALAH AKU!!"

"Eh?!"

Satu kata tanya spontan keluar dari mulut Anna saat mendengar pernyataan sang pria. Seakan terputus dengan dunia nyata yang ada di depannya pikiran Anna mencoba memahami semua pembicaraan sang pria.

Namun, sebelum Anna bisa sampai pada kesimpulannya, seakan tak ada yang ganjil sang pria yang melihat wajah Anna kebingungan, langsung mengklarifikasinya.

"Kenapa gadis kecil? Apa yang membuat wajahmu kebingungan seperti itu?"

"Eh??"

"Hmm ... apa jangan-jangan kau berpikir aku akan menyelamatkan mu?"

" ... ??"

Sambil berbalik kearah Anna, sang pria mulai mendekatinya dan menundukan kepalanya dan mendekatkan pandangannya pada wajah Anna.

"Heh he he ..., maaf sudah membuatmu salah sangka gadis kecil. Tapi bukannya kau bisa melihatnya dengan jelas? Mata biruku ini, rambut emasku ini, dan wajah bangsawanku ini!?"

Sang pria kemudian berdiri dan melangkah ke belakang beberapa langkah sebelum kemudian melanjutkan kata-katanya.

"AKU!! MELEONARCH VAN PIETERZCOON, PUTRA KETIGA BANGSAWAN TERTINGGI VOC DI ASIA TIMUR, SANG GUBERNUR JENDRAL PIETERZCOON!!! DENGAN HAK KESULUNGAN YANG KUMILIKI DARI AYAHKU, AKAN KUAMBIL KEHORMATAN MALAM INI UNTUK MELAHAP CAHAYA HARAPAN TERAKHIR TANAH JAWA YANG BERSEMAYAM DALAM TUBUH KECIL GADIS INI!!"

Lalu bersamaan dengan berakhirnya kata-kata lantang itu, sang pria yang menyebut dirinya Meleonarch itu membalikan badannya kembali pada Anna sambil mulai bertranformasi menjadi seekor serigala besar berbulu merah dengan tinggi dua kali lipat dari tinggi awalnya.

RRRRGGHHHRRR!!!

Dengan geraman yang bergelora perlahan di sela-sela gigi tajamnya, Meleonarch mendekat pada Anna yang pupil matanya mulai mengecil.

Lalu saat ia sudah di depan Anna, digenggamnyalah kedua lengan Anna dengan telapak besarnya yang memiliki kuku-kuku tajam berwarna hitam arang di tiap jarinya.

Anna yang tergantung di genggaman Meleonarch hanya bisa menggigil lemas ketakutan, seperti domba yang hendak disembelih. Air matanya pun terus mengalir deras tak mau berhenti.

"Baiklah gadis kecil, mari kita lihat seperti apa rasa yang dimiliki daging lembutmu itu"

"Hegh!! ...."

Dengan napas panas yang berembus kencang ke wajah Anna, Meleonarch membuka rahang nya lebar-lebar seraya menerjang kearah Anna.

Sekejap sebuah angan melayang di pikiran Anna bahwa ia harus segera bergerak dari tempat itu, bahwa ia tak boleh berakhir di tempat itu, bahwa ada sesuatu yang menunggunya meskipun dia tak mengetahui apa itu.

Namun, entah karena ketakutan atau shock berat, otot kedua kakinya tak bisa mengeluarkan tenaga sedikit pun. Sedangkan di hadapannya belasan gigi putih tajam nan besar sedang menerjang dengan kecepatan tinggi, namun kakinya masih tak mau bergerak.

"Tinggal beberapa detik lagi, hanya tinggal hitungan beberapa detik lagi sebelum belasan gigi itu menerjangku dan menyatapku bulat-bulat" Pikirnya.

Jantung Anna berdegup semakin kencang hingga telinganya tak bisa mendengar suara lain selain degup jantungnya itu. Badannya terasa sangat panas, dan napasnya semakin berat detik demi detik.

Seakan dunia berputar dengan sangat lambat, darah yang mengalir deras bersama dengan pompaan jantungnya yang bekerja luar biasa menghasilkan pemandangan menyeramkan yang terekam sangat lambat di depannya.

Sangat-sangat lambat seakan-akan waktu itu hendak menyiksanya disaat-saat terakhirnya. Hingga satu titik seakan waktu benar-benar berhenti air mata hangat terjatuh dari pipi Anna.

"Jangan menyerah Anna!"

Suara lembut terdengar jelas di telinga Anna dan segera menyadarkannya akan apa yang ada di hadapannya sekarang.

Belasan gigi tajam dan lidah merah besar di belakangnya sudah berada tepat di depan mata Anna. Namun seakan semuanya itu membeku, belasan gigi dan lidah merah itu tak bergerak sama sekali.

"Eh?!"

Lalu Anna mencoba menolehkan wajahnya ke kanan dan dilihatnya puluhan bayangan samar makhluk yang menempel di dinding, bergantung di langit-langit dan merayap di lantai, namun tak satu pun dari mereka yang bergerak.

Apakah waktu benar-benar berhenti? pikirnya, tapi bagaimana bisa?

Kemudian Anna mencoba menolehkan wajahnya ke kiri.

"Anna dengar baik-baik, ...."

"Siapa ... kau?"

Tepat di sampingnya seorang wanita dengan wajah cerah dan mata lembut sedang memandangnya sambil memancarkan cahaya. Cahaya itu terang, namun tak menyilaukan dan terasa hangat.

" ... Hmm, anggap saja aku roh penjagamu!"

"Roh penjagaku?"

"Ya! Aku roh penjaga yang akan selalu mendampingimu melewati penderitaan seberat apapun. Sekarang, ada hal yang harus segera kita lakukan terhadap gigi-gigi tajam itu"

Seraya sang sosok bercahaya itu memandang tuan serigala yang membeku bersama waktu.

"Jadi, waktu yang membeku ini tak akan berlangsung lama?"

"Iya benar, dan kelihatannya waktu kita tak akan banyak. Karena itu gunakanlah ini ...."

Sembari menarik kedua tangan Anna, sang sosok bercahaya itu menggenggamkan suatu belati putih bermotifkan mawar pada gagangnya dalam genggaman Anna.

"Ini? ...."

Kemudian sang sosok bercahaya itu mengarahkan tangan Anna yang menggenggam belati putih itu pada mulut sang serigala lalu berkata.

"Dengan ini berdoalah, kumpulkan perasaan dan harapanmu pada satu titik di dadamu dan tujukan semua itu pada ujung belati ini"

"Tunggu, apa maksud semua ini? setidaknya jelaskanlah sedikit padaku!"

Tanpa memberikan jawaban terlebih dahulu, sosok yang bercahaya itu kemudian menutup mata Anna dan berbisik di telinganya.

"Sekarang kumpulkan harapanmu dalam lubuk hatimu dan berdoalah"

... seketika itu cahaya terang bersinar.

"Eh kenapa ini? kenapa aku kembali ke wujud manusiaku? Apa yang terjadi? Aku ... kenapa aku tak bisa kembali pada wujud serigalaku? Apa yang kau lakukan gadis kecil?! APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN HAAHH!!!"

Bersamaan dengan belati yang menusuk pada lidah sang serigala, tubuh besar sang serigala meletup menjadi puluhan lembar mahkota mawar merah dan mengembalikannya ke wujud manusia.

"JAWAB KECOAK!!"

avataravatar
Next chapter