2 Chap 2

Menghirupnya sebentar lalu tersenyum bangga dan meletakan masakan pertamanya di atas meja. Mengecek kesiapan nasi dalam ricecooker. Lalu mengambil isinya sedikit, ketika telah memastikan nasi itu matang dengan sempurna.

Reslie kemudia mengumpulkan semua makanannya itu di atas meja bulat yang ada di dekat dapur. Menarik kursi untuk duduk. Lalu menyantap makanannya dengan tenang sambil menyalakan televisi.

Lima menit awal, semua terlihat baik-baik saja dan aman. Tapi ketika menit telah menunjuk ke arah tujuh setelah ia menyalakan televisinya.. Dup!~ layar tv mendadak mati. Keheningan langsung menyambar ke seluruh ruangan.

Reslie menghentikan makannya sejenak. Lalu menggerutu dengan kesal. Ia berjalan ke arah tv datar yang ada di ruang tengah, lalu mengecek kondisinya.

Karena tidak cukup ahli dalam soal mesin, ia tidak menemukan masalah apapun di dalamnya. Entah apa yang membuat televisi itu mendadak mati tanpa sebab yang jelas, Reslie memutuskan untuk mengesampingkan masalah ini lebih dulu.

Mungkin karena tv ini jarang sekali dipakai dan sudah lama tidak digunakan, mesin yang ada di dalam sedikit mengalami gangguan. Itulah hal pertama yang ia pikirkan.

Sambil kembali berjalan ke arah meja makan, Reslie menyalakan handphone dan menyetel beberapa channel youtobbe favoritnya di sela-sela kekosongannya. Hingga tanpa ia sadari, ada semacam perasaan dingin menyelimutinya.

Ia terdiam sejenak. Melirik sedikit ke AC, lalu mengecek suhunya. Reslie mengerutkan kening.

Normal. Tapi kenapa ada semacam perasaan dingin di sekitarnya? Apa ini karena ia kelelahan karena terlalu banyak bekerja membersihkan rumah di hari pertama??

Tapi, bukankah tadi dia sudah mandi dengan air hangat yang entah bagaimana Reslie sangat ingin berterimakasih pada sang pemilik rumah sebelumnya karena sudah menyediakan itu sebelum ini ada di rumah ini dan mesin itu juga masih berfungsi dengan baik, hawa dingin itu tetap ia rasakan juga.

Sambil menggosok telapak tangan dan lengannya, Reslie mencoba meregangkan tubuh. Menghabiskan kembali makanannya dan membereskan dapur.

Selesai berberes ria, ia memutuskan untuk tidur lebih cepat dan pergi ke kamar karena mengantuk. Melentangkan tubuhnya di atas kasur dan mencoba untuk tidur di atas kasurnya yang empuk. Lalu menghirup udara kamar yang baru yang menentramkannya.

Sudah lama sekali aku tidak tidur senyaman ini, batin Reslie nyaman sambil meringkuk di bawah selimut.

Ia mengingat kembali kehidupannya yang dulu, sebelum ia mendapatkan rumah ini.

Reslie lahir sebagai anak ke 9 dari 10 orang bersaudara di keluarganya yang besar, keluarga Hugo. Sesuai dengan namanya. Reslie Hugo.

Ia memiliki 6 saudara laki-laki dan 2 saudara perempuan yang semua usianya berada di atasnya. Serta satu orang adik laki-laki yang hanya terpaut satu tahun lebih muda darinya.

Jika diukur dari garis keturunan keluarganya, keluarga mereka bisa langsung dikategorikan sebagai keluarga yang cukup besar karena memiliki banyak sekali anak seolah ingin membentuk sebuah tim sepakbola.

Jadi bagaimana jika jarak umur Reslie dengan kakak laki-lakinya yang paling tua adalah 20 tahun? Dan jarak terdekat antara dirinya dengan kakak perempuan adalah 3 tahun? Dimana ia sendiri kini telah berusia 26tahun.

Bukankah itu artinya, banyak dari beberapa saudara tertuanya telah memiliki keluarga mereka sendiri dan bahkan seorang cucu yang lucu yang kini telah berusia satu atau dua tahun?

Jadi bisa dibayangkan betapa sumpek rumah besar mereka yang terdiri dari puluhan anggota keluarga yang sangat lengkap dan bahkan amat sangat lengkap seperti mereka?!!

Semua orang di rumahnya memiliki paham lebih baik tinggal bersama daripada tinggal terpisah.

Sekalipun perlu terpisah, mereka akan membangun sebuah rumah tepat di sebelah rumah utama seperti yang dilakukan oleh kakak kedua dan kelimanya. Atau mereka terpisah karena masalah pendidikan seperti yang dilakukan oleh adik laki-laki Reslie yang kini sedang belajar di kota lain.

Selain itu, semua saudara terkasihnya berkumpul menjadi satu dalam satu rumah seperti sebuah asrama keluarga.

Itu sebabnya, sebagai orang yang memang tidak terlalu pandai dalam bersosialisasi dengan oranglain maupun keluarganya sendiri, Reslie selalu lebih suka tinggal di luar rumah. Hingga akhirnya ia bisa mendapatkan rumah ini dari usahanya sendiri dan sedikit bantuan dari kakak-kakaknya.

Beruntung, walaupun hampir semua keluarga awalnya menentang keputusannya itu, setelah berjalannya waktu dan berpikir lebih terbuka kembali, mereka akhirnya menyetujui keputusan Reslie untuk pindah dari rumah dan tinggal seorang diri.

Tentu awalnya semua orang terkejut karena Reslie memilih rumah di pinggiran kota. Tapi lambat laun mereka memberikan keputusan sepenuhnya pada Reslie.

Reslie sendiri memilih rumah di pinggiran kota karena ia ingin pergi jauh dari kehidupannya yang menjemukkan untuk sementara waktu. Ia perlu untuk menjernihkan pikirannya.

Masalah keluarganya, masalah pekerjaannya, dan masalah sosialnya. Semua membuatnya merasa tertekan karena masalah demi masalah terus datang menghampirinya.

Jika ia bisa memilih, ia berharap bisa seperti beberapa novel yang telah di bacanya soal seseorang yang bisa berubah atau berpindah ke tubuh oranglain. Sehingga ia tidak perlu menjadi dirinya yang sekarang. Dan mengikuti segala protokol menyebalkan dalam hidupnya.

Hingga, ketika Reslie mulai merasa sangat mengantuk dan lelah, ia mulai semakin tenggelam dalam panggilan dunia bawah sadarnya yang kuat. Mata yang awalnya masih terbuka dan mengamati langit-langit, mulai berubah menjadi hitam dan gelap karena tertutup kelopak mata.

Sambil menggumamkan beberapa kata yang tidak jelas, Reslie mulai terlelap. Menghembuskan napasnya secara teratur dan terus terhanyut dalam tidur lelapnya.

Sampai sebuah suara mengganggunya.

"Zzzttt..."

Suara itu terdengar sangat jauh dan tidak jelas. Namun bunyinya bergema.

"Zzzttt..."

Merasakan sesuatu yang tidak benar, Alis Reslie sedikit bergerak tidak pasti. Tapi karena rasa kantuk yang sangat besar menyerang, ia tidak serta merta langsung memberikan respon.

Hingga ketika satu kata terdengar jelas di telinganya,

"Toloongg..."

Reslie langsung membuka matanya dengan cepat.

Rasa kantuk yang besar seketika menghilang. Berganti dengan rasa gelisah yang mendadak muncul.

Mungkinkah ia baru saja bermimpi buruk? Memimpikan seseorang meminta tolong padanya? Dan itu... seolah benar-benar nyata dan berada di dekatnya , tapi juga jauh?

Tidak, tidak. Reslie mulai mengembalikan akal sehatnya ke tempat teratas. Pasti karena ia terlalu banyak memikirkan masalahnya selama ini sebelum ttidur, otak mimpinya bekerja dengan cara yang salah akibat terlalu tegang.

Karena itu, ketika ia sekali lagi memastikan tidak ada suara apapun yang ia dengar kembali, Reslie memutuskan untuk tidur kembali. Kali ini ia mencoba untuk tidak memikirkan hal yang buruk sebelum tertidur.

Dan itu ternyata berhasil. Reslie tidur dengan tenang sampai pada keesokan harinya.

***

avataravatar
Next chapter