webnovel

8. Rumah Baru

Sira siap-siap untuk pindahan hari ini semua baju dan keperluannya sudah tersusun rapi, hanya dimas yang masih sibuk memasukkan baju ke kopernya.

"saya bantu" Sira menawarkan bantuannya

"tidak perlu"

"Sira..." panggil mama dimas tiba-tiba masuk ke kamar mereka.

"iya ma," menghampiri dengan senyum

"dimas temani papa minum kopi, biar sira yang beresin barang kamu" senyum ke Sira

"udah ma, dia tidak tahu apa-apa, ini kan barang dimas" jawab dimas

"udah pergi sana" mama menarik tangan dimas berdiri.

dimas pun keluar menatap sira benci, Sira hanya diam dan menunduk melihat tatapan dimas.

"kalian kan belum sama kenal, tapi dimas anak yang baik" jelas mama dimas

"Dimas kalau berangkat kerja suka minum susu dan sarapan roti keju" memasuki baju dimas ke koper

"iya ma," senyum sira

"smoga mama cepat dapat cucu ya" menyentuh dagu Sira.

Sira hanya senyum tidak bisa berkata apa-apa, Sira kemudian memeluk ibu helvita.

"mama begitu baik, walaupun mengenalku dalam sekejap" ucap Sira dalam pelukannya, ibu helvita mengelus belakang sira, dan melepaskan pelukannya

"karna kamu anak yang baik dan sopan", air mata sira jatuh ia begitu terharu.

"ei,, Sira jangan menangis nak" menghapus air mata sira. Sira dan ibu helvita turun ke bawah menemui Dimas dan pak salim untuk sarapan.

40 menit perjalanan menuju rumah baru akhirnya mereka sampai, mereka memasukan barang masing-masing ke dalam rumah. Dimas selesai mengangkat barangnya dan duduk di sofa ruang tamu, sedangkan Sira belum selesai dimas hanya diam tanpa membantunya.

Dimas berdiri menghampiri Sira

"seperti yang aku bilang kita ini hanya rekan kerja, jadi kamar harus masing-masing" senyum dimas.

"ok.. kamarku di atas, di atas ada 3 kamar, di bawah ada 2 kamu terserah pilih yang mana yang penting tidak sekamar"

"saya juga di atas, rumah ini terlalu besar saya takut" jawab sira.

jam 9 malam mereka sibuk dengan diri sendiri, rumah yang besar terlihat sepi dan sedikit menakutkan. Sira berbaring di tempat tidurnya dan membolak-balik kan hp nya.

"huff membosankan, ini pernikahan yang aneh" gumam sira pelan. Sira pun tertidur pulas.

Sira bangun saat azan Subuh berkumandang seperti bias dia tidak pernah lupa sholat, selesai sholat Sira turun ke bawah menuju dapur memasak sarapan untuknya dan dimas, sira juga sibuk menata dan membersihkan ruang tamu mereka, membuka setiap jendela ruang tamu, semua sudah rapi, sarapan dimas juga sudah siap di meja, Sira hanya tinggal menyusn piring ke raknya. Jam 7:30 dimas turun dengan pakaian kerja yang rapi memakai baju putih dan jas abu-abu, Dimas menuju dapur untuk sarapan,

"saya sudah siapkan sarapan,,,kamu"

dimas melihat ke meja ada susu dan roti keju seperti sarapannya di rumah yang dibuat mpok mai, kemudian melihat sira.

"saya sudah bilang, jangan lakukan apapun untuk saya, kita hanya rekan kerja" tegas dimas, dimas menuju kulkas tempat sira berdiri.

"awas" meminta Sira meyingkir dari depan kulkas, "saya bisa melakukannya" mengambil kotak susu dari kulkas,

"tidak usah biar saya saja pak" sira berusaha untuk mengambil susu dari tangan dimas

"Stop" seketika Sira terdiam mendengar suara dimas,

"kamu bukan pembantu saya ataupun istri, kita hanya kerabat kerja, dan saya tidak suka melihat kamu mengemis seperti ini terlihat seperti murahan" tegas dimas di hadapan sira, mata sira berkaca-kaca mendengar ucapan dimas yang kasar, Sira pun pergi tanpa kata-kata, dimas tahu kalau sira menangis Karana ucapannya, Dimas merasa bahwa dirinya sudah keterlaluan tapai dimas memang tidak suka dengan sira, dia merasa Sira terlalu berlebihan dan sampai kapanpun dimas tidak bisa menerima Sira sebagai istrinya.

"Aagrhhhh" ucap Dimas emosi, melemparkan kotak susu ke wastafel sampai tumpah dimas pun pergi menarik tas kerjanya dari meja makan.

Sira menangis di kamarnya kalimat dimas yang begitu kasar membuatnya sakit hati.

melihat jam di hp nya menunjukan pukul 7:50 Sira menghapus air matanya dan bergegas mengganti bajunya Karana hari ini kerja pertamanya di kantor baru mengurus proyek bersama dimas.

Sira yang tidak bisa mengendarai mobil dan motor sendiri jadi sira berangkat naik taxi. Dimas juga tidak akan pernah mau berangkat dengan sira kecuali satu hal di depan orang tuanya dan hal yang tertentu, apalagi saat ini mereka jauh dari orang tua.

di depan kantor Sira di sambut oleh satpam dan mengantar Sira ke ruangannya.

seseorang mengetuk pintu ruangan Sira

"masuk" jawab sira

"maaf ibu, hari ini jam 10 kita mengadakan meeting dengan bapak dimas Abraham"

sekertarisnya menyampaikan dengan sopan.

"oh baik lah, terima kasih" senyum Sira ke sekertarisnya.

"sama-sama ibu" keluar dengan sopan.

semua data sudah di check Sira, saatnya Sira menghadiri meeting, di ruang meeting semua sudah menunggu hanya dimas yang belum datang.

"pagi" Sura dimas dari mulut pintu.

"pagi pak" semua menjawab.

Penyampaian Dimas cukup berwawasan dan dapat di terima semua orang, motivasi yang luar bisa untuk penyelesaian proyek.

"ibu sira Maisyah" panggil dimas

"saya pak"

"kamu menghendel pekerjaan proyek ini, jadi kamu harus lebih sering kelapangan" tegas dimas.

"itu sudah ada yang menghendel pak, saya hanya menginput data proyek ini". Sira menjelaskan bahwa dimas sudah salah, dengan nada yang sopan.

"benar pak, dan itu biasa di lakukan laki-laki pak" jelas karyawannya bernama haris.

"ini keputusan saya, dan saya ingin ada tantangan untuk proyek ini, dan saya yakin seorang Sira Maisyah mampu melakukannya" jelas dimas menatap sira emosional,

"baik pak, itu bukan hal yang sulit" Sira menerima keputusan dimas, dimas pun tersenyum penuh kemenangan.

"ok meeting hari ini selesai selamat bekerja semua, silahkan" dimas mengangkat tangan kanannya untuk mempersilahkan mereka keluar. Sira masih duduk terdiam, saat dimas mau keluar dimas berhenti di dekat sira mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya

"semoga menyenangkan" ucap dimas kemudian pergi keluar. Sira langsung berdiri dan menarik nafas.

Sira sampai di rumah jam 6 sore, dan dia belum mendapati dimas di rumah, seharusnya dimas sudah sampai terlebih dahulu tapi Sira tidak begitu mempedulikan itu Dimas kan tidak menganggap dirinya. Sira memasak makan untuk nya setelah selesai mandi, selesai makan Sira keluar duduk di taman depan menikmati sejuknya udara malam hari.

Sira merasa sepi dia pun menelpon sahabatnya saat kuliah.

"wah,, sekarang udah sibuk aja nih, gak mau datang ke rumah" suara sahabat Sira langsung mengomelinya tanpa salam.

"Assalamualikum" jawab sira mengingatkan sahabatnya.

"wa alikumsalam" tertawa, " hemm kemarin kamu nikah gak ngundang aku, kamu keterlaluan" ocehan sahabatnya sebel

"iya namanya juga mepet"

"bagaimana sih, nikah kok mepet-mepet"

"iya kita lewat ta'aruf, kita juga sama-sama kerja jadi waktunya gak banyak" jelas sira.

"wahh.. sweet nya, pasti suamimu baik"

"iya sebaik suami mu" jawab sira.

dimas pulang dan memasukkan mobilnya ke bagasi, keluar dari mobil dimas melihat sira sedang telponan,

"itu suamimu baru pulang ya" sahabat Sira mendengar suara mobil masuk ke rumah.

"iya" Sira melihat dimas, dimas langsung masuk ke rumah.

"hemm bagaimana bulan depan kita reuninan" saran sahabat sira.

"kalau ada waktu kita datang"

"harus datang dong, udah dulu ya, Suami mu baru pulang harus di layani dengan bagus, dia mungkin lelah jadi kamu pijitin kepalnya, menikmati malam bersama" rayu sahabat Sira.

sira tidak menjawab gurauan sahabatnya itu, sahabatnya langsung memberi salam dan menutup teleponnya. Sira menjawab salam sahabatnya pelan dan meras sedih akan dirinya. Sira masuk ke rumah tidak melihat dimas "mungkin sudah tidur" gumam sira, Sira mematikan sebagai lampu di ruang tamu. Sira yang tiba-tiba muncul dari balik tembok menuju tangga membuat dimas kaget saat dimas menuruni tangga.

"kamu mau buat saya jantungan"

"saya juga kaget pak" jawab sira dengan wajah ketakutannya.

"untuk apa mematikan lampu jam segini" dimas menatap sira

"saya kira bapak sudah tidur" Sira terus naik, Sira merasa risih dilihat sepeti itu. Dimas membalikkan badannya melihat Sira naik ke atas.

"hehh wanita aneh, di rumah juga memakai jilbab" cengir dimas.

Sira merasa jantungnya berdetak kencang, mengingat dimas menatapnya.