Permulaan

Aku menatap khawatir terhadap mereka semua karena itu membuat aku semakin gugup di tambah dengan Angga yang sudah terluka dengan mengeluarkan darah segar dan itu mungkin saja dapat membuat yang lain datang ke sini karena ada darah yang mmenetes di lantai, "Udah kalian pergi aja dari sini,gua yang akan mneolong Chandra jadi kalia pergi sekarang," aku berucap dengan menatap ke arah pintu dan bergantian ke arah Aldo yang sedang berjalan ke arahku dan aku semakin gesit untuk melawan Aldo.

"Cepat kalian pergi dari sini, sebelum anak buahnya mulai mencium bau darah kalian," aku sedikit berteriak dan dengan menatap khawatir ke arah yang lainnya "Gua baik-baik saja kalian pergi saja dan tinggalkan gua dengan secepatnya!" merela saling menatap satu sama yang lain dan aku juga merasakan mereka khawatir terhadapku dan aku hanya bisa tersenyum dengan sendu lalu mereka pergi dengan tergesa-gesa tanpa menoleh ke arahku.

"Tinggal ku seorang saja yanga kan aku bunuh," ujarnya dengan sinis lalu aku aku menarik nafas denga pelan dan merampalkan doa lalu tanganku aku kerahkan ke arah rambut dan beberapa saat kemudian keluarlah belati dan aku sedikit heran mengapa sangat berbeda dari sebelumnya, "Ayo selesaikan di malam ini hiya…." Suara perkelahaian sangat nyaring dan tak terelakkan aku   terus melawan Aldo dan di tengah itu semua aku menatap ke arah pintu yang terbuka dengan kencang.

brukk

"Cepat habisi dia pengawal sebelum yang lolos!" aku berusaha untuk tetap tenang dan aku berusaha  untuk melawan mereka satu persatu sedangkan Aldo sedang mengangkat tangannya ke atas dan suara Guntur saling berbisikan seolah-olah sedang merasakan kesakitan.

Dari salah satu mereka menyerang tengkukku dan itu membuat aku merasa pusing seketika dan menatap mereka dengan tatapan buram.

'Ayo jangan pecah konsentrasi mu, jangan sampai ia berhasil berubahnya.' bisik entah darimana suaranya dan aku menggelengkan kepala dengan cepat dan aku menatap ke arah mereka satu persatu dan mereka malahan sedang mengejekku dengan tatapan me cemooh.

"Kalian tidak akan bisa mengalahkan begitu saja rasakan ini... crash." aku berlari lalu mengarahkan belati dan meneusuk pinggang mereka secara bersamaan dan aku menggunakan jurus ajian yang di sempat Aki ajarkan kepadaku.

Mereka langsung menjambak rambut mereka sendiri, rambut yang awalnya lebat kini sehelai demi sehelai mulai berjatuhan dan rambut mereka semua menjadi satu dan tiba-tiba aku merasa kaget karena dari rambut yang awalnya berjatuhan akhirnya menjadi monster yang sangat seram sedangkan badannya sudah hancur lebur seperti sedang terkena lêlahan api dan menjadi abu.

Aaaaaaaaa... krekkk

Suara moster itu terdengar sangat membuat aku ingin memukulnya karena suaranya sangat nyaring dan itu membuat aku menutup gendang telinga yang terasa pengeng di telingaku.

"Kau Manusia iblis." ujarnya dengan menyerangku dan aku langsung menghindarinya dan itu membuat monster itu tambah emosi dengan adanya tangan dan kaki yang entah muncul darimana.

Aku maju dengan membawa belati dan menaikinya dan itu membuat tangannya berbelit-belit dan dengan cara itu aku akana menusuk bagian kepalanya akan tetapi ia tidak mati hanya mengerang dengan kesakitan dan itu membuat aku hampir terjatuh dari atas kepalanya.

aaaaaaa... dug....

Aku terjatuh dan terpental dan itu membuat aku merasakan sakit dengan keadaan yang luar biasa.

"Dam it, kau akan akan mati di tanganku." ujarku dengan yakin lalu aku berlari dengan menenteng belati dan melakukan lompat jauh lalu ak melemparkan belati dan mengenai bagian tengah.

Akhhh...akhhhh

Erangan darinya membuat aku tersenyum dengan puas dan aku mendarat dengan baik dan rambut yang awal mulanya menjadi satu kini mulai rontok dan dan menjadi api dan itu sangat panas.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Aldo yang tengah melakukan ritual dan itu bulan yang semulanya berwarna merah kini tinggal 1/3 dan itu membuat aku menyerangnya.

"Dasar manusia sialan!" ujarnya dengan wajah merahnya dan mengepalkan tangannya.

"Kau tidak berhak untuk hidup di alam ini." ujarku dengan menyerangnya dengan tiba-tiba, ia juga menatapku dengan tatapan marah lalu kami saling menyerang.

AKHHHH...CRASH... DUG....

Aku memukulnya dan menusuk tepat di jantungnya lalu aku tendang ke arah tembok hingga ia mengeluarkan bau darah yang sangat busuk.

Aku menutup mulut saat bau yang sangat busuk menguar, begitu saja dan aku menahan nafas beberapa detik. Aku lihat ia mulai berdiri dengan bantuan tombaknya dengan langkah gesit aku menusuk kembali bagian jantungnya dan ia terjatuh kembali dan mengeluarkan darah lebih banyak dari sebelumnya.

Aku menekan dadanya dan aku juga menatap tajam ke arahnya, ia malahan terbatuk dengan mengeluarkan darah yang lebih bau dari sebelumnya.

"Katakan siapa yang menyuruhmu?" tanyaku dengan menekan dada dnegan keras lalu ia malah terdiam dengan menatap tajam ke arahku.

"Kau tidak akan bisa melawannya!" ujarnya dengan terkekeh dengan sendirinya dan aku langsung menekan bujung belati ke arah lehernya dan ia malahan terkekeh dengan kecil.

"Kau akan mati di tangannya." aku malah tertawa dengan terbahak-bahak.

"Mengapa aku tidak bisa mengalahkan, jika mengalahkanmu begitu mudah bagiku?" aku tertawa dengan sinis lalu menginjakkan dada nya dengan kuat. Ia mengerang dengan kesakitan dan itu membuat aku semakin yakin untuk membunuhnya.

"Kau akan mati di tanganku malam ini, rasakan ini." ujarku dengan menusuk lehernya dan Jleb.

ia mengerang dengan kesakitan dan aku juga langsung menariknya dengan paksa. Aku lihat dia seperti cacing sedang kepanasan dan itu membuat aku semakin cepat untuk menusuk jantungnya terlebih dahulu.

"Rasakan ini hiya... Jleb." aku menusuk hingga menembus dari bagian tubuh dan menempel ke tanah.

Matanya langsung berubah menjadi berwarna merah menyala dan me atap nyalang ke arahku. Aku mundur dengan perlahan-lahan saat ia mulai bangkit ke arahku dan menyeringai, lalu ia bertepuk tangan dan itu membuat aku susah payah menelan ludah.

"Kau sudah mengetahuinya rupanya heum?" tanyanya dengan maju perlahan-lahan ke arahku.

"Sudah aku katakan aku tidak takut dengan siapapun dan saatnya aku akan membunuhmu dengan cara sama seperti engkau membunuh yang lainnya, hiyaaa..." aku langsung melawannya hanya mengandalkan belati dan itu membuat aku kesusahan karena ia bukan menggunakan tombak akan tetapi ia menggunakan pedang itu membuat aku sedikit terluka olehnya.

Dug... crash... akhhh.

Aku tersungkur ke tanah saat ia menendang kakiku dan aku mengerang dengan kesakitan. Aku tidak bisa melakukan apapun kecuali pertolongannya yang entah datang darimana.

"Kau sangat bodoh!" ejek ya dengan tersenyum sinis lalu aku menendang tangan nya dan di kesempatan itu aku gunakan untuk berdiri dengan kaki yang kesakitan.

"Ayo kita akhiri semu ini dengan cara aku membunuhmu.I want to kill you." ujarku dengan menutup mata dan aku merapalkan doa yang sunan Kalijaga selalu gunakan di saat keadaan terdesak. Di saat aku membuka mata aku melihat sosok lelaki yang sedang tersenyum ke arahku dan saat itu juga aku merasakan sesuatu yang sedang mengambil alih ragaku. Aku tetap diam dan itu membuat aku semakin susah untuk mengontrol tubuhku dengan sendirinya.

Aku membuka mata perlahan-lahan dan aku merasakan sesuatu yang lain sedang merasuki ku dengan cepat. Urat nadiku seakan-akan tertarik dengan begitu kuat, kakiku bahkan tidak merasakan apapun dan itu membuat aku semakin yakin jika ada jiwa yang mengambil alih.

avataravatar
Next chapter