webnovel

Perjanjian

"Kami menawarkan perjanjian yang sangat menguntungkan bagimu dan bagi kami juga!" ujarnya dengan perempuan berwajah manis dan berlesung pipi di kanan dan di kiri. Terlihat ia sangat berwibawa berbeda dari dua orang sebelumnya.

"Perjanjian apa itu?" tanyaku dengan penasaran.

"Besok sore temui kami di air terjun tersebut dan bawalah seekor angsa putih!" ujarnya dan mereka langsung menghilang dalam beberapa detik dan aku mencari kemanapun tidak menemukan mereka. Seketika aku terbangun dari tidurku hah itu hanya mimpi atau nyata? Batinku berucap dengan lirih.

Ku perhatikan aku memang tadi tengah bersandar ke pohon dan ini malah ketiduran di sini. Apa maksud teka-teki ini?. Segera ku enyahkan dan berlari untuk bertemu dengan Aki.

Aku berteriak kencang ketika aku hendak masuk ke dalam hutan dan langsung menatap ke arahnya, "Aki mau kemana, ini sudah mau malam?" tanyaku dengan mengatur pernafasan dan menyeka air keringat yang menetes di dahulu.

"Aki ada urusan sebentar. Bagaimana sudah kamu bersihakn daging nya?" tanya Ia dengan berwajah datar.

"Sebelum Gisel menjawab pertanyaan dari Aki, Gisel bertanya terlebih dahulu kepada Aki," ujarku dan menarik nafas dengan pelan dan Aki mengangkat alisnya.

"Aki Gisel mandi di air terjun Managel!" ujarku dan seketika botol yang Aki pegang terjatuh di ke tanah.

"Apa maksudmu?" tanya ia dengan tidak percaya atas ucapanku.

"Kemarin Gisel mandi di air terjun dan barusan Gisel di buat perjanjian!" ujarku dengan menundukkan kepala. Sumpah demi apapun aku merasa sangat takut sekali menghadapi aura yang di keluarkan oleh Aki. Terasa sangat kental dengan auranya.

"Kau temui mereka!" ujarnya dengan melanjutkan langakah kaki dan meninggalkan diriku. Apakah aku tidak salah mendengar

"Aki tunggu apakah Aki tidak marah?" tanyaku dengan ragu-ragu.

"Apa yang perlu di marahi, itu sudah menjadi konsekuensi mu!" ujarny lalu benar-benar pergi meninggalkan aku seorang diri.

Sore nya aku sudah meminta izin terhadap Aki untuk memenuhi perjanjian akan tetapi aku merasa seperti sedang di awasi oleh seseorang, aku tidak tahu tapi setiap aku menoleh ke belakang selalu tidak ada orang, aku hanya mengedikan bahu dengan acuh.

Aku sedang duduk di tepi air terjun, sore yang indah dan neraka tak kunjung datang juga aku menghela nafas dengan kasar. Terdengar suara burung berkicau dan cahaya dari langit ku sipitkan bola mata apakah itu bidadari atau bagaimana. Aku melototkan mata dengan percaya mereka nyata dan terbang dan memiliki sayap yang lebar.

"Apakah kalian yang kemarin?" Tanyaku dengan gugup. Ayolah siapa yang tidak akan gugup jika di hadapkan situasi seperti ini dia bersalah akan tetapi ia harus menyerahkan mengikuti beberapa perjanjian yang entah bagaiamana isi nya di tambah ia pikir bidadari itu hanya cerita saja atau sebatas cerita penghantar tidur.

"Kau sudah siap dengan perjanjian?" tanya sosok pertama dengan bulu mata paling panjang di antara yang lain, aku mengangguk kepala dan tersenyum satu sama lain.

"Perjanjian nya cuman ada satu dan jika kau melanggarnya kau akan merasakan yang sangat panas dan itu bisa membunuhmu dengan perlahan-lahan." Ujarnya dengan memberikan sebuah buah yang sangat segar. Aku bahkan sampai meneguk ludah dengan enak. Terlihat segar sekali buah apa ini dan aku baru saja melihat buah sesegar ini.

"Buah apa ini?" tanyaku dengan membolak-balik buah tersebut.

"Kau tak perlu tahu buah apa ini akan tetapi kau tidak boleh memakan." ujarnya aku sungguh menatap heran aku tidak pernah melihat buah ini sekilas seperti buah mengkudu akan tetapi ini entahlah aku pun tidak mengetahuinya.

"Jika aku memakan apakah aku akan mati?" tanyaku dengan menatap satu persatu ke arah mereka.

"Kau akan tetapi Roh mu akan bersatu dengan suku Biada!" ujarnya, ko korek perlahan telinga yang ku pasang suku apa tadi.

"Suku Biada?, Bukankah itu suku yang di takuti, lantas apa hubungannya denganku?" tanyaku dengan heran. Aku juga tidak bisa menjawab teka-teki ini terlalu sulit dan terlalu memusingkan pertanyaan dan pernyataan ini.

"Perhatikan buah ini dengan baik-baik karena kau akan menemukan beberapa buah yang hampir dengannya!" ia berkata dengan lemah lembut dan berwajah tersenyum manis kecuali dengan seseorang yang berwajah ketus ia menatap nyalang ke arahku

"Ya sudah cepat segera kau pergi ke duniamu, di sana kau akan bertemu dengan seseorang!" ujarnya dan menghilang dalam beberapa detik. Ketika aku hendak bertanya lebih lagi mereka sudah tidak ada akan tetapi salah satu dari mereka meninggalkan selembar kain mereka yang berwarna biru. Bukankah itu milik seorang berlesung pipi pikirku. Segera ku ambil kain tersebut dan ku ikatkan pada pinggang ramping ku.

Aku pulang dengan raut wajah yang lelah karena sehabis latihan aku langsung ke pergi ke sini dengan berjalan kaki di tambah aku belum makan hanya makan beberapa buah saja karena itu aku tidak kenyang.

Di tengah perjalanan aku di cegat oleh sosok wanita bercadar ah bukan ia memakai cadar akan tetapi wajahnya di tutupi oleh kain dan hampir mirip dengan cadar.

"Siapa kau?' tanyaku dengan menatap nyalang ke arahnya.

"Kau tidak perlu tahu siapa aku akan tetapi kau harus mati!" ujarnya dengan menyerangku dengan tiba-tiba. Aku juga tidak akan berdiam saja ketika ia menyerangku.

"Akh... Ukh." aku memegang dada yang terasa sakit dan sedikit mengeluarkan darah segar dari mulutku.

"Kau terlalu lemah untukku yang kuat hihihihihi!" ia tertawa dengan nyaring dan suara lolongan srigala terdengar. Bukankah ini masih sore lantas bagaimana bisa ada srigala di sore hari.

"Kau tak mengingatnya?" tanya ia dengan tersenyum miring terhadapku yang tanah menyangga tubuhku.

"Siapa kau?" tanyaku dengan menatap tajam ke arahnya.

"Au...m..." oh sialan jangan bilang itu penguasa srigala yang waktu itu di tengah malam yang pernah mengawasi diriku.

"Apa tujuanmu menyerangku?" tanyaku tanpa basa-basi dan ia terkekeh dengan pelan.

"Tujuanku adalah membunuhmu detik ini juga!" ia menyerangku dan aku hampir tertusuk dengan belati jika saja aku tidak menghindarinya.

"Rasakan ini dug..dug....dug...sret....dug." aku menyerang terus tanpa berhenti dan ia terlihat kewalahan menghadapi serangan dariku.

"Kau sudah mempunyai kemampuan menetralisasi kan pernafasan akan tetapi kau lemah dalam urusan lari bukan?" sialan dia sudah tahu titik kelemahan diriku.

"Oh tentu saja tidak rasakan kembali ini. Hiya.. dug....srekkk." ujarku dan menendang tulang kering dan ia tersungkur ke tanah dan aku menekan dada nya dan ia terlihat meringis menahan sakit.

"Sudah ku katakan sebelumnya aku memang lemah akan tetapi aku tidak lemah jika seseorang menindas ku dengan sengaja!" ku tendang ia sampai ke pohon yang tak jauh dariku dan ia tiba-tiba menghilang dari jangkauan ku aku hanya mendengus kasar.

Next chapter