2 Pergi

Setelah mendapatkan izinin dari sang papa Gisel bersama 4 kawan nya pergi ke gunung Maruyung.

"Sebenarnya gua agak ragu kalau kita mendaki ke gunung ini." tutur Tasya sambil berjalan di tengah-tengah.

"Kenapa Lo ikut kalau Lo ragu?" tanya Regar.

"Ya kan gua juga pengin merasakan gimana naik ke gunung dengan sejuta mistisnya nya, semoga nanti gua pulang dengan utuh." doa Tasya dengan tersenyum sendiri.

"Udah ini sebentar lagi kita masuk ke dalam, lebih baik kita jangan sampai lengah dan jangan terlalu tegang ya, anggap saja kita seperti mendaki gunung yang lain oke." ucap Deny sang ketua pendaki .

"Siap pak bos. Laksanakan." Ucap Alfi sambil ngupil.

"Astaga Lo itu bisa engga sih, ngupil liat tempat juga, masa kek gini aja masih sempet Lo ngupil. Jorok banget jadi cowok." ujar Tasya dengan wajah yang di buat -buat dengan jijik.

"Iri bilang bos. Terserah gua lah, mau ngupil dimana aja juga bebas." ucap Alfi dengan nada songong nya.

"Semoga jodoh gua nanti engga sejorok Lo Fi." ucap Tasya dengan tersenyum masam.

"Sialan Lo Tas." gerutu Alfi dengan memonyongkan bibirnya

"Hehehehe sorry bang gini-gini juga pengin punya suami yang tahu tata Krama engga sembrono kek lo gitu." dengan alis yang di naik turunkan oleh Tasya tentu saja itu membuat para teman -teman tertawa terbahak-bahak melihat penderitaan Alfi.

"Ya udah diam dulu jaga stamina kita jaga stamina buat kita mendaki ke puncak, perkiraan gua si masih lama sudah jauh sampai ke puncak. Kalau mau istirahat mending nanti atau sekarang di tambah ini mau hujan lagi." ucap Deny sambil memandang sekitar nya yang kabut mulai menutupi kabut hitam dengan pandangan sedikit buram, langit yang cerah telah berganti warna menjadi hitam, angin terasa sampai membuat bulu tangan bahkan kaki berdiri dengan sendirinya, dan Sura burung yang saling bersahutan seolah-olah menyampaikan bahwa akan akan tiba guyuran hujan yang siap membasahi tanah yang mereka tempati.

"Masa baru masuk udah mau istirahat, kita baru beberapa meter dari pintu masuk tau gak ini?" tanya Regar yang sedari tadi diam dan kini ia bersuara.

"Iyah juga si kita baru masuk ke sini tapi liat nih kaya mau hujan, perasan kita tadi sebelum kita sudah liat cuaca dan perkiraan hujan, ko bisa pas masuk mendung ya?" tanya Alfi sambil memandang langit yang mulai terlihat kabut awan hitam .

"Ya udah kita bikin tenda beberapa meter lagi dari sini, engga enak kalau kita bikin disini masa di tengah jalan?" dengan langkah ketua yang bijaksana Deny dengan langkah percaya diri melangkah kaki dan meninggalkan mereka sedangkan mereka hanya mendengus dengan kesal.

dasar ketua sekali ngomong suka engga pake perasaan. Batin mereka serentak

"Woy tungguin Deny, ayo eh malah bengong!" Gisel berteriak memanggil Deny dan ketika Gisel hendak berjalan teman-teman malah diam, "Kalian malah diam ayo jalan Tas, Fi, Re ayo jalan." panggil Gisel kepada temannya dan seketika langsung tersadar berjalan beriringan menyusul Deny.

"Noh calon Istri idaman." ucap Alfi sambil menunjuk ke arah Gisel.

"Dasar buaya darat, liat yang bening mata langsung putih tuh mata matanya." tutur Tasya dengan nada sebal dengan melipat tangan di dadanya.

"Heheheheheh becanda sayang, aku setia sama kamu doang ko." ringgis Alfi dengan terkekeh pelan

"Awas ada buaya yang lagi mangkal Tas." sambar Gisel melihat ke arah belakang.

"Hidih siapa juga yang mau sama Lo ya!" ketus Tasya sambil merenggut dengan nada sebal.

"Ingin ku teriak... ingin ku menangis tapi air mata sudah tiada lagi, Neng Tasya tidak peka ya wkwkwkwk." ujar Gisel dan semua orang tertawa hanya Tasya yang tidak tertawa karena ia di ejek oleh temannya.

"Dasar punya teman kagak ada bener kek gini, kagak punya akhlak." gerutu Regar sambil mengusap dada dengan pelan.

Di tengah perjalanan kami mendengar suara yang aneh, seperti ada yang tertawa bahkan menjerit seperti ketakutan.

"Santai aja itu angin yang bergesekan dengan daun, maka nya berbunyi." ucap Deny sambil menengakan para anggotanya.

"Dengerin tuh apa kata pak ketua, santai aja engga usah tegang ya kek ketemu mertua aja." gurau Alfi sambil bercanda meskipun dalam hati Alfi juga takut.

"Lo itu jadi manusia engga ada serius-serius nya jadi orang heran gua sama lo." ujar Gisel sambil menggelengkan kepala

"Apa yang mau di seriusan, acara nikahan masih lama juga ko !" ucap Alfi sambil memukul dada nya sendiri dengan bangga.

"Awas aja nanti setelah lulus wisuda Lo nanti di jodohkan sama orang tua Lo, gua orang pertama yang akan tertawa sepuasnya nya." ucap Gisel sambil tertawa pelan .

"Kalau Lo kalah harus traktir gua makan selama sebulan ya." ucap Alfi sambil menantang Gisel.

"Fine kalau gua menang Lo harus traktir gua makan juga." tantang balik Gisel sambil menjabat tangan Alfi sedangkan yang lain hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sungguh seperti anak kecil hanya mereka berdua.

"Deal." ucap kami berbarengan.

"Manusia kagak ada akhlak, taruhan kek gitu." ujar Deny dengan suara yang sedikit pelan akan tetapi di dengar oleh Alfi

"Biarin yang penting kita bahagia ya engga Gisel?" ucap Alfi dengan menaikan turun alis nya dan di balas dengan anggukan kepala Gisel.

skip

Hujan turun dan menguyur tenda kami dan tak lupa angin yang besar membuat tenda bergoyang-goyang.

Gisel POV

"Sel ini perasan gua aja atau gimana ya, ko perasaan gua pas ke sini engga bisa tenang aja ya?" tanya Tasya sambil memegang dada nya sendiri .

"Bukan nya kalau Lo naik gunung suka was -was ya?" tanya Gisel .

"Sialan Lo, jujur amat jadi orang. Tapi ini mah beda masa dari pas masuk ke gerbang udah deg-deg dan sampai saat ini belum berhenti juga detak jantung gua nya?" tanya Tasya .

"Kalau detak jantung Lo berhenti lo, engga bisa hidup kali. Udah mati wkwkwkwkwk." lirih Gisel sambil tertawa terbahak-bahak

"Tau ah pokoknya aku ngambek sama kamu." dengan nada di buat seperti anak kecil Gisel hanya tertawa dengan pelan.

"Kalau mau Tiktok nanti di rumah masa di gunung Tiktok, susah sinyal Ibu Tasya." ujar Gisel dengan meledek Tasya.

"Kalau bukan anak Tiktok engga bakalan ngerti." gerutu Tasya sambil mengerucutkan bibirnya dan di balas dengan gelakkan tawa dari Gisel.

"Mana ngerti gua kan engga main Tiktok?" tanya Gisel

"Hehehehehe gua kan lupa, Lo itu anak papa banget segala nurut wkwkwkwk." ucap Tasya.

"Engga usah buka aib juga kali Tas." delik Gisel sambil membaringkan badannya .

"Hehehehe becanda atuh. Ya udah tidur dulu lah cape dari tadi ngoceh." ucap Tasya dengan membaringkan badan di sebelah Gisel.

"Siapa suruh berkicau dari tadi." ujar Gisel dengan memejamkan mata.

"hust...,udah diam aja. Tidur lagi pula ini hujan engga bakalan bisa di ganggu sama kebo yang lain juga." ejek Tasya dan di balas dengan anggukan kepala karena rasa ngantuk sudah menyerang Gisel .

Sedangkan di lain tempat Chandra, Angga dan Aldo sedang mendirikan tenda.

"Bos ini beneran kita bikin tenda di sini ya?, ko pada sepi ya, katanya ini banyak mendaki ko engga rame engga seperti yang waktu lalu mendaki ke gunung Prau?" tanya Angga dengan melihat sekitarnya.

"Mana gua tau, ya jelas ini sepi nih liat bentar lagi hujan." sahut Aldo .

"Masa sih tapi dari tadi gue perhatiin engga ada yang lewat juga bahkan engga dengar suara orang hanya ada suara burung aja." ujar Angga dengan mengaruk tengkuknya.

"Udah deh jadi laki jangan banyak ngeluh, Cepet ini bentar lagi mau hujan." dengan nada Chandra sambil menyeka keringat yang menetes di sekitar dahi nya .

"Siap bos laksanakan." ucap Angga setelah itu hanya di isi dengan keheningan terjadi begitu saja, Chandra yang sibuk membuat tenda, Aldo yang sibuk menata barang yang harus di luar sedangkan Angga sibuk dengan kaca nya .

" Lo itu niat engga sih mendaki dari tadi diam mulu." decak Aldo dengan melirik ke arah Angga yang sedang bersolek ria.

" Sayang skincare gua mahal-mahal, nanti dulu berhenti sebentar bos." teriak Angga dengan melihat hidungnya yang ada komedonya.

"Gua engga budeg jadi engga usah teriak-teriak kek toa." ujar Chandra dengan memutar bola mata dengan malas dan di balas dengan kekehan kecil dari Angga.

"Heran jadi cowok, masih sempet mikirin skincare." ucap Aldo sambil menggeleng kan kepala nya .

"Temen Lo tuh kek cewe aja sekalian ganti gender aja." dengan nada datar Chandra berucap.

"Haduh kuping gua panas, siapa yang ngomongin gua ya, terima kasih sudah membantu mengurangi dosa hamba ya Allah." ucap Angga sambil menggadahkan tangan nya .

"Terserah Lo aja, ayo masuk udah hujan turun Lo mau disitu aja haha." ucap Aldo.

"Tunggu gua masuk juga kali, masa disini sendirian di tengah gunung, jahat sekali kau mas." King drama Angga sudah muncul dan tangannya melambaikan kepada Aldo.

"Gua masih normal ya!, dan satu lagi buang waktu plus tenaga ngomong sama Lo ya!" teriak Aldo dan di balas dengan kekehan dari Chandra ataupun Angga.

avataravatar
Next chapter