1 Bab 1

Pagi yang cerah di tahun 2020 yang penuh dengan kejadian kelam. Tahun ini begitu menyebalkan, banyak kejadian yang menguras mental dan emosi, baik itu kejadian secara personal ataupun yang melanda banyak orang. Contohnya saja, pandemi ini yang memaksa setiap orang untuk diam di rumah, juga memaksa perusahaan untuk memutuskan kontrak karyawan mereka demi menghemat pengeluaran. Namun pagi ini cahaya matahari seolah menghilangkan semua duka yang terjadi di 2020.

Melihat bagaimana matahari pagi tersenyum begitu indah, ditemani secangkir kopi yang kubuat untuk menyegarkan mataku, membuat pagi ini terasa begitu nikmat dan nyaman, jika saja aku tak diganggu pada kenyataan bahwa diriku tengah menganggur dan sangat membutuhkan pekerjaan. Aku sudah banyak mengirim surat lamaran kerja melalui email atapun cara tradisional yaitu melalui kantor pos, surat lamaran pekerjaan yang terakhir kukirim melalui email adalah surat lamaran untuk perusahaan yang ikut serta dalam sebuah Job Fair Online.

Sudah dua hari sejak aku mengirim surat tersebut kepada perusahaan yang kulihat ada di Job Fair Online tersebut, dan aku tetap masih sibuk mencari iklan lowongan pekerjaan lain yang sesuai dengan kualifikasi diriku. Namun sayangnya, karena kualifikasi diriku yang tergolong rendah, sehingga cukup sulit untuk menemukan pekerjaan yang pas.

Aku bukanlah seorang anak muda yang belum punya pengalaman kerja, sebelumnya aku telah bekerja di suatu perusahaan ternama, namun akibat adanya pandemi ini, aku menjadi salah satu korban pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh perusahaan demi menghemat anggaran pengeluaran, dan kini aku terjebak pada siklus pengangguran yang membosankan.

Aku menyalakan laptopku berharap akan adanya email balasan dari salah satu perusahaan yang aku lamar untuk bekerja di tempat mereka. Harapan besarku ada di perusahaan yang aku lihat melalui Job Fair yang menurut banyak orang, kemungkinan diterima melalui Job Fair lebih besar dibandingkan melalui cara biasa. Namun, sayangnya belum ada email tersebut. Aku meninggalkan laptopku dalam keadaan menyala, dan baru saja akan melangkah ke dapur untuk membuat sarapan ketika tanpa disangka laptopku tiba-tiba berbunyi, nada suara yang memberi tahu bahwa ada email masuk. Aku langsung bergegas kembali ke laptopku, dan melihat email masuk tersebut yang ternyata isinya adalah undangan interview kerja.

Aku melompat kegirangan, akhirnya hari ini menjadi hari yang benar-benar cerah untukku, aku segera menyiapkan semua yang diperlukan untuk interview kerja yang akan dilaksanakan esok hari, hari yang luar biasa menakjubkan untukku, aku segera menghubungi kedua orang tuaku dan meminta doa restu mereka agar besok aku diberi kelancaran.

Esoknya, aku sudah siap dengan segala dokumen yang dibutuhkan, mengenakan kemeja putih rapih, celana bahan panjang berwarna hitam dan juga tentu saja pomade rambut agar tampil lebih rapih. Aku berangkat dengan motor pribadiku, jarak yang kutempuh cukup jauh dan melelahkan, tapi aku yakin akan terbayar dengan berita baik.

Sesampainya aku di lokasi, tampaklah gedung besar yang berlapiskan kaca di setiap sisinya, juga para security yang berjaga di dalamnya yang siap sedia dengan alat mereka. Tampaknya pengecekan di bangunan ini cukup ketat, thermal gun dan juga alat pendeteksi metal, lalu ada juga kamera yang bisa memperlihatkan suhu tubuh, wah sungguh bukan main penjagaan di gedung ini. Aku langsung diarahkan ke resepsionis, dan berkata aku menerima undangan interview kerja dari suatu perusahaan di gedung ini. Resepsionis itu sedikit melihatku dengan tatapan aneh, aku tak mengerti kenapa dia begitu. Aku berusaha tidak menghiraukan tatapannya yang tadi dan fokus untuk interview kerja yang akan aku jalani.

Lantai tempat aku akan melakukan interview, ternyata cukup tinggi, perusahaan itu berada di lantai empat puluh tujuh, sekilas terpikirkan olehku bagaimana kalau tiba-tiba terjadi bencana dan aku terjebak di lantai setinggi itu? Mungkin sebaiknya aku tidak memikirkan hal macam-macam dulu. Aku langsung masuk ke dalam lift yang sudah kutekan tombolnya sedari tadi saat aku melamun membayangkan hal tidak menyenangkan.

Lift ini cukup bagus dengan alasnya diberi semacam wallpaper bermotif kayu, pintu yang terbuat dari kaca, tombol-tombol lift yang terlihat sering dibersihkan, serta bagian sampingnya yang dihiasi besi untuk pegangan, sebelah kanan dinding terbuat dari cermin dan bisa memantulkan bayangan, sebelah kiri sama seperti lantainya diberi wallpaper kayu, pemilihan dekorasi lift seperti ini benar-benar membantu memberikan suasana tenang dan damai.

Segera setelah aku mencapai lantai empat puluh tujuh, pintu lift terbuka dan menampilkan lorong berbentuk L dengan deretan 3 buah lift berada di bagian yang panjang. Aku melangkah mengikuti lorong itu, dan terlihat lah ada jalan yang kembali dibagi menjadi 4 arah, arahku, arah sebelah kanan yang aku yakin tempat toilet berada, arah lurus dengan meja resepsionis dengan pegawai perempuan yang cantik sudah menanti dengans senyum yang mereka pamerkan, dan di sebelah kiri yang aku rasa hanya ruang tunggu.

Aku menghampiri pegawai perempuan yang bertugas sebagai resepsionis, dan menunjukkan email untuk interview kerja. Mereka langsung menyuruhku untuk menunggu di ruang sebelah kiri tadi. Ruang ini berbentuk persegi, dengan sofa dan bangku besi di dalamnya, dan juga ada sebuah meja yang aku tidak tahu untuk apa. Kandidat lain pun juga sedang menunggu disana. Berada di ruang tunggu seperti itu dengan banyaknya kandidat membuat keadaan cukup sesak, sehingga aku memutuskan untuk menunggu di luar ruangan.

Dibalik ruang tunggu tersebut, ternyata ada jalan masuk lagi menuju beberapa ruangan, jalan itu kecil dan juga berbentuk L, namun tidak sebesar lorong di depan lift. Kandidat dipanggil satu per satu dan diarahkan menuju ruangan yang ada disana. Aku semakin tegang dan jantungku berdetak tak karuan.

Saat aku menunggu giliran, lewat dua orang karyawan yang sepertinya berteman baik, satu diantara memakai kemeja garis berwarna biru dan satunya dengan kemeja putih bermotif kotak-kotak. Aku sempat mendengar sedikit pembicaraan mereka, atau mungkin aku salah mendengar, karena salah satu dari mereka berkata "Duh, gak mau lagi deh saya lembur, banyak yang ganggu" untuk sesaat perkataan itu menganggu pikiranku, dan semoga saja aku hanya salah mendengar.

Saat aku berusaha sedang menghilangkan ingatan dari pembicaraan dua karyawan tadi, tiba giliranku untuk melakukan interview. Aku dipanggil oleh seorang perempuan usia sekitar 30-an, aku rasa dia asisten HRDnya. Dia mengenakan kemeja garis hitam putih dan rok pendek selutut, tak lupa juga jam tangan dan sepatu hak menghiasi dirinya.

Aku mengikuti orang yang kuyakini sebagai asisten HRD ini menuju sebuah ruang persegi kecil, di dalam ruangan tersebut sudah menanti seorang pria dewasa usia sekitar 35-40 menurutku, dan berbadan gemuk. Mengenakan jas berwarna hitam dan kemeja berwarna biru, dia sudah menunggu dengan senyuman yang ditampilkannya, yang anehnya justru membuatku tidak nyaman. Seperti ada hal aneh yang disembunyikan dari senyumnya tersebut.

Tak butuh waktu lama bagiku untuk interview ini, karena aku sudah mempersiapkan diriku dan aku telah yakin bahwa aku bisa menjawab pertanyaan HRD dengan mudah. Sesuai dugaan, ternyata pertanyaan HRD tersebut hanyalah pertanyaan klasik, dan selesai lah giliranku. HRD tersebut berkata bahwa aku harus menunggu 1-2 hari lagi sebelum nanti diumumkan apakah aku diterima atau tidak.

Selesai aku interview, aku memutuskan tak langsung pulang. Aku ingin mengenali gedung ini dahulu, aku lalu turun ke lantai dasar, dan mulai berkeliling. Aku berhasil menemukan letak kantin, dan bahkan cafe di dalam sini, aku juga melihat adanya tempat makan tradisional di luar gedung yang aku yakin harganya pasti lebih murah dibandingkan kantin dalam gedung.

Tapi, ada satu ruangan yang aneh dan cukup menganggu pikiranku, ruangan tersebut memang tampak biasa saja dari luar, tapi aku merasakan adanya hawa yang aneh dan cukup menyeramkan. Ruangan kosong itu bisa dilihat dari samping gedung, ruangan tersebut sungguh gelap dan seperti tak berpenghuni. Aku memutuskan untuk mendekati ruangan kosong tersebut, dan terlihat sebuah kertas yang ditempelkan di pintu dengan tulisan "Dilarang masuk!" Saat aku sedang kebingungan, seorang security berwajah galak mendekatiku, dan menyuruhku untuk jangan pernah mendekati ruangan tersebut.

Aku mengiyakan dan dengan sedikit tegang aku berjalan melewati security berwajah galak tersebut, aku memutuskan untuk berjalan pulang, aku tak bisa melepaskan ruangan tersebut dari pikiranku, aku yakin ada sesuatu di dalam sana. Sesampainya aku di rumah, aku menceritakan semuanya kepada orang tuaku, termasuk mengenai ruangan tersebut. Ayahku langsung terdengar bersuara dengan nada takut dan mengatakan kalau sebaiknya aku menuruti perkataan security saja.

Aku yang tak mau banyak berfikir akhirnya hanya membiarkan itu berlalu, dan tanpa kusadari, aku tertidur dengan nyenyak. Sialnya aku, saat aku sedang tertidur pulas, aku justru mendapat mimpi buruk, mimpi yang terasa sangat nyata. Di mimpi tersebut, aku berada di satu ruangan yang aneh, gelap dan sangat berdebu, lalu muncul secara tiba-tiba wanita berbaju hitam dengan wajah yang tidak terlihat jelas. Wanita itu lalu berteriak dengan cukup keras sampai memekakkan telinga "PERGI!!" hingga membuatku terkejut dan langsung terbangun seketika. Aku melihat handphoneku dan terlihat sudah pukul jam sembilan malam, sekian lamanya aku tertidur hingga aku melewatkan ibadahku. Aku bangun dengan malas untuk menunaikan ibadah, dan lalu memutuskan untuk kembali lanjut tidur.

Satu hal yang tidak aku ketahui, mimpi buruk tersebut ternyata hanyalah awal mula dari 'mimpi buruk' yang akan segera terjadi di dunia nyata.

avataravatar
Next chapter