17 Matanya Akan Dicukil Jika Melihat Sesuatu yang Seharusnya Tidak Boleh Dilihat

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Setelah selesai berdandan, Yu Yiren membuka pintu kamarnya.

Jinlian yang sudah lama menunggu di luar pintu kemudian berkata dengan ekspresi dingin. "Nyonya, sajikan teh untuk Nyonya Rumah secara teratur."

Yu Yiren mengangguk dan melihat sekeliling. "Di mana Tuan Ketujuh?"

"Jangan menanyakan sesuatu yang seharusnya tidak ditanyakan." Jinlian menjawabnya dengan nada dingin.

Hal itu membuat Yu Yiren marah, namun ia berusaha berkata dengan tersenyum. "Jinlian, Tuan Ketujuh ingin kamu menyerahkan kepengurusan internal Hanyuan kepadaku. Apakah kamu sudah tahu?"

"Sudah." Jinlian menjawabnya dengan nada dingin, lalu mengeluarkan banyak kunci yang terbuat dari emas. Dia menyerahkannya kepada Yu Yiren. "Ini, kuberikan padamu. Ini adalah kunci ruangan yang ada di Hanyuan. Ada juga buku keuangan, kamu harus mencari Xiao Yun, karena dia yang mengurusnya."

Yu Yiren mengambil kunci itu, dia merasa sangat bangga dengan dirinya sendiri, dia merasa benar-benar menjadi Nyonya Hanyuan. Setelah menyajikan teh nanti, dia akan memanggil Xiao Taohong untuk kembali ke sisinya.

Jinlian lalu berkata lagi, "Nyonya Ketujuh, Jinlian ingin mengingatkanmu bahwa meskipun kamu sekarang adalah Kepala pengurus internal di Hanyuan, namun kamu masih harus berhati-hati dengan kata-kata dan perbuatanmu."

Yu Yiren tidak menyukai sikap Jinlian terhadapnya, lalu dia berkata sambil tersenyum. "Kamu hanyalah seorang pelayan, jadi jangan banyak bicara."

Jinlian tidak tahan melihat sikap Yu Yiren, namun ia hanya bisa mengepalkan tangannya dengan erat.

Penyajian teh telah berakhir.

Seorang pria mendekatinya lalu membungkuk. "Nyonya Ketujuh, Tuan Keenam meminta Anda untuk menemuinya."

Jantung Yu Yiren berdegup kencang, ia takut ketika mendengar nama Tuan Keenam.

Ia selalu membayangkan matanya yang sangat tajam, dengan aura haus darah.

Huo Jincheng tinggal di paviliun terbesar di rumah keluarga Huo, Zhuxuan.

(Zhuxuan adalah nama salah satu paviliun di rumah keluarga Huo yang menjadi tempat tinggal Huo Jincheng.)

Sebelum kaki Yu Yiren memasuki halaman Zhuxuan, ia mendengar tangisan dari jauh.

Ketika ia masuk, mata Yu Yiren melebar karena ketakutan. Ia melihat pemandangan yang sangat mengejutkan.

Jin Wan'er sedang dipegangi oleh dua penjaga, matanya dicukil hingga darahnya menetes kemana-mana.

Salah satu dari penjaga itu memegang dan mengeluarkan lidah Jin Wan'er yang pingsan karena telah mengeluarkan banyak darah dari tubuhnya. 

Tiga selir yang tersisa, tampak berlutut di tanah. Tubuh mereka menggigil ketakutan.

Pada saat yang sama, Huo Jincheng sedang meminum secangkir teh. Ia melihatnya dengan ekspresi tak acuh, lalu menjatuhkan cangkir tehnya.

"Apa kalian sudah melihatnya? Mata kalian akan dicukil jika melihat sesuatu yang seharusnya tidak dilihat. Jika kalian mendengar sesuatu yang seharusnya tidak didengar, maka lidah kalian akan ditarik keluar! Jangan sampai kalian memiliki rasa penasaran yang besar. Diam akan membuat diri kalian semua tetap aman!"

Huo Jincheng memperingatkan dengan nada dingin.

Ketiga selirnya segera bersujud.

"Tuan Keenam, kami mengerti dan sama sekali tidak penasaran." Tubuh ketiga selir itu gemetar, dan dan wajah mereka tampak pucat karena ketakutan.

Yu Yiren pernah melihat pemandangan seperti itu empat tahun lalu, tetapi peristiwa hari ini terlihat lebih kejam daripada yang dulu.

Ia memandang Huo Jincheng dari bawah sinar matahari, pria itu terlihat sangat tampan namun sikapnya sangat kejam. 

Hal itu membuat ujung-ujung jari Yu Yiren sedikit menegang.

Mata Huo Jincheng menatap Yu Yiren lalu berkata dengan nada pelan. "Adik ipar, kamu sudah datang rupanya."

Yu Yiren tersadar dari lamunannya, dan segera mendekat ke arah Huo Jincheng untuk memberi hormat. "Hormat kepada Tuan Keenam."

"Ikutlah bersamaku." Ajak Huo Jincheng dengan tatapan mata yang tampak dalam.

Huo Jincheng lalu masuk ke dalam.

Yu Yiren tertegun sejenak, ia masih berdiri di tempat yang sama. Ia merasa takut akan hal yang akan terjadi.

"Nyonya Ketujuh, Tuan Keenam memanggilmu, cepat pergi." Zheng Qing mengingatkannya.

Yu Yiren pun segera mengikutinya.

Sambil berlutut di tanah, ketiga selir tersebut diam-diam mendongak untuk mengintip kemana Huo Jincheng dan Yu Yiren pergi.

Mereka bertiga sangat ingin tahu, namun saat mengingat kejadian yang menimpa Jin Wan'er, mereka langsung berusaha untuk menghilangkan rasa penasaran tersebut.

avataravatar
Next chapter