8 Apa Sila Kedua dari Tiga Sila Kepatuhan?

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Seluruh tubuh Yu Yiren bergetar, matanya dipenuhi kegembiraan. Ia segera meletakkan lengan nya di pinggiran ranjang lalu turun ke lantai.

Ia mendekati Huo Liancheng selangkah demi selangkah. Yu Yiren tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya. "Tuan Ketujuh? Kamu benar-benar Tuan Ketujuh?!"

Yu Yiren menatap Huo Liancheng yang ada di hadapannya. Penampilannya hampir sama dengan Huo Jincheng.

Namun ketika dilihat dari dekat, dapat terlihat bahwa temperamen mereka benar-benar berbeda.

Huo Jincheng sangat dingin dan pemarah.

Sedangkan Huo Liancheng memberi kesan bahwa ia adalah pria yang acuh tak acuh.

Perbedaan yang paling mencolok yaitu, pria di depannya membutuhkan kursi roda untuk bergerak, karena kedua kakinya tidak dapat digerakkan.

Sedangkan Tuan Keenam dapat berjalan dengan bebas.

Melihat ekspresi terkejut Yu Yiren, Jinlian berkata, "Nyonya Tuan Ketujuh, apakah Anda belum pernah mendengar kalau Tuan Keenam dan Tuan Ketujuh adalah saudara kembar? Memiliki penampilan yang sama bukan berarti orang yang sama."

Yu Yiren tersadar dari lamunannya lalu menenangkan dirinya. "Aku sudah pernah mendengarnya, tapi mereka berdua terlalu mirip, jadi aku tidak mengenalinya pada pandangan pertama."

"Nyonya Tuan Ketujuh, kamu sudah dinikahi oleh Tuan Ketujuh, bisa-bisanya kamu tidak mengenali suamimu sendiri, itu membuat dirimu terlihat bodoh!" Kalimat yang tajam itu keluar dari mulut Jinlian.

Yu Yiren mengerutkan keningnya lalu menatap Xue Lian dan berkata, "Kamu hanya seorang gadis pelayan, mengapa mengajariku? Apakah ada peraturannya?"

"Peraturan?" Jinlian tersenyum lalu berjongkok di depan kursi roda. "Tuan Ketujuh, apakah Anda mendengarnya? Nyonya Tuan Ketujuh ingin membicarakan tentang peraturan."

Lalu telapak tangan Huo Liancheng menyentuh rubah putih yang berada di pangkuannya dengan perlahan.

Pria itu mulai berbicara dengan suara yang jelas dan halus. "Lalu bagaimana kamu akan menjelaskan upacara pernikahan dengan Kakakku sendiri? Apakah kamu mengerti aturannya?"

Ketika Yu Yiren mendengar ucapan tersebut, matanya perlahan menoleh ke arah Huo Liancheng lalu berkata, "Tuan Ketujuh, aku tidak ingin melakukan upacara pemujaan dengan seekor ayam jantan. Dahulu, ada seorang Kakak yang menggantikan Adiknya sendiri untuk melakukan upacara pemujaan bersama Adik iparnya."

Huo Liancheng lalu membalas perkataan Yu Yiren. "Kamu tidak puas jika aku membiarkan ayam jantan untuk menggantikanku melakukan upacara pemujaan denganmu?"

"Iya, sedikit." Yu Yiren menjawab dengan jujur.

Lalu Huo Liancheng membalas, "Seorang wanita harus mengikuti Tiga Sila Kepatuhan dan Empat Sila Kebajikan. Apakah kamu tahu bagaimana bunyi sila yang kedua?"

(Pada zaman Tiongkok kuno, seorang wanita harus mematuhi Tiga Sila Kepatuhan. Isi dari Tiga Sila Kepatuhan adalah, seorang wanita harus patuh kepada Ayahnya sebelum menikah, patuh kepada suaminya selama kehidupan pernikahan, dan patuh kepada putra-putranya ketika telah menjadi janda.)

Lalu Yu Yiren menundukkan kepalanya sembari menjawab, "Patuh kepada suaminya selama kehidupan pernikahan."

"Jika kamu sudah mengetahuinya, maka seharusnya kamu patuh padaku dan melakukan upacara pemujaan dengan ayam jantan." Ucap Huo Liancheng dengan pandangan mata yang tertuju pada Yu Yiren. 

Yu Yiren menundukkan kepalanya lalu berkata dengan suara rendah. "Iya, Tuan Ketujuh. Aku mengerti."

Huo Liancheng memandangi Yu Yiren yang sedang mengenakan busana tipis berwarna merah di depannya.

"Buka bajumu!"

Pria itu mengatakannya dengan nada memerintah.

Yu Yiren mendongak kaget dan menatap wajah Huo Liancheng di depannya, "Tuan Ketujuh, bukannya kamu...."

"Bukannya apa?" Tanya Huo Liancheng sambil menatap Yu Yiren.

Yu Yiren menatap kaki pria itu dan berhenti berbicara.

"Ah~" Huo Liancheng mengetahui apa yang dimaksud Yu Yiren lalu mencibirnya, "Aku hanya lumpuh, jadi kamu tidak mau melayaniku?" 

"Bukan begitu maksudku. Karena Tuan Ketujuh telah menikahiku, maka aku pasti akan melayani Tuan Ketujuh." Ucap Yu Yiren yang merasa tegang.

"Kalau begitu, lepaskan." Huo Liancheng berkata tanpa ekspresi.

Yu Yiren memandangi dua gadis pelayan yang berada di belakang Huo Liancheng. "Apakah mereka berdua bisa keluar dulu?

"Mereka adalah pembantu rumah tangga yang telah melayaniku selama bertahun-tahun, yang di sebelah kiri ini bernama Jinlian, dan yang di sebelah kanan bernama Xiaoyun. Mereka tidak perlu keluar." Huo Liancheng mengatakannya dengan suara acuh.

Jinlian menatap Yu Yiren dengan tatapan yang sangat tajam. Ia adalah pelayan Huo Liancheng yang telah melayaninya selama sepuluh tahun semenjak kakinya lumpuh. Meskipun Jinlian belum pernah menyentuhnya, namun ia sudah menganggap Tuan Ketujuh sebagai suaminya.

avataravatar
Next chapter