30 30. Bangga Melihat Sang Istri

Shayna telah sampai di tempat acara. Dia turun dari mobil, di sambut oleh banyak kamera yang siap untuk memotret dirinya dengan sang suami. Di samping Shayna, Sagara berdiri dengan pakaian yang terlihat formal namun terlihat cukup sederhana. Kemeja berwarna abu-abu gelap yang dipadukan dengan celana hitam. Sedangkan Shayna mengenakan setelan formal khas miliknya. Racerback tank top berwarna hitam yang dipadukan dengan sebuah blazer berwarna abu-abu tua, menyamakan outfit Sagara.

Keduanya masuk ke dalam tanpa menjawab satupun pertanyaan dari reporter yang ada. Shayna selalu memasang kesan misterius untuk kesehariannya di depan banyak orang. Dia tidak suka urusan pribadinya dicampuri oleh orang asing.

Heels setinggi delapan centimeter yang dia gunakan membawanya hingga ke sebuah kursi paling depan. Tempat par VVIP acara duduk biasanya. Gadis itu duduk berdampingan dengan Sagara.

Baru beberapa menit duduk, seseorang menyapa Shayna.

Seorang rektor dari kampus tempat Shayna menyalurkan beasiswa nya.

"Selamat datang Nyonya Najendra!" Sapa rektor kampus bernama Pak Hendri.

Shayna segera berdiri diikuti oleh Sagara. Mereka berjabatan tangan, saling menyapa satu sama lain.

"Maaf saya agak sedikit terlambat. Suami saya tiba-tiba ingin ikut. Dia ingin melihat secara langsung acara ini dan kepada siapa saja beasiswa darinya tersalurkan." Shayna berbohong.

Dia melakukannya agar Sagara tidak merasa malu. Selama ini, Shayna selalu berkata pada para klien dan rekan bisnis nga bahwa Sagara adalah orang dibaliknya. Orang di balik kesuksesannya. Dia tidak pernah menjelek-jelekkan Sagara. Dia justru kerap kali berbohong untuk mengangkat nama Sagara.

Dan baru kali ini Sagara mengetahuinya. Dia sedikit tertegun saat mengetahui hal ini.

"Sagara." Pria tampan berambut coklat itu memperkenalkan dirinya pada Pak Hendri.

Pak Hendri tampak sangat menghormati Sagara. Sepanjang acara, Pak Hendri menjelaskan banyak hal seputar beasiswa ini pada pria itu. Bahkan, Pak Hendri sampai memberitahu nama mahasiswa yang menerima beasiswa dari Najendra Estate.

Dan sepanjang itu, Sagara yang tidak tau apa-apa hanya manggut-manggut sok mengerti. Dia tidak banyak berkomentar. Diam, mengiyakan, merespon seadanya sambil sibuk mencubit paha Shayna untuk meminta tolong.

"Ay tolongin gue…" bisik Sagara sambil tersenyum.

Shayna hanya tertawa anggun. Telinganya mendengar meski fokusnya tetap ke depan panggung mengingat sebentar lagi dia harus naik untuk serah terima beasiswa dari Najendra Estate.

"Beasiswa akan diserahkan langsung oleh CEO dari Najendra Estate, Shayna Majendra!" Suara tepuk tangan mengiringi langkah Shayna untuk naik ke atas panggung.

Wajah cantiknya tersorot kamera yang berebut untuk memotret dirinya. Sedangkan di bawah panggung, Sagara duduk tenang. Dia memandang sang istri kagum.

Bahkan, saking kagum dan bangga nya, Sagara tanpa sadar bergumam. "Bini gue sexy banget kalau lagi gini…"

Sampai di atas panggung, Shayna menjalankan tugasnya. Memberi satu persatu sertifikat beasiswa pada para mahasiswa yang menerimanya.

Dia juga memberikan sambutannya yang begitu enak di dengar dan penuh motivasi. Setelahnya, sampailah di sesi dimana para mahasiswa memberi pidato dan rasa terima kasih mereka pada Shayna.

Sesaat salah satu mahasiswa yang diketahui bernama Riri berdiri di depan podium, suara riuh di belakang sana sedikit mengganggu Shayna.

Dia menghampiri MC acara, menanyakan apa yang terjadi. "Apa yang terjadi?" Tanya Shayna.

"Juru bahasa isyaratnya pingsan. Belum sarapan katanya. Jadi, panitia pada kelimpungan di belakang sana." Jawab si pembawa acara.

Mendengar itu, Shayna segera menghampiri Riri. Dengan tangannya yang bergerak lincah membentuk sebuah bahasa isyarat, dia berkata. 'Mulai saja, aku yang akan menerjemahkannya.'

Seluruh ruangan seketika hening menatap Shayna. Mereka semakin kagum pada gadis itu. Shayna selain pintar, cerdas, dan memiliki jiwa pemimpin yang baik, dia juga kini dikenal dengan sifatnya yang ramah dan hatinya yang setulus malaikat.

Bahkan, Sagara juga berpikir hal yang sama. Senyum di bibirnya semakin lebar. Matanya berbinar bangga. "Sejak kapan dia bisa bahasa isyarat?" Gumam Sagara tanpa sadar.

Di sampingnya, Abi berkata. "Mbak Shayna sering mengunjungi panti asuhan. Dia jadi belajar banyak di sana. Salah satunya bahasa isyarat." Sahut Abi, mengejutkan Sagara.

Fokus Sagara yang semula ada pada Shayna, seketika teralihkan pada Abi. Dan matanya berubah drastis. Memicing tajam bagai pedang.

Belum selesai di sana, mata setajam elang miliknya seketika mengarah pada sebuah titik merah yang diyakini bidikan senapan jarak jauh tepat di kening Shayna.

Mata Sagara membelalak, berteriak bersamaan dengan suara sebuah tembakan.

Dor!

"AY!"

avataravatar
Next chapter