2 Penyekapan

Mayor Haiden langsung terbang dari Pusat Kemiliteran bersama beberapa Ajudan menuju tempat Jaslyn disekap. Jarak dari pusat kemiliteran menuju kota S membutuhkan sekiranya 1jam perjalanan menggunakan helikoter.

"Adrian, Cari tahu lokasi pasti Nona Jaslyn berada dan csri pendaratan terdekat dari lokasi pencarian!".

"Baik Tuan!". Jawab Adrian yang sedang memainkan Laptopnya. Dia adalah ajudan yang di percayakan untuk menjadi tangan kanan Haiden semasa di kemiliteran. "Tuan Haiden, saya baru saja mendapat petunjuk. Nona Jaslyn disekap di sebuah gudang bekas pabrik milik Perusahaan XX yang sudah lama berhenti beroperasi. Menurut analisis, mereka dipastikan dari kelompok teroris yang beberapa waktu lalu mengebom pusat kota. Dan kemungkinan kekuatan musuh berbanding 70% dengan anggota kita. Rencana apa yang akan anda gunakan Tuan?".

Haiden berdiam cukup lama, dia memutar otaknya dan memikirkan bagaimana cara untuk melepaskan Nona Jaslyn dari tangan para teroris. "Kita akan gunakan rencana umpan balik. Adrian, aku akan jadi umpan dan menemui mereka seorang diri. Selagi aku mengulur waktu, kau pastikan tidak ada perangkap atau bom yang terpasang di area sekitar. Kalian bersiap-siaplah dan bersembunyi sampai aku memberi aba-aba untuk keluar. Karena lawan kita tidak mudah, aku harap kalian akan mempersiapkan diri sebaik mungkin!". Perintah Haiden pada ke 4 ajudan yang mengikutinya.

"Baik Tuan!". Jawab mereka serempak.

📎📎📎

🏭Pabrik bekas Kota S

Setelah mobil Jaslyn di cegat, dia menyerahkan diri pada kelompok tidak dikenal dan menyekapnya disebuah gedung pabrik tua dengan pengawasan ketat.

"Apa mau kalian brengsek!". Teriak Jaslyn, dia tidak berhentinya bertingkah untuk melepaskan diri dari tali yang mengikat tangan, kaki dan tubuhnya. Meski sudah diikat sedemikian rupa, tubuhnya masih di kurung dalam sel yang membutuhkan kunci khusus untuk membukanya.

Salah satu pria yang memakai penutup wajah menghampiri Jaslyn dan menekan dagunya. "Nona Jaslyn, aku hanya menginginkan kehadiran Ayahmu Jenderal James. Kau adalah putri kesayangannya, tidak mungkin dia tidak akan datang untuk menyelamatkanmu!".

"Hhhmp! Kau tahu apa tentang hubunganku dengan Jenderal James?. Aku hanya memberitahu, Aku sudah lama putus hubungan dengan pria tua James itu! Kau menggertaknya dengan cara menyekapku itu tidak akan membuatnya datang!. Aku sarankan lebih baik kau menyerah!". Jawab Jaslyn dengan tenang meski dalam hatinya dia sedikit gemetar.

"Kalau Ayahmu memang tidak mempermasalahkanmu, kau masih memiliki Perusahaan Vinnson. Tidak ada salahnya aku sedikit memeras untuk memancing mereka keluar! Bagaimanapun, semua yang berhubungan dengan James harus mendapat bayarannya!". Pria yang menutup wajahnya melepas cengkramannya dan pergi meninggalkan ruang penyekapan.

'Apa aku akan mati sia-sia disini? Apa tidak ada hal yang bisa kuperbuat untuk bisa lepas dari mereka?'. Batin Jaslyn.

Demi agar bisa keluar dari jeratan mereka, Jaslyn melihat-lihat kesekitar untuk mencari cara melepas ikatannya. Dan tidak jauh dari tempat dia terikat, Jaslyn melihat ada pecahan kaca yang tergeletak di lantai. Dengan perlahan Jaslyn merangkak untuk mengambil pecahan kaca tersebut sembari melihat kesekitar agar para penjaga tidak memperhatikan perbuatannya.

'Sedikit lagi, ayolah!!'. Tangan Jaslyn yang terikat di belakang punggung berusaha untuk meraib pecahan kaca yang di belakangnya.

Braaak!!

"Siapa disana! Nona, apa yang sedang kau perbuat?". Tanya pengawas selidik. Tiba-tiba tumpukan barang usang yang ada di sampingnya terjatuh dan mengundang penjaga yang mengawasinya.

"Bukan apa-apa! Aku hanya lelah dan tidak sengaja menyenggol barang yang ada disamping. Kalian berhentilah mencurigaiku, karena mustahil bagiku untuk kabur dari kalian!". Kata Jaslyn dengan wajah santai.

"Bagus kalau kau sadar akan posisimu!".

Jaslyn yang berhasil mendapatkan pecahan kaca perlahan mulai menggesek tali yang mengikat tangannya. Meski dia sadar bisa melepas ikatan brlum tentu dapat lolos dari mereka, setidaknya dia tidak tinggal diam saat dirinya sedang dalam bahaya. Jaslyn terus menggesek tali hingga tali yang mengikat tangannya berhasil terlepas. Dia buru2 melonggarkan ikatan yang ada dikakinya untuk mengecoh penjaga yang mengawasinya.

"Sekarang, harus fikirkan bagaimana cara untuk meloloskan diri dari mereka!". Gumam Jaslyn.

Dari arah depan bangunan terdengar suara pria yang menyita perhatian beberapa pria yang mengawasi Jaslyn. Orang-orang yang mengawasi Jaslyn didalam ruangan keluar dan menyisakan 1 orang penjaga. "Terdengar suara orang diluar, apa mereka orang yang diutus untuk menyelamatkanku?. Masa bodoh dengan itu. Selagi mereka terkecoh, sekarang saatnya untukku mencari cara keluar dari ruangan pengap ini". Gumam Jaslyn.

"Hei kalian! Aku ingin kekamar mandi. Apa kalian bisa mengantarku kesana?". Panggil Jaslyn pada kedua penjaga.

"Nona, apa yang kau minta? Apa kau ingin mempermainkan kami?. Aku tidak mungkin terkecoh dan mengeluarkanmu dari ruangan ini". Balas penjaga.

"Hei kau, apa otakmu perlu di servis agar sedikit berguna? Kau tahu sendiri aku terikat. Lagi pula aku hanya seorang wanita biasa, mana mungkin aku bisa lolos dari kalian!".

"Baiklah! Aku akan mempercayaimu kali ini!". Kata penjaga, dia ternyata memegang kunci sel yang mengikat Jaslyn dan membukakan kunci yang yang mengurungnya.

Begitu kunci terlepas dan pintu sel terbuka, dengan cepat Jaslyn memegang kaca yang ada di tangannya. Jaslyn menarik tangan penjaga dan melukai penjaga dengan kaca yang ada di tangannya. Dengan sigap Jalsyn mengambil pistol yang tersimpan di saku penjaga dan menembaknya beserta pria yang berjaga didepannga.

Bang bang!!

Seketika penjaga yang membukakan sel untuknya mati beserta pria yang berjaga. Dengan cepat Jaslyn keluar dari sel dan bersembunyi. Penjaga lain yang mendengar suara tembakan langsung berlari kearah sel tahanan. Mereka membuka pintu bangunan dan masuk. Seketika mereka kaget melihat sel telah kosong dan tidak melihat dimana Jaslyn berada.

"Kurang ajar! Cepat cari dimana wanita itu berada! Atau kalian akan mati ditangan Boss!". Teriak salah sagu penjaga panik.

avataravatar
Next chapter