13 Memuji

'Ya Tuhan, apa yang aku pikirkan? Seharusnya tidak ada yang bisa aku kagumi dari seorang pria yang keji sepertinya.' Daniella lantas berhasil untuk 'mengapung' di 'kolam pikirannya' dan berhenti membeku menatap Andrew seraya memikirkannya.

'Jadi ... apa yang harus aku bicarakan dengannya? Aku harus mulai dari mana?' Kebingungan baru pun lalu dirasakan sang gadis, kali ini dia bingung dengan bagaimana dirinya harus memulai pembicaraan dengan Andrew. Demi mendapatkan ide brilian, Daniella bahkan sampai melihat ke arah-arah yang berbeda setiap beberapa detik sekali, berharap dirinya akan mendapatkan 'pencerahan' sebab saat ini dia benar-benar bingung harus memulai pembicaraannya dengan Andrew bagaimana. Pikirkannya yang sebelumnya diisi oleh rasa takjubnya terhadap pesona Andrew, kini justru kembali diganggu oleh alur cerita drama yang dibintangi oleh Marjorie Williams ini, Daniella memang sangat menyukai kisah tersebut, sangat sulit baginya untuk mengusir hal-hal mengenai drama itu dari pikirannya.

"GRRRRRRRRR!" kesal karena tak kunjung menemukan cara yang bagus untuk memulai pembicaraan dengan Andrew, Daniella akhirnya mengacak-acak rambutnya hingga menjadi sangat berantakan sambil berusaha sekuat tenaga untuk menekan suara geramannya menjadi sepelan mungkin.

Setelahnya, gadis itu terdiam, menatap Andrew dengan kondisi acak-acakanya itu.

"Hai." Secara spontan ia menyapa lembut sang Pangeran Kota dengan satu kata sederhana itu, namun diluar dugaannya, Andrew justru menoleh ke dirinya kemudian.

Walaupun momen Andrew melihat ke dirinya hanya berlangsung selama kurang dari 3 detik, tetapi hal itu sukses untuk meningkatkan kepercayaan diri Daniella ke titik paling tinggi, gadis tersebut pun kemudian menyapa sang pria lagi meskipun tiba-tiba dirinya sedikit terbata-bata.

"H-hai ... Pak ... A-andrew ..."

Usai mendapatkan sapaan kedua dari gadis itu, Andrew lantas kembali menoleh kepadanya, kali ini dalam durasi 5 detik pas.

"Hai," balas sang pria, tentunya dengan dingin. "Rambutmu berantakan," sambungnya sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursinya dan kembali menatap ke depan, kemudian dia melipat kedua kakinya dengan sangat elok dan elegan.

"Oh ... iya ..." sahut Daniella yang langsung merapikan rambutnya dengan kecepatan maksimal. "Terima kasih karena sudah memberitahu saya, Pak," lanjut sang gadis, Andrew lantas menganggukkan kepalanya sebagai respon, namun dia tetap fokus memandang ke depan.

"Um ..." Daniella kembali bingung harus mengatakan apa kepada Andrew agar mereka bisa mengobrol, lalu tidak lama setelahnya hal sederhana tetapi tidak memiliki makna yang sederhana melintas di pikirannya untuk dia katakan kepada pria itu.

"Anda ... terlihat tampan-"

Andrew langsung kembali menoleh ke Daniella usai mendengar hal tersebut, dia membuat kontak mata dengannya. Daniella tentunya jadi gugup karena ia tidak bisa menghindari momen kontak mata ini.

"M-maksud saya ... Anda ... terlihat tampan ... seperti biasa," sambung gadis itu dengan bulir-bulir keringat yang mulai bermunculan di kedua telapak tangannya.

Melakukan kontak mata dengan Andrew mungkin menjadi salah satu mimpi terburuk bagi Daniella, sebab jantungnya selalu berdebar dengan sangat kencang saat hal ini terjadi, tidak cukup sampai disitu, ritme pernapasannya pun jadi berantakan, diperparah dengan bulir-bulir keringat yang sejauh ini tidak pernah lupa untuk keluar dari kedua telapak tangannya ketika hal yang dibencinya ini terjadi, dan ketiga hal tersebut terjadi hanya karena sepasang bola mata indah milik sosok dingin itu.

"Terima kasih," ucap Andrew yang menerima pujian dari Daniella, tetapi wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ekspresi gembira atau semacamnya. Dingin, hanya itu yang terpancar baik dari raut wajahnya maupun tatapan sepasang bola mata coklat terangnya yang indah.

Andrew lantas kembali menatap ke depan, sebelum melanjutkan ucapannya. "Kau juga ... kau terlihat cantik, seperti biasa," lanjut pria itu, tetap dengan sikap dinginnya, namun suara maskulinnya terdengar berada dalam nada yang lebih rendah dan lebih dalam ketika ia memberikan pujian tersebut, membuat Daniella tak berkutik usai mendengarnya.

avataravatar
Next chapter