5 Meminta Maaf

"S-saya pekerja baru di sini, nama saya ... Daniella Miller," ucap Daniella kepada Andrew, entah kenapa dia mengatakan hal itu, padahal sebelumnya sang gadis berniat untuk membangun sebuah topik pembicaraan lain dengan Andrew dibandingkan memperkenalkan dirinya kepada sang tuan muda.

'Kenapa aku malah memperkenalkan diriku kepadanya?! Aku-'

"Oh, salam kenal, Daniella." Tanpa disangka, Andrew menyahuti ucapan gadis itu kali ini. Tentu saja Daniella terkejut dan langsung membeku secara keseluruhan, terutama karena suara Andrew yang terdengar sangat indah di telinganya sukses untuk membuat hatinya bergetar sebelum akhirnya meleleh.

Usai mengatakan hal tersebut, Andrew dengan sikap dinginnya lalu kembali melihat ke arah kudanya dan tetap diam pada posisinya saat ini, sementara Daniella tetap membeku, napasnya bahkan ikut berhenti, hanya jantungnya yang terus berdetak, sang gadis benar-benar membeku hanya karena 4 kata yang diucapkan oleh majikannya itu.

'Pria ini ...' pikir Daniella setelah sekitar satu menit dirinya membeku.

"Engh ..." gadis tersebut akhirnya menggerakkan tubuhnya, dia menggaruk-garuk alis kirinya sambil sedikit menundukkan kepalanya.

"Salam kenal ... Tuan Muda." Daniella akhirnya membalas sahutan yang diberikan oleh Andrew kepadanya tadi.

"Cukup 'Pak' saja," kata Andrew dengan posisi yang masih tetap dan dengan tatapan yang tidak kembali ke Daniella seperti sebelumnya. Daniella yang tidak menyangka kalau sang pria akan kembali berbicara kepadanya lantas langsung menegakkan kepalanya dengan sempurna, dia lagi-lagi membeku dibawah teriknya sinar Matahari siang ini.

Pandangan sepasang bola mata coklat gelap yang indah milik Daniella terpaku ke pria bernama Andrew Lawrence tersebut, sang gadis tidak bisa berkata-kata, karena sebelumnya Andrew sempat tidak menyahutinya selama beberapa kali, dan tiba-tiba saja pria dingin ini mengucapkan cukup banyak kata kepadanya.

"B-baiklah, Pak Andrew," kata Daniella usai dirinya membeku.

"Engh ... ngomong-ngomong, saya ... saya permisi, ya, Pak," sambung gadis itu sembari menggaruk-garuk kepalanya yang terasa sedikit gatal, pandangan kedua bola matanya juga berpindah ke sembarang titik, dengan kepalanya yang kembali sedikit tertunduk.

"Ya," sahut Andrew dengan sangat singkat.

Daniella kemudian tetap berada di posisinya selama 3 detik sebelum akhirnya gadis itu benar-benar beranjak dari sana, menjauhi Andrew dan kudanya, lalu mendekati teman-teman petaninya yang sudah kembali bekerja.

Namun, ketika baru melangkah sebanyak 5 kali, Daniella berhenti, dan sekitar 4 detik setelah mematung, sang gadis membelokkan kepalanya ke kiri secara perlahan, membuat pandangannya juga otomatis secara perlahan mengarah ke kiri. Tampaknya dia ingin kembali melihat Andrew, tetapi pada saat dirinya belum benar-benar melihat ke belakang untuk kembali memandangi sang Pangeran Kota, Daniella berhenti, dia berhenti menggerakkan kepalanya, membuat Andrew lah yang akhirnya menatap dirinya.

Ya, Daniella memang tidak jadi melihat Andrew, tetapi yang terjadi selanjutnya justru sebaliknya, Andrew kembali menatap gadis tersebut karena merasa bingung akan dirinya yang mendadak berhenti berjalan. Pandangan Andrew kepada Daniella hanya berlangsung selama 5 detik saja sebelum akhirnya ahli waris Lawrence Company itu kembali menatap ke kudanya.

"Daniella, apa yang kau lakukan disitu?!" tanya seorang petani wanita bernama Daisy kepada Daniella.

"Oh, iya, aku datang!" Daniella menyahutinya dan segera menghampirinya dengan cara berlari.

"Apa yang kau lakukan?! Astaga!" bisik Karen dan Daisy secara serempak kepada Daniella usai gadis itu berada di dekat mereka. Ya, Karen memang berada di dekat Daisy sejak tadi.

"Apa?" Karena bingung, Daniella tentunya balik bertanya kepada mereka berdua.

"Kau bersikap sangat tidak sopan kepada Tuan Muda!" kata Karen yang terlihat geregetan.

"A-apa?!" Daniella semakin bingung sekarang, dia juga jadi panik sebab Karen dan Daisy terlihat sangat ketakutan.

"Tuan Muda tidak menyukai pekerja baru yang tidak bersikap ramah kepadanya!" sambung Karen.

"Tapi ... aku bersikap sangat ramah padanya, aku mengajaknya mengobrol, menyapanya, dan dia malah diam mematung, dia-"

"Semua itu tidak berguna! Bagi Tuan Muda sikap ramah dan sopan cukup dengan langsung memperkenalkan dirimu kepadanya! Kau pekerja baru di sini, jika kau langsung mengajaknya mengobroI di pertemuan pertama kalian tanpa memperkenalkan dirimu sebelumnya, beliau tidak akan menyukainya!!" ucap Daisy kepada Daniella, dia menyelanya.

"Apa?! Benarkah?!" Daniella tentunya tidak menyangka akan hal itu.

"Iya!! Kau sudah membuat kesalahan yang sangat fatal!!" jawab Karen.

"Jadi apa yang harus aku lakukan?!" tanya Daniella.

"Apa lagi?! Lakukan permintaan maaf kepadanya!" ujar Karen dan Daisy secara bersamaan.

"B-baiklah," kata Daniella, dia kemudian langsung berlari menghampiri Andrew yang sedang melepaskan kudanya dari pagar pembatas kebun dan peternakan. Dengan detak jantung yang terus-menerus bertambah kencang karena rasa khawatir sekaligus takut akan kegagalan pada misinya kali ini, Daniella mulai memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi pada misinya untuk membunuh Andrew Lawrence ini.

'Ini buruk, jika dia tidak menyukaiku bahkan sejak pertemuan pertama kami, bagaimana caranya aku bisa mendekatinya nanti?! Apa aku bahkan akan dipecat olehnya?! Sial! Itu tidak boleh terjadi!' pikir gadis itu, sebelum akhirnya dia kembali berada di dekat Andrew dan kudanya.

"Tu-tuan! Tuan! M-maksud saya, Pak!" Daniella memanggil Andrew dengan cara berseru sebab pria tersebut sudah akan membawa kudanya pergi dari sana menuju bagian area peternakan yang lebih jauh lagi.

Andrew menoleh kebelakang dan berbalik badan karena panggilan itu, dia memberikan respon yang sangat baik kali ini meskipun dirinya tidak menyahuti gadis tersebut.

"Uh ... saya ... saya ingin meminta maaf," sambung Daniella dengan perasaan sedikit gugup, ia bahkan tidak berani untuk menatap Andrew dan memilih untuk melihat ke bawah saja.

Setelah mengatakan hal itu, Daniella benar-benar bingung harus mengatakan apa lagi, jadi dia diam selama beberapa saat, sebelum akhirnya gadis periang dan cerdik tersebut memberanikan diri untuk menatap Andrew yang masih berada di saja, terdiam di posisinya sembari menatap Daniella dengan dingin.

Napas dan detak jantung sang gadis semakin bertambah kencang tatkala dirinya menatap kedua bola mata indah Andrew, tatapan dingin itu membuatnya sangat takut, Daniella takut kalau misinya akan gagal hanya karena ia tidak paham bagaimana sikap-sikap yang disukai oleh Andrew, padahal sejauh ini dia sudah bersikap sopan dan baik kepadanya.

Selama beberapa detik setelahnya, Andrew dan Daniella sama-sama masih diam, hanya ada tiupan-tiupan angin yang tak mampu menghilangkan seluruh peluh yang sedang membanjiri tubuh Daniella saat ini, terutama di bagian wajahnya yang manis.

Tiupan-tiupan angin itu pula yang juga tidak membuat situasi di antara Andrew dan Daniella saat ini tidak terlalu sunyi karena mereka berdua yang membisu.

Dan usai saling bertatapan dengan gadis itu selama lebih dari satu menit, Andrew akhirnya membuat pergerakan yang cukup berbeda dari yang sebelum-sebelumnya, dia menarik napas panjang dalam waktu singkat, lalu menghembuskannya dengan kasar sambil menggerakkan kepalanya sebab bagian tengkuknya terasa pegal.

'Astaga, jangan bilang aku membuat kesalahan lagi, aku tidak mengerti kenapa semua hal yang kulakukan selalu salah baginya, aku tidak melakukan kesalahan apapun!' pikir Daniella pada saat dirinya melihat Andrew membuat pergerakan.

'Tidak, mungkin kesalahanku adalah karena aku tidak menjelaskan kalau aku meminta maaf padanya atas hal apa. Ya Tuhan! Aku tidak menyangka kalau semuanya akan menjadi sangat merepotkan seperti ini!' keluh sang gadis di dalam hatinya.

"Baiklah ... aku juga ingin meminta maaf padamu," ujar Andrew sambil kembali menatap sepasang bola mata berwarna coklat tua milik Daniella. "Maafkan aku," sambungnya.

Suara Andrew itu seketika membuat kedua bola mata Daniella terbelalak sampai batas maksimalnya. Kata-kata yang diucapkan oleh sang pria benar-benar mengejutkan gadis tersebut, hingga sekali lagi, dia membeku dibawah teriknya sinar Matahari siang ini.

avataravatar
Next chapter