19 Kondisi Pikiran

"D-dimana letak kesalahan saya, Pak?" tanya Daniella dengan suara yang menunjukkan bahwa ia mengharapkan belas kasihan dari pria itu.

Andrew lalu menghabiskan bir di gelasnya, sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaan sang gadis. "Aku tidak ingin membahas hal ini lagi, aku tidak suka memikirkan kesalahan orang lain, jadi berhenti mengacaukan pikiranku dengan hal ini! Jika kau memang sangat menginginkan pengakuan, ya, kau memang cantik, aku sama sekali tidak berbohong tentang hal itu. Sekarang, biarkan aku sendiri!" tegas pria tersebut dengan sedikit amarah karena Daniella telah merusak ketenangannya di sini.

Sang Pangeran Kota lantas meninggalkan konter, dirinya berjalan menuju tangga, tetapi Daniella dengan cepat mengejarnya dan berhasil menghadangnya dari depan.

"Terima kasih untuk itu-"

"Sekarang kau tahu bagaimana seharusnya kau menjawab pujian dari orang lain?" sindir Andrew, dia lantas dengan mudahnya melewati gadis itu dan mulai menaiki anak-anak tangga.

"Tunggu! Pujian yang Anda berikan di teater tadi adalah untuk saya?!" tanya Daniella setelah ia sempat membeku dalam keheranan selama kurang lebih 5 detik usai Andrew memberikan sindiran itu kepadanya.

"Hentikan, Daniella Miller." Andrew memperingati Daniella untuk diam tanpa berhenti melangkah, dia juga terus melihat ke depan dengan rahang yang mengeras. Tampaknya melihat Marjorie dan Tyler berciuman membuatnya menjadi sangat frustrasi, pikirannya juga menjadi sangat kacau, ditambah dengan kesalah-pahaman yang terjadi di antara dirinya dengan Daniella, membuat kondisi pikirannya hanya terus bertambah buruk.

"J-jadi ... A-anda marah karena sahutan yang saya berikan pada saat itu?" Daniella yang akhirnya menemukan penyebab dari kemarahan Andrew kepadanya tidak bisa berhenti membicarakan tentang hal itu.

"Tapi saya pikir itu bukan pujian untuk saya, pandangan mata Anda tidak melihat ke mata saya, Anda melihat ke panggung saat mengatakan itu, itulah kenapa saya mengucapkan 'sama-sama' setelahnya karena saya merasa pujian itu bukan Anda berikan untuk saya," sambung gadis tersebut sambil menaiki tangga dan berjalan cepat mengejar si Pangeran Kota. Mengejutkan, Andrew berhenti melangkah usai mendengar apa yang dikatakan oleh Daniella barusan, Daniella lantas juga berhenti, jaraknya dari Andrew sekarang adalah 5 anak tangga.

Andrew sendiri kemudian terdiam untuk mengingat momen pada saat dirinya memuji kecantikan Daniella di teater tadi, pujian itu memang sebenarnya ia tujukan kepada Daniella, namun dirinya lupa untuk menatap sepasang bola mata sang gadis ketika mengatakannya sebab pikirannya sudah sangat kacau, dan tentunya kesalah-pahaman ini adalah murni kesalahan Andrew.

Pria itu lalu menoleh ke Daniella yang masih berharap masih ada secercah harapan bagi dirinya untuk tidak gagal dalam misinya kali ini.

Jantung sang gadis langsung berdebar dengan sangat kencang saat tatapan dingin itu menatap matanya, keringat juga mulai keluar dari pori-pori wajahnya.

Setelah berlangsung selama 10 detik, momen kontak mata itu akhirnya diakhiri oleh Andrew, pris tersebut melanjutkan langkahnya menuju pintu tanpa mengatakan sepatah katapun lagi.

"Pak!" Daniella berseru memanggil Andrew, dia berniat untuk mengejarnya lagi, tetapi tiba-tiba seorang pria dari belakang memanggil dirinya.

"Nona?!"

Daniella tentu saja langsung menoleh ke belakang setelah dirinya dipanggil, ia kemudian mendapati kalau ada beberapa pasang mata yang melihat ke dirinya, menjelaskan bahwa dia dan Andrew menjadi pusat perhatian bagi sebagian kecil orang-orang yang berada di sini, salah satunya adalah pria berambut merah yang masuk ke bar utama secara bersamaan dengannya tadi, pria itu juga lah yang memanggilnya barusan.

"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya pria berkulit putih dan bertubuh cukup tinggi tersebut kepada Daniella dengan raut wajah khawatir, dia berdiri di atas anak tangga paling bawah sekarang.

"Y-ya ... ya," jawab Daniella dengan terbata-bata, dia gugup karena sebenarnya tidak sedikit pasang mata yang menatapnya dengan rasa ingin tahu dan keheranan saat ini.

"Ma-maaf, permisi," imbuh gadis itu, ia lantas pergi dari sana menuju bar utama secepat mungkin.

avataravatar
Next chapter