18 Bar Bawah Tanah

Daniella sangat terkejut melihat situasi di ruangan bawah usai dirinya selesai menuruni tangga. Kondisi di sini benar-benar sangat berbeda dari kondisi di atas, sesuai dengan apa yang bartender tadi katakan.

Ruangan bawah sangat berisik dan ramai, bahkan faktanya, 80% orang yang mendatangi bar ini ternyata berada di ruangan yang ukurannya memang jauh lebih besar dari pada ukuran bar utama yang berada di atas tersebut, mayoritas orang lebih suka dan lebih memilih untuk berada di sini dari pada di bar utama.

Seketika itu juga Daniella menyunggingkan senyuman kecil di bibirnya karena dia merasa sedikit takjub dengan 'pesona' yang 'disuguhkan' oleh bar bawah tanah ini. Terlihat juga ada tatapan takjub dari sepasang bola mata indah sang gadis yang berwarna cokelat gelap.

Meskipun demikian, sebenarnya dia juga cukup bingung sebab dari atas dan dari luar, keberisikan di sini sama sekali tidak terdengar, membuat bar ini secara keseluruhan terlihat sepi, walaupun memang aktifitas orang-orang yang keluar-masuk hampir tidak ada hentinya.

Ada beberapa alasan rasional yang dapat menjawab kebingungan gadis itu, salah satunya adalah karena ruangan ini dibuat cukup dalam di bawah tanah, membuat tangga yang menghubungkannya dengan bar utama di atas juga cukup panjang dikarenakan kedalaman ruangan ini, selain itu, pintu yang menjadi pembatas antara bar utama dan bar bawah tanah terbuat dari kayu yang sangat tebal dan cukup berat, memungkinkan suara-suara keberisikan di bar bawah untuk tidak mudah menyebar luas sekalipun terdapat beberapa lubang ventilasi di sekitar pintu pembatas.

Usai terdiam selama beberapa detik untuk memandangi suasana di sini, Daniella akhirnya melangkah maju menuju konter seraya melihat kesana-kemari dengan harapan akan menemukan Andrew walaupun pada akhirnya perhatiannya teralihkan ke orang-orang yang berdansa dan para pemain musik yang mengiringi mereka, sampai-sampai dirinya tidak sadar kalau dia sudah sampai di konter.

Gadis itu bahkan menabrak satu-satunya kursi kosong di meja panjang konter, membuat orang-orang yang menduduki kursi-kursi lainnya di meja panjang konter menoleh kepadanya meskipun sebagian besar hanya melakukan hal itu selama 3 detik saja.

"Uh, maaf," ujar Daniella, dia kemudian terkekeh malu, sebelum akhirnya duduk di kursi kosong tersebut.

Sang gadis sebenarnya ingin langsung menanyakan keberadaan Andrew kepada bartender-bartender di sini, tetapi mereka masih sibuk melayani pelanggan-pelanggan lain, jadi Daniella hanya bisa menunggu sambil menggoyang-goyangkan kedua kakinya sebab dirinya ingin segera berbicara dengan Andrew.

'Semoga saja bartender-bartender ini akan memberikan jawaban yang kuinginkan,' pikir gadis tersebut.

'Aku mulai sangat ketakutan kalau besok akan menjadi hari terakhirku mendatangi perkebunan Billy,' lanjutnya, dia memang mulai terlihat sangat gelisah dan ketakutan sekarang.

"Aku tidak berbohong," ucap sebuah suara yang tidak asing bagi kedua telinga Daniella, suara tersebut terasa sangat dekat darinya, membuat sang gadis langsung menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mengetahui suara siapa itu tadi, dan hasilnya, dia mendapatkan sosok yang baru dikenalnya hari ini ternyata duduk tepat di sebelah kirinya sekarang.

Ya, Andrew.

Pria tersebut ternyata memang berada di sini, dan dia duduk tepat di sebelah kiri Daniella, dia jugalah mengucapkan "aku tidak berbohong" itu tadi.

"Pak! Akhirnya saya menemukan Anda!" Daniella berseru dengan antusiasme yang sangat tinggi. "Huft." Dia lalu menghembuskan napas lega, membuat Andrew merasa heran karena dia pikir gadis tersebut marah padanya. Sang pria lantas meliriknya seraya meminum birnya sedikit.

"Tunggu dulu, kenapa Anda mengatakan 'aku tidak berbohong' tadi?" tanya Daniella kepada pria itu, dia mendadak tampak bingung, dan kebingungannya tersebut terlihat jelas dari raut wajahnya saat ini.

"Perubahan sikapmu itu menggelikan sekali," ujar Andrew. "Tenang saja, kau tidak akan dipecat, tapi lain kali gunakan otakmu sebelum berbicara," lanjutnya dengan sangat dingin, lirikan dingin dari sepasang bola matanya terasa sangat tajam bagi Daniella, kesan tajam itu tercipta karena Andrew tidak menoleh ke gadis tersebut, wajahnya menghadap ke depan, namun ia tetap berbicara kepadanya sambil melihat ke sepasang bola mata sang gadis dengan sebuah lirikan dingin, singkatnya, itu adalah sebuah averted gaze yang sangat dingin, sehingga menciptakan kesan tajam dan menusuk.

Daniella tentunya syok mendengar hal yang dikatakan oleh Andrew barusan, terlebih lagi tatapan dari kedua bola mata pria itu tadi terasa seperti ribuan pisau yang menghunjamnya. Sampai sekarang gadis tersebut tidak tahu dimana letak kesalahannya, jadi dia hanya bisa terdiam dalam rasa bingung dan syoknya sekarang.

avataravatar
Next chapter