18 Dia dan Aku Tak Mungkin Bersatu (8)

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Memikirkan hal itu, Lin Ya tak kuasa menahan diri dan melirik ke arah Ji Yi dengan sorot mata sedingin es.

Selama makan malam berlangsung, Li Da dengan lancarnya berbicara— hampir sepanjang waktu.

Topik percakapannya kebanyakan berpusat pada masa-masa kejayaan He Jichen ketika masih SMA.

Di tengah-tengah percakapan, Li Da mendadak teringat bahwa dia tidak punya nomor kontak He Jichen, padahal makan malam hampir usai. Ia menengok ke arah He Jichen, yang tidak banyak bicara selama makan malam, dan berkata, "Kak Chen, Aku hampir lupa. Aku belum memberimu nomor ponselku. Apa kau punya WeChat? Ayo saling menambahkan sebagai teman; setelah itu, akan kukirimkan nomorku."

He Jichen meraih ponselnya dan menyentuh layarnya, lalu menyerahkannya pada Li Da.

Li Da mengambil ponsel itu dan memindai layarnya menggunakan ponsel miliknya.

Baru saja Li Da hendak mengembalikan ponsel itu kepada He Jichen, dengan malu-malu Tang Huahua bertanya, "He Xuezhang, apa aku juga boleh menambahkanmu ke WeChat-ku?"

Segera Li Da menoleh ke arah He Jichen, yang mengangguk pelan. Kemudian, pemuda itu menyerahkan ponselnya ke Tang Huahua.

Tang Huahua berdiri dengan riang dan memindai kode QR akun WeChat milik He Jichen. Melihat ini, Bo He juga menambahkan He Jichen ke kontak WeChat-nya. Lin Ya yang sudah memiliki nomor ponsel He Jichen tapi belum memiliki kontak WeChat-nya, juga mengambil ponselnya untuk ikut memindai.

Mereka semua sudah menambahkan He Jichen ke kontak mereka, kecuali Ji Yi, yang diam-diam meneguk tehnya dengan kepala tertunduk.

Melihat semua temannya kecuali Ji Yi telah memindai WeChat milik He Jichen, Li Da bertanya sambil lalu, "Xiao Yi, apa kau tidak mau menambahkan akun WeChat Kak Chen dan memberinya nomormu?"

Ji Yi berhenti meneguk tehnya dan menatap warna kemerahan teh itu untuk sesaat. Akhirnya ia mendongak dan berbohong dengan wajah polos, "Aku lupa membawa ponselku; tadi ketinggalan di kamar hotel."

Setelah mendengar jawaban Ji Yi, tanpa berpikir dua kali, Li Da mengembalikan ponsel He Jichen. Lalu dia mengutarakan pertanyaan yang ada di benaknya, "Omong-omong, kenapa kalian panggil Kak Chen, 'Xuezhang'? Seingatku, dia tidak pernah belajar di Akademi B-film..."

Merasa hal itu bukanlah urusannya, Ji Yi kembali menundukkan kepala.

Sudut matanya menangkap sekilas dagu He Jichen. Ia tidak yakin akan apa yang dilihatnya, tapi dagu pemuda itu terlihat tegang. Ekspresinya menyorotkan perasaan dingin yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

"He Xuezhang belajar di Akademi B-film..." sahut Bo He.

Dengan mulut dipenuhi makanan, Tang Huahua mengangguk mengiyakan.

Dengan suara pelan nan lembut, Lin Ya menambahkan cerita Bo He, "...He Dage mengambil program penyutradaraan, sedangkan kami di program akting. Jurusan kami berbeda."

Ji Yi baru saja akan melanjutkan minum teh, namun mendengar kata-kata Lin Ya, mendadak ia berhenti mengangkat cangkirnya.

He Jichen masuk tingkat SMA lebih awal, tapi ia merupakan murid paling pintar di Sucheng. Dengan nilai ujian penerimaan Perguruan Tinggi yang paling tinggi di tingkat nasional, bukankah seharusnya dia diterima di Universitas ternama 'S'? Sampai hari ini, dia masih merupakan sebuah legenda di Sucheng; mengapa dia berganti jurusan dan meninggalkan bangkunya di universitas bergengsi untuk masuk ke Akademi B-film?

"Kak Chen, apa tidak salah?" Li Da tak sengaja menyenggol mangkuk di sebelah tangannya, dan suaranya parau, seakan ia baru saja mendengar hal paling konyol. "Kau meninggalkan posisi yang luar biasa di universitas bergengsi dan masa depan yang terjamin cerah…. Kau sungguh tidak ingin meneruskan bisnis keluargamu hanya untuk bergabung dengan B-film?"

Berbanding terbalik dengan Li Da yang gaduh, He Jichen terlihat santai seperti biasanya sambil meminum teh, seakan-akan yang dibicarakan oleh semua yang ada di sana bukanlah dirinya.

avataravatar
Next chapter