12 Aku dan Dia Tak Akan Pernah Bersatu (2)

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Sembarang Orang... dengan masih memegang buku di tangannya, ujung jemari Ji Yi membeku.

Jauh di dalam benaknya, Ji Yi bersyukur memiliki buku yang bisa dipandangi. Sebelum Lin Ya mengatakan hal lain, dengan sopan Ji Yi melihat ke arahnya. Jika tidak begitu, dia benar-benar tak tahu bagaimana harus bersikap terhadap perkataan He Jichen.

Setelah mengutarakan perkataannya, He Jichen tak berlama-lama di sana. Dia berbalik dan berjalan ke luar meninggalkan ruang kamar itu dengan rasa canggung yang masih tersisa.

Lin Ya berdiri dengan raut wajah tak berdaya saat menatap punggung He Jichen lalu kembali melihat ke arah Ji Yi. Dia ingin mengatakan sesuatu tapi tak tahu bagaimana memulainya.

He Jichen yang sudah berjalan agak jauh menyadari bahwa Lin Ya belum berjalan menyusulnya. Maka dia berkata, "Ayo pergi."

Lin Ya dapat mendengar dengan jelas suara He Jichen yang sudah tidak sabar. Dia mengerutkan bibirnya lalu pergi dengan berkata, "Maaf, Xiao Yi...". Lalu dengan cepat Lin Ya berlari keluar dari kamar, menutup pintu dan mengejar He Jichen.

Tersisa Ji Yi seorang diri di kamar asrama. Dia tetap berada dalam posisinya dan menatap ke arah buku dengan raut wajah yang tenang untuk waktu yang lama sebelum akhirnya berkedip perlahan. Gadis itu lalu mengangkat jari-jarinya dan membalik halaman.

Dia terus menatap kata-kata yang ada di halaman buku itu tanpa bergeming.

--

Ketika Ji Yi menolak tawaran Lin Ya dengan mengatakan "Aku sudah punya rencana malam ini", dia bukan sekedar beralasan. Meskipun bukan sesuatu yang penting, Ji Yi memang punya rencana malam itu. Kemarin, ayahnya baru saja kembali dari perjalanan bisnisnya ke Hong Kong, sehingga ibunya memintanya untuk pulang ke rumah dan makan malam bersama.

Akademi B-film terletak cukup dekat dengan rumah Ji Yi. Dia ingin menyelesaikan membaca buku yang ada tangannya terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. Namun, kemunculan He Jichen barusan telah merusak suasana hatinya, maka pada akhirnya Ji Yi mencampakkan buku itu dan memutuskan untuk pergi lebih awal.

Dia tiba di rumah sebelum pukul lima. Orang tuanya sepertinya sedang keluar karena tidak ada orang di rumah, maka Ji Yi langsung menuju kamarnya.

Karena tak sempat beristirahat di siang hari, Ji Yi merasa sedikit mengantuk. Segera setelah naik ke kasur, dia tertidur.

Ji Yi tak begitu yakin berapa lama dia tertidur, namun dia bangun dari mimpinya karena mendengar suara seseorang yang sedang berbicara.

Langit di luar terlihat gelap, angin malam bertiup pelan menghembuskan aroma harum dari bunga Osmanthus dari lantai bawah.

Suara TV yang samar terdengar dari luar kamar yang membuat Ji Yi berpikir bahwa orang tuanya pasti sudah kembali ke rumah.

Ji Yi turun dari kasur. Pertama-tama dia pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, lalu membuka pintu dan berjalan keluar.

Sesekali Ji Yi mendengar ayahnya yang sedang berbicara di ruang tamu dan berpikir bahwa ia sedang berbicara di telepon. Gadis itu tak terlalu memikirkannya dan berjalan menuruni tangga.

Baru setelah menapakkan kakinya ke lantai dasar, ia mendengar suara orang lain. Namun karena suara orang itu pelan, Ji Yi tak bisa menebak siapa pemiliknya.

Mereka sedang kedatangan tamu... dengan santai Ji Yi berjalan ke arah sofa yang ada di ruang tamu di mana dia melihat seorang pria duduk di sofa Eropa di hadapannya.

Karena sedang melihat ke arah ayahnya, hanya bagian belakang kepala pria itu yang bisa terlihat oleh Ji Yi. Namun dengan cepat dia menyadari siapa pria itu walaupun hanya melihat sekilas.

Langkah kaki Ji Yi perlahan terhenti.

Bukankah He Jichen sedang berada di pesta taman bersama Lin Ya? Bagaimana bisa dia berada di rumahku?

Sebelum pulih dari rasa tercengangnya, ayahnya menyadari kehadiran gadis itu di ruangan. "Xiao Yi, lihat siapa yang datang!"

avataravatar
Next chapter