11 Aku dan Dia Tak Akan Pernah Bersatu (1)

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

"Xiao Yi... apakah kau dan He Dage dulu saling mengenal?"

He Jichen yang mendengar itu tiba-tiba menghentikan tangannya yang semula terangkat untuk mengetuk pintu. Setelah beberapa detik, dia mendengar Ji Yi berkata dengan suara datar dan rendah, "Tidak."

...

Di dalam ruangan asrama.

Suara Lin Ya terdengar kecewa, "Oh, aku kira kau dan He Dage mengenal satu sama lain... Aku sangat penasaran seperti apa dia sewaktu sekolah..."

Ji Yi tak memberikan respon apapun.

Lin Ya berkata lagi, "Tapi, Xiao Yi, He Dage sangat tampan. Dia dulu pasti sangat terkenal, kan? Di sekolah, apakah kau pernah mendengar cerita apapun tentangnya?"

Kali ini Ji Yi tidak terlalu ragu dan segera menjawab, "Aku tak terlalu memperhatikannya."

"Oh, begitu…," menyadari bahwa ia tak bisa mengorek dari Ji Yi informasi apa pun tentang He Jichen, Lin Ya yang merasa malu akhirnya memilih diam.

Suasana menjadi hening untuk sesaat. Setelah Lin Ya berdandan, dia bangkit berdiri seakan baru terpikirkan sesuatu. Dia berkata, "Ah, benar! Xiao Yi, He Dage mengundangku dua hari yang lalu untuk pergi ke pesta temannya di Suyuan malam ini. Akan ada banyak kesempatan bagus dalam industri perfilman. Katanya, karena kita belajar akting, kita harus pergi dan bersosialisasi. Mungkin hal ini akan membantu kita di masa mendatang. Apa kau mau pergi?"

Yang kuharapkan hanyalah tidak berurusan lagi dengan He Jichen sepanjang hidupku. Untuk apa aku pergi ke pesta yang dia datangi?

Secara refleks Ji Yi menjawab, "Tidak..."

Setelah berkata demikian, Ji Yi sesaat menyadari sikapnya yang tidak sopan. Dia segera mengubah nada bicaranya dengan menambahkan, "... Aku sudah punya rencana lain malam ini."

Lin Ya bertanya, "Apa itu penting? Jika tidak, batalkan saja dan pergilah denganku! Tidak mudah bagi kita untuk berbaur dengan orang-orang dalam industri ini. Akan sangat disayangkan kalau kesempatan yang langka ini tak diambil."

"Terima kasih, Lin Ya. Aku sangat menghargai kebaikanmu, tapi aku benar-benar..."

Belum sempat Ji Yi menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara ketukan dari arah pintu.

Lin Ya yang berada paling dekat dengan pintu terkejut dan bergegas membukanya. Melihat He Jichen yang berada di depan pintu membuat Lin Ya tertegun sesaat sebelum akhirnya senyuman muncul di wajahnya. "He Dage, kenapa kau datang menjemputku?"

He Jichen tidak menjawab ataupun melangkah memasuki kamar itu. Dia hanya berdiri di ambang pintu dengan ekspresi wajahnya yang dingin dan datar.

Mendengar perkataan Lin Ya, Ji Yi menyadari bahwa orang yang baru saja tiba itu adalah He Jichen. Ji Yi tetap menatap bukunya dengan tenang, berpura-pura bahwa dia sedang asyik membaca buku sehingga tak menyadari seseorang datang. Dia bahkan tidak melirik ke arah pintu.

Karena khawatir He Jichen akan tidak sabar menunggu, Lin Ya bergegas menuntaskan persiapannya. "He Dage, ayo pergi."

He Jichen masih tidak mengatakan apapun, tapi hanya memberikan anggukan kecil dan menegakkan dirinya. Ketika hendak pergi, dia melirik sekilas ke tempat dimana Ji Yi duduk. Pandangannya tak terarah kepada gadis itu, melainkan ke tempat sampah yang terletak di samping meja.

Meskipun Ji Yi sudah menutupinya dengan tempat sampah, He Jichen tetap dapat melihat jelas gelas teh susu yang masih utuh di dalamnya.

Terlihat bagaimana teh susu itu masih dalam keadaan yang sama, belum diminum sama sekali dan dibuang begitu saja ke tempat sampah.

Lin Ya berjalan dua langkah ke pintu sebelum dia berhenti dan menoleh ke Ji Yi, "Xiao Yi, kau sungguh tak ikut denganku---"

Belum sempat Lin Ya menyelesaikan perkataannya, He Jichen akhirnya berbicara dari depan pintu. Suaranya terdengar kasar dan agak dingin, "Pesta malam ini tidak terbuka untuk siapa saja. Jangan mengajak sembarang orang!"

avataravatar
Next chapter