2 Pertemuan

Author POV.

Annisa berlari cepat menembus lautan manusia yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, ada sebagian orang yang melihat yang melihat bingung, ada juga yang menatap aneh tapi tidak ada niat untuk mereka membantu Anisa yang manis menangis pilu.

Apa lagi yang lebih menyakitinya dari pengkhianatan suami terhadap istrinya.

Jika suaminya memiliki seorang anak dari wanita lain mungkin dia masih mau menerimanya tapi perselingkuhan.

Tidak, dia memang tidak cantik dan tapi dia juga tidak bodoh dengan mau saja terima di selingkuhi.

Anisa mengeluarkan ponsel jadulnya dari dalam tas kucel miliknya dan menghubungi mertuanya.

"Assalamualaikum ma, Nisa lihat mas Adrian di hotel sama sekertarisnya" kata Anisa dengan berlinang air mata.

"Oh jadi kamu udah tau ya, baguslah kamu lihat sendiri kan. Diana cantik dan berpendidikan tidak seperti dirimu yang buluk dan cuma tamatan SMP" balas Wenny kejam.

Anisa menutup mulutnya dengan tangannya dan menahan dirinya untuk berteriak melampiaskan kekecewaannya.

"Mama tahu mas Adrian selingkuh ?" Tanya Anisa dengan Isak tangisnya semakin besar.

"Iya saya tahu, dan menurut saya Adrian sudah benar dengan berselingkuh dengan Diana dan meninggalkan wanita buruk rupah seperti mu, dengar baik-baik yang Anisa, Diana itu jauh lebih baik dari kamu. Lagian saya malu sama temen-temen saya jika menantu saya itu mirip pembantu dari pada nyonya besar dari keluarga setomo"  kata Wenny lagi.

Anisa mematikan ponselnya hatinya sudah tidak kuat lagi jika harus mendengar perkataan kejam mertuanya yang sama sekali tidak memiliki hati itu.

Anisa sangat tau jika mertuanya itu tidak menyukainya tapi apa harus menyakitinya dengan kata-kata kejamnya.

Anisa menyekat air matanya dan berjalan tanpa arah depan pandangan kosong bahkan guyuran hujan pun sama sekali tidak Anisa perdulikan yang Anisa pikiran bagaimana caranya menghilangkan bayang-bayang suaminya dengan selingkuhannya dan juga sakit di dadanya.

Hatinya sesak saat memikirkanya pengkhianatan suami serta perkataan mertuanya.

Hanya ayah mertuanya saja yang baik padanya dan sayang padanya.

Yang lain hanya menggagapnya pembantu dan parasit di rumah mewah setomo.

Ponsel bututnya berbunyi nyaring di tengah-tengah lebatnya hujan.

Kening Anisa menyergit bingung saat nama ibunya di kampung terpampang jelas di layar ponselnya.

"Halo Bu" sapa Anisa lirih wanita rapuh itu mati-matian menahan air matanya.

"Halo Anisa kamu bodoh ya, kok tiba-tiba ibu Wenny menelpon ibu dan bilang kamu akan bercerai dari anaknya, ibu enggak mau tahu ya Anisa kamu enggak boleh Sampai cerai dari Adrian bagaimana dengan adik-adik mu dan ibu di kampung kalau tidak menerima kiriman uang dari Adrian lagi" maki Ningsih pada anak perempuan pertama ibu.

"Nisa udah enggak kuat lagi Bu, mas Adrian selingkuh sama sekretarisnya" balas Anisa dengan Isak tangisnya.

"Memangnya kenapa, laki-laki selingkuh dan poligami itu udah biasa jadi untuk apa lagi kamu tangisin Nisa, pokoknya ibu enggak mau tahu kamu enggak boleh Sampai cerai dari Adrian, mau makan apa kita nanti, bukan lagi kamu enggak hamil-hamil, jangan kamu mandul ya Nisa" kata Ningsih sinis di akhir kalimat.

"Ya ampun Bu, Nisa enggak mandul mas Adrian yang mau Nisa pake KB biar enggak punya anak dulu, dia bilang dia belum siap punya anak Bu" kata Anisa.

"Cih..enggak usah banyak alasan kamu nis, mandul ya mandul aja. Pokoknya jangan sampai kamu cerai dari Adrian atau ibu dan bapak enggak akan terima lagi kamu di rumah ini" balas Ningsih kejam.

Anisa menangis keras di tengah guyuran hujan yang semakin lebat mengguyur tubuhnya kecilnya. Kepalanya semakin pusing dan tubuh gemetar kedinginan.

Lampu terang menyorot tubuh kecilnya sebelum jatuh ke tidak sabarkan diri.

Batinnya tertawa hambar ternyata ini akhir hidupnya.

.

.

.

.

.

.

Seorang pria tampan dengan wajah dinginnya duduk dengan nyaman di atas kursi rodanya dengan di dorong oleh sekretaris pribadinya.

Daniel Radcliffe, begitulah orang mengenalnya taipan tanpa asal London.

Pria cacat bertangan dingin.

Pemilik 30 perusahaan Berlian dan juga perusahaan Emas. Pria yang selalu menjadi incaran bagi awal media di seluruh dunia.

Bukan hanya menguasai perusahaan Berlian dan Emas tapi Daniel Radcliffe adalah seorang milyuner muda dengan segudang kemewahan yang punya serta harta yang di wariskan untuk oleh orang tuanya.

Kesuksesan seorang Daniel tidak mampu memikat hati para wanita yang selalu mengutamakan ke kesempurnaan di atas segalanya.

Daniel Radcliffe memang seorang milyuner muda dan pria tampan dengan tubuh profesional tapi tidak dengan kedua kakinya yang membuat semua wanita berpikir ribuan kali untuk menjadi istrinya.

"Kita langsung pulang ke rumah orang tua anda atau ke apartemen anda, tuan Daniel ?" Tanya Lauren.

Wanita cantik bak porselen itu adalah sekretaris pribadi Daniel, Lauren sudah berkerja selama 6 tahun dengan Daniel itu yang membuat mereka terlihat seperti seorang teman.

"Langsung pulang ke apartemen Ku saja Lauren" jawab Daniel datar.

Semua orang yang berada di bandara menatap Daniel iba sedang yang di tatap hanya memberikan tatapan datar.

Cih... seorang Daniel Radcliffe tidak butuh tatapan iba dari mereka.

Lauren tersenyum lebar menambah kadar kecantikan saat melihat putra yang tidak lain adalah pria yang di sukainya. Sekaligus orang kepercayaan Daniel.

"Mari saya bantu tuan" kata putra datar.

Sedangkan Lauren mengendus kesal saat putra sama sekali tidak menatapnya.

Memangnya apa kurangnya hingga pria tampan berdarah Indonesia itu tidak mau sekalian menatapnya dan itu benar-benar menjatuhkan harga dirinya.

Daniel duduk dengan nyaman di dalam mobilnya setelah putra membantunya untuk duduk di jok belakang mobil mewah miliknya.

Kedua mata dingin Daniel Radcliffe tertutup rapat hampir 15 jam dia terduduk di dalam pesawat pribadinya cukup membuatnya lelah dan pusing.

Daniel memijat pelan keningnya yang semakin lama semakin nyeri saja.

Daniel tersentak kaget hingga tubuhnya terdorong ke depan saat mobil mewah yang di Kendari oleh putra berhenti mendadak.

"Maaf tuan, di depan ada wanita yang sedang pingsan" kata putra.

"Biar kan saja" balas Daniel datar, dia bukan malaikat hingga semua orang yang susah harus dia tolong.

Putra baru saja akan menyalahkan mesin mobilnya sebelum suara cempreng milik Lauren menghentikan putra dan membuat Daniel menatap malas.

"Tunggu, enak aja kalian langsung pergi di mana hati nurani kalian, cepat tolong wanita itu" kata Lauren kesal.

"Tidak, jalan kan mobilnya" tolak Daniel.

"Baiklah jika Kalian tidak mau menolongnya aku yang akan turun dari sini" kata Lauren datar sambil membuka pintu mobil mewah milik Daniel.

"Baiklah, putra bawa wanita itu ke dalam mobil" balas Daniel mengalah membuat Lauren tidak dapat menyembunyikan senyum lebarnya.

........

TBC

avataravatar
Next chapter