6 Part 6

      Alunan musik seakan menguasai seluruh sistem pendengarannya. Dari sebuah speaker berukuran kecil yang berada disudut mobil mewah itu. Tampak keberadaan dua manusia gila yang berada dibagian depan. Ada yang tengah menyetir dan ada yang hanya duduk santai disamping pengemudi. Tapi yang jelas, saat ini bukan itu yang membuat Yoona mendadak bad mood. Lalu? Mulut mereka tak henti-hentinya bernyanyi layaknya tengah diatas panggung besar.

     "I hate this love song.. I hate this love song.." nyanyian kakak beradik yang akur pada saat mendengarkan musik itu berhasil mengusik ketenangan Yoona. Lalu kenapa Yoona ada bersama mereka? Karena ia terpaksa harus ikut. Mari memintanya untuk menemani Somi bertemu dengan seorang guru, tanpa memberikan alasan yang jelas. 

     "Eonni, kenapa kau diam saja? Kau tidak suka lagu ini?" teriak Somi ketika musik berganti. Bukannya menjawab, Yoona memilih mengalihkan pandangannya keluar mobil. Baru saja Somi hendak membuka suaranya lagi, alunan musik kembali terdengar, hal itu membuatnya kembali terpaku pada suaranya member Bigbang, dan mereka pun kembali menggila.

`

     Setelah bersusah payah menahan kesal dikarenakan alunan musik yang terlalu menganggu –menurut Yoona—kini dirinya malah kembali kesal setelah melihat sekumpulan gadis labil sedang memperhatikannya sambil berteriak histeris. Tetapi ia sadar, bukan dirinya yang membuat mereka seperti itu. Tetapi pria itu. Oh Sehun. 

`

     Dengan gagah ia membuka pintu untuk Somi–tidak untuk Yoona—tersenyum manis kepada adiknya itu, lalu menutup  kembali pintunya dan masuk kembali ke dalam mobilnya. Tal lupa menurunkan kacanya untuk berpamit sejenak. Terlihat berusaha cool dan nyatanya memang berhasil membuat gadis-gadis labil yang ada disana melompat kegirangan. Kepergian Sehun lah yang pada akhirnya membubarkan mereka semua. Lumayan membuat Yoona shock berat. Tidak menyangka akan melihat tontonan aneh seperti itu lagi. 

     "Berapa lama aku harus menunggumu?" tanya Yoona sembari mengamati apa yang tertangkap oleh matanya.

     "Sebentar saja, kau hanya perlu menemaniku menemuinya." jawab Somi yang sudah berjalan mendahuluinya.

     "Memangnya siapa yang harus kau temui?"

     "Seorang dokter."

`

--

`

     "Eonni, kau kenapa?" Somi memperhatikan Yoona yang terus-terusan memicingkan matanya, seakan tidak ingin menangkap tontonan yang tidak seharusnya ia lihat.

     "Kita harus menunggu berapa lama lagi?" ujarnya yang masih memicingkan matanya. Mereka duduk berdampingan didepan sebuah ruangan yang menghadap ke lapangan bola kaki yang super luas.

     "Tunggu saja. Oh, itu dia." mata mereka langsung terpaku pada seorang pria berjubah putih, dengan sebuah kacamata yang menghiasi wajah pria itu. Berjalan dengan tenang mendekati mereka. Jubah putihnya terhempas angin. Rambut rapinya yang terjaga oleh jel tak kuasa menahan hempasan angin. Tapi yang begitu mencuri pandangan Yoona bukanlah jubahnya, rambutnya ataupun kacamatanya. Wajahnya lah yang menetap lekat diingatan Yoona.

     "Oo? Yoona-ssi?" kata dokter tampan itu ketika berhadapan dengan Yoona.

`

--

`

     "Lima hari? Kenapa begitu lama? Oppa, aku minta maaf.. Bisakah kau menguranginya?" ujar Somi berlaku manja. Ia terlihat sudah terbiasa menghadapi dokter itu.

     "Maaf, aku tidak bisa melakukannya. Hal ini bukan aku yang berkuasa. Lagi pula temanmu terluka parah, aku rasa kau pantas mendapatkannya. Jadikan ini pelajaran, jangan pernah membalaskan dendam siapapun." pria itu lebih pantas menjadi kakaknya, bahkan Sehun yang merupakan kakak kandungnya tidak pernah berbicara sehangat itu padanya. "Ya baiklah." Somi taklagi bersemangat."Yoona-ssi, kau mengenalnya?" tanya Jongin pada Somi seraya melirik keluar ruangan—dimana Yoona berada—karena Yoona memilih untuk tetap duduk diluar sana."Dia gadis yang pernah kuceritakan padamu oppa. Gadis Busan yang akan menjadi keluarga baru kami."

     "Aa." mereka berdua asik mengobrol. Sedangkan Yoona, ia tengah duduk santai sembari mengamati lapangan bola kaki yang ada dihadapannya.

`

     Terlihat olehnya seorang gadis sedang menyapu di pinggiran lapangan bola kaki—yang dipenuhi dengan pepohonan. Sayangnya jarak membuat Yoona tidak bisa melihat dengan jelas wajah gadis itu. Tanpa ia sadari, matanya tak luput dari gerak-gerik gadis tersebut. Dari yang Yoona amati, gadis itu tampak sangat kelelahan—karena terus-terusan menyeka keringat di keningnya—mungkin dikarenakan keberadaan daun kering yang terus berguguran. Hingga akhirnya Somi menegurnya, barulah Yoona melepaskan pandangan dari gadis itu.

     "Eonni, ayo!" kata Somi. Dokter tampan itu juga sudah berada diluar bersama mereka. Sadar bahwa si dokter tengah mengamatinya, Yoona yang memang tak banyak berkata memilih tersenyum tipis sebagai salam perpisahan. Mereka mulai melangkah menuju gerbang sekolah sedangkan si dokter sudah kembali masuk kedalam ruang kerjanya.

     "Kau berkelahi?" tanya Yoona—karena tadinya sempat mendengar perbincangan mereka. Somi hanya tersenyum lebar kepadanya. Ketika itu mata Yoona secara reflek kembali melihat kearah lapangan bola kaki. Ekspresi wajahnya mendadak berubah serius dan langkahnya pun terhenti, begitu juga dengan Somi.

     "Eonni, ada kenapa?" Somi ikuti arah pandangannya. Seperti sedang mencoba mengingat sesuatu, Somi ikut berlaku serius. "Eonni, bukankah dia yang kemarin kau bawa kerumah?" tebak Somi dengan sangat yakin.

     "Hmm." jawab Yoona yang ternyata sudah menyadarinya sejak awal. Bahwa gadis yang memegang sapu itu adalah Krystal. 

     "Aku baru mengingatnya. Selama ini aku sering melihatnya menyapu di area sekolah ini."

     "Apa?" Yoona menatap Somi tak percaya, lalu kembali melayangkan pandangannya kepada gadis itu—yang tak lain yaitu Krystal. Tampak disana Krystal yang tak lagi sendirian. Ada 4 orang siswi yang tengah menarik paksa dirinya. Krystal terlihat menolak tetapi keempat siswi itu berlaku kasar sehingga membuat Krystal terpaksa mengikuti perintah mereka.

     "Tapi, ketika kau membawanya kerumah. Bukankah dia mengenakan seragam sekolah?" sementara keberadaan Krystal sudah tak terlihat, Yoona dan Somi masih saja berdiri disana, 2 meter sebelum gerbang sekolah. "dari mana dia mendapatkan seragam sekolah? Kalau memang dia sekolah disini, kenapa dia menyapu—"

     "Apa kau yakin?" Yoona mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang telah terjadi. 

     "Apa?"

     "Kalau dia bekerja disini?"

     "Aku tidak bilang dia bekerja disini. Hanya saja aku sering melihatnya menyapu di sekolah kami. Tapi melihat seragam yang dia kenakan—"

     "Dia sudah terlalu tua untuk sekolah." sambar Yoona. Karena dulunya Krystal hanya berbeda satu angkatan saja dengannya. "mungkin dia memang bekerja disini." Yoona mencoba untuk tidak memikirkannya dan memilih lanjut melangkah meninggalkan gedung sekolah.

     "Eonni! Kau mau pergi begitu saja? Tidak membantunya? Kupikir dia sedang dalam bahaya." tidak merespon, Yoona terus melangkah melewati gerbang sekolah. "mereka yang menarik Krystal adalah geng paling ditakuti disekolah ini. Mereka juga penyebab aku dihukum. Eonni! Kau tidak mendengarku? Yak eonni!!!  Aku serius! Mereka benar-benar kejam!" tampak meringis geram, dengan sigap Yoona berbalik lalu berlari kencang guna mencari keberadaan Krystal. "eonni, tunggu aku!" dan Somi mendadak bersemangat.

`

--

`

     Krystal terus mendapatkan pukulan. Dari gerak geriknya, sepertinya dia tidak sanggup melawan. Untuk seumuran mereka, aksi pemukulan itu sudah kelewat keji. Mereka bahkan tidak segan-segan menendang perut hingga kepala Krystal dengan sangat kuat. Anehnya Yoona belum berniat membantunya, dari kejauhan ia hanya merenung sambil terus mengamati mereka. Sedangkan Somi, ia sudah tidak sabar untuk berlari kesana lalu menghajar mereka—entah karena iba melihat keadaan Krystal atau memang karena ia gemar berkelahi.

     "Eonni, kau akan diam saja seperti ini? Kita harus membantunya!!" desak Somi yang sudah kepanasan dengan gairah untuk berkelahi.

     "Jika kau ingin membantunya, pergilah." Yoona masih saja berlaku santai. Terlalu sulit menahan dirinya, Somi tidak lagi berdiam diri. Ia langsung berlari kearah mereka. Kehadiran Somi membuat mereka tertawa, bahkan ada yang mencoba memukul Somi.

     "Yak! Kau sedang apa disini? Bukankah kau sedang di hukum?" tanya salah satu siswi yang ada disana. Somi amati terlebih dulu keadaan Krystal, bernafas pun sepertinya ia sudah tidak mampu.

     "Jadi ini yang kalian lakukan? Menghajar gadis lemah sepertinya, beramai-ramai? Hahaha.." ucapnya dengan sombong diikuti tawa renyahnya. "bangun, ayo pergi dari sini." tegur Somi, namun kondisi Krystal terlalu lemah. Bahkan untuk berdiri saja tidak bisa. 

     "Bukan dia yang seharusnya pergi, tapi kau!" ujar salah satu siswi yang ada disana seraya mendorong tubuh Somi.

     "Hah, yak, apa sih yang kalian mau darinya? Kenapa harus memukulnya hingga seperti ini?!!" balas Somi yang juga mendorong balik tubuh siswi itu.

     "Yang kami mau? Tanya saja padanya." melihat pandangan mereka yang memandang jijik Krystal membuat Somi penasaran. Ragu-ragu ia melangkah mendekati Krystal. Ia berjongkok untuk dapat menatap Krystal—yang sudah tergeletak lemah—dengan mata sayu Krystal balas menatapnya. "Apa maksud mereka?" bisiknya. Tapi Krystal hanya menggeleng sembari menangis ketakutan. Somi memejam matanya sejenak. Sesungguhnya ia tidak terlalu peduli dengan Krystal, tapi entahlah. Ia merasa kini gadis itu membutuhkan pertolongannya.

     "Sudahlah, kau pergi saja. Urusan kami dengannya belum selesai." kata siswi lainnya yang tanpa belas kasihan menyiram Krystal dengan sisa minumannya. Tentu Krystal meringis kesakitan—karena bayak luka ditubuhnya. Terlalu membuatnya geram, Somi reflek menendang siswi itu.

    "Yak!  Kau gila?!!" Somi berniat memukul siswi itu, tapi tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh seseorang.

     "Hentikan." itu Yoona. "wah, kita berjumpa lagi disini." ujar Yoona mencoba menyapa keempat siswi yang ada disana. "masih ingat denganku kan?" Yoona memang tersenyum, tapi senyuman di wajahnya tampak sangat menyeramkan. Keempat siswi itu saling pandang-pandangan mencoba mengingat wajah Yoona. Dan mendadak wajah mereka seketika tampak ketakutan. "kemarin kita tidak sempat berkelahi bukan? Karena kalian memilih kabur begitu saja. Mau kita lanjutkan sekarang saja?" Somi yang tak memahami perkataan Yoona tampak kebingungan dan memilih menghampiri Krystal.

     "Hahaha.. Memangnya kau berani memukul kami disini? Ini sekolah kami!" tantang salah satu dari mereka, walau begitu ekspresi wajahnya tidak bisa menyembunyikan raut ketakutan.

     "Oho, kenapa tidak?" dengan sisa senyuman diwajahnya, Yoona melangkah cepat menuju salah satu dari mereka. Tangannya bergerak seperti kilat, mencengkram kerah baju siswi itu lalu menampar wajah itu hingga bertubi-tubi. Itu bukan tamparan biasa. Yoona dorong siswi itu agar menjauh darinya. Tampak lunglai, siswi yang baru saja ditampar Yoona sudah terduduk lemas diatas tanah. "mau coba pukulan yang lain? Itu masih sangat pelan." tak ada lagi senyuman diwajahnya. Ia menatap mereka berempat dengan sorot mata penuh kemarahan. "melihat kondisinya, kupikir hanya menampar kalian tidak cukup adil."

     "Kau pikir kami takut?!!" siswi lainnya mulai unjuk keberanian. Ia menjambak Yoona dengan geram. Tapi malah membuat Yoona tertawa.

     "Kalian pikir aku akan berkelahi sambil jambak-jambakan rambut?" lagi-lagi seperti kilat tangan yang menjambak rambutnya sudah ia pelintir hingga terlipat kebelakang tubuh siswi itu. Siswi itu meringis kesakitan. "haruskan aku berlaku serius?!!" bentak Yoona kesal bukan main. Ia tendang kaki siswi itu hingga membuat siswi itu bertekuk lutut. "akan sangat berbahaya jika kalian memancing amarahku terlalu jauh." dapat mereka rasakan kekuatan ditiap kata-katanya.

     "Eonni, sudah hentikan." kata Somi yang sudah berdiri menghadap Yoona. Ia menatap Yoona dengan pandangan takjub dan takut. "kita harus membawanya ke klinik." ujarnya seraya melihat kearah Krystal. Yoona terlihat menghela nafas dengan kesal. Ia melihat ke langit sejenak, menghilangkan kekesalan didalam dirinya—yang syukurnya masih bisa dia kendalikan.

     "Bagaimana? Apa sekarang aku sudah bisa membawanya pergi?" tanya Yoona setelah itu. Menatap keempat siswi itu—yang sudah tampak menyerah. Bukannya menjawab, untuk kedua kalinya mereka berlarian pergi dari hadapannya. "huh. Sangat merepotkan." tidak terlalu bersemangat, Yoona angkat Krystal keatas punggungnya. Dibantukan Somi, mereka membawa Krystal ke klinik—tempat dimana si dokter tampan berada tadinya.

`

--

`

     "Kalian mengenalnya?" tanya Jongin ke Yoona dan Somi setelah mengobati Krystal.

     "Ya oppa.." ujar Somi. "oppa, apa dia baik-baik saja?"

     "Dia baik-baik saja, ini hanya luka biasa. Tapi, bagaimana kalian bisa mengenalnya?" tanya Jongin lagi, kini terlihat serius.

     "Dia teman Yoona eonni, dulunya mereka sama-sama tinggal di Busan. Oppa?" Somi menyadari perubahan ekspresi Jongin, pria itu sudah menatap Yoona dengan ekspresi terkejut. Yoona yang menyadari tatapan misterius itu pun balik menatapnya. 

     "Kenapa?" tanya Yoona penasaran dengan tatapan pria itu.

     "Jadi kau gadis itu?" kata Jongin, menatap Yoona dengan pandangan tak percaya.

     "Oppa, kau kenapa sih?" sela Somi, mendadak merasa takut dengan nada suaranya dan juga tatapan tak bersahabatnya.

     "Aku akan merawatnya, kalian pergilah." ia mengalihkan pandangannya ke tumpukkan obat. Ia benar-benar terlihat berbeda. Seperti sedang menahan amarah yang sangat besar. Somi masih tidak mengerti dengan perubahan sikap Jongin, pria itu tidak seperti biasanya. Ia masih ingin bertanya, namun ketika ia melihat Yoona sudah keluar dari klinik, niatnya pun tersingkirkan. Pada akhirnya ia memilih mengejar Yoona yang sudah berjalan menuju halte bus.

`

--

`

     Situasi yang sangat jarang terlihat. Yoona ikut bergabung bersama Mari dan kedua anaknya untuk menyaksikan film kesukaan Somi. Film yang tidak bosan-bosannya gadis itu tonton setelah berulang kali ia putar. 'The Man From Nowhere-Ajussi'

     "Kenapa kau selalu memilih film ini?" tanya Mari yang sedang menikmati alur ceritanya.

     "Bukankah eomma juga menyukainya? Wonbin oppa benar-benar tampan." jawabnya.

     "Tapi ini sudah yang puluhan kalinya.."

     "Eomma, aku tidak bisa menikmatinya jika kau terus bertanya." sambar Sehun sambil menikmati makanan ringan buatan ibunya. Matanya terus menyaksikan film tersebut, begitu juga dengan Yoona, tak biasanya gadis itu menerima ajakan Somi untuk menonton film bersama.

`

     Lama kelamaan ceritanya semakin menarik, hingga dimana timbulnya permasalahan. Berbagai adegan pun terlihat, dan juga adegan yang membuat Yoona diam mematung. Dan Sehun menyadari perubahan pada raut wajah Yoona. Dapat Sehun lihat, Yoona tampak gelisah dengan tontonan itu. Tidak mungkin hanya berdiam diri, dengan cepat ia langsung mematikan televisi itu.

     "Oppa! Apaan sih kau ini!" bentak Somi. Tidak menghiraukan adiknya, Sehun malah pergi keluar dan memilih duduk di halaman rumahnya. Melihat apa yang dilakukan oleh anaknya, perlahan Mari tersadar dan baru menyadari kondisi Yoona pada saat itu.

     "Yoona-a, kau baik-baik saja?" tapi Yoona terlihat larut dalam pikirannya hingga tidak mendengar perkataan Mari.

     "Eomma, kenapa?" tanya Somi.

     "Somi, bawa Yoona ke kamarnya, dia harus istirahat."

     "Kenapa? Kenapa??" tentu Somi merasa bingung dengan perubahan situasi saat itu.

     "Tidak perlu, aku baik-baik saja." ujar Yoona.

     "Yoona-a.." Mari menatapnya prihatin.

     "Aku pergi dulu." Yoona pergi meninggalkan rumah dengan berjalan kaki. Matanya menatap lurus kedepan. Ia mengepalkan kedua tangannya, berusaha untuk meyakinkan dirinya. Aneh, ia merasa gugup. Sorot matanya tampak sangat meyakinkan, tapi juga ada keraguan. Dan tanpa ia sadari, ternyata Sehun sedang mengikutinya.

`

--

`

     Menatap pintu yang ada dihadapannya. Tulisan close terpampang jelas disana. Tapi tak membuat Yoona berhenti begitu saja, tangannya bergerak untuk membuka pintu itu dan ternyata tidak terkunci. Ia langsung masuk ke dalam sana dan mencari seseorang yang sudah membuat pikirannya gusar. Seorang gadis tengah tertidur diatas kasur, berbalutkan selimut putih. Tentunya ia mengenal siapa itu.

     "Sedang apa kau disini?" ada Jongin disana. Melihat Yoona berada didalam kliniknya sedikit membuatnya terkejut.

     "Kenapa kau membawanya kesini?" tanya Yoona yang masih mengamati tubuh Krystal. Tapi pria itu tidak menjawabnya. Yoona pun melepaskan pandangannya dari Krystal lalu menatap Jongin yang berdiri dibelakangnya. "apa ada sesuatu yang kau ketahui dan tidak aku ketahui?" tatapan tajam yang pernah pria itu berikan padanya masih tertancap di benaknya. Ia yakin bahwa ada sesuatu yang pria itu sembunyikan darinya.

     "Apa aku harus menceritakannya?" Jongin mendekati Krystal lalu merapikan letak selimutnya. Setelah itu ia menatap Yoona dengan tatapan penuh keseriusan. "kaulah yang membuatnya seperti ini." ucapnya singkat.

     "Apa?" Yoona masih menatap Jongin, pria itu berjalan mendekatinya, dan kini tepat dihadapannya.

     "Salah satu dari pria yang telah kau bunuh, adalah ayahnya."

`

`

`

Continued..

`

`

`

Bagaimana?

Mulai menarik?

avataravatar
Next chapter