6 6

Semalam Daniel menelponku sampai satu jam. Kami berbincang macam- macam. Dia mengubah pandanganku tentangnya. Aku mengira dia sombong dan dingin. Tapi setelah mengobrol panjang lebar, aku merasa nyaman bicara dengannya. Kurasa tidak buruk juga berteman dengan Daniel.

Kali ini aku harus mengikuti kelas olahraga, kalau di sini dikenal dengan PE. Aku sekelas dengan Melanie, Tom dan Nialls. Setidaknya ada orang yang kukenal disini. Kami bermain bola basket dengan kelompok yang sudah dibagi oleh Mrs.Betty. Satu per satu nama kelompok disebutkan. Namaku muncul pada kelompok terakhir dan nama terakhir yang dipanggil bersamaan dengan suara langkah seseorang mendekatiku.

"Hai, Jennie,"

Aku sekelompok dengan Daniel. Ya. Daniel William. Dia sedang berdiri dihadapanku sekarang.

"Hai Daniel," Sapaku balik. Jadi dia sekelas denganku di PE? Minggu kemarin sepertinya aku tidak melihat Daniel di kelas yang sama denganku.

"Kita satu kelompok kan? Kamu bisa mengandalkanku. Aku cukup bagus di bola basket,"

"Daniel, apa kamu memang ikut kelas PE pada jam ini? Aku tidak ingat kalau kamu ada dikelas yang sama denganku."

Daniel mendekatkan wajahnya ke arahku dan berbisik ke telinga kananku. "Apa aku tak boleh sekelas denganmu?"

Aku bisa merasakan nafasnya mint-nya berhembus mengenai kulitku. Jujur aku merasa geli saat dia berbisik kepadaku. Lalu Daniel tersenyum manis padaku.

Aku bisa merasakan kalau wajahku sedikit merah. Jangan salahkan aku jika bereaksi seperti. Karna ini pertama kalinya aku diperlakukan seperti itu oleh seorang laki - laki. Walaupun aku sudah 17 tahun, aku belum pernah punya yang namanya pacar. Its time to wake up Jennie. Jangan terlihat memalukan lagi didepan Daniel.

"Serius Daniel, apa kamu benar pindah kelas?" Tanyaku lagi

"Jika kamu ingin mengetahuinya, kamu harus ikut makan siang denganku hari ini."

"Kalau begitu aku tarik perkataanku tadi."

"Kenapa? Kau malu jika makan siang denganku?"

"Bukan itu masalahnya. Aku hanya terbiasa makan dengan mereka. Aku mendapat teman yang baik, dan aku tak bisa menyiakan kesempatan ini. "

"Aku baru tahu kalau kamu begitu setia kawan dengan teman barumu itu. "

"Oke, mari kita berhenti bicara. Sebentar lagi kita akan bertanding."

Timku bertanding dengan tim Tom dan Nialls. Aku iri dengan Tom dan Nialls yang bisa sekelompok. Aku berharap bisa menang dari kelompok mereka. Tom dan Nialls cukup jago dalam basket, apalagi Nialls anggota tim basket sekolah kami.

Babak pertama dimulai, tim Nialls menyerang habis - habisan timku. Tim kami juga cukup bagus juga, tapi sayangnya ring kami kebobolan. Dan babak pertama dimenangkan tim Nialls. Oke ini bisa dimaklumi. Aku juga sudah berusaha maksimal. Kami diberi waktu istirahat 5 menit untuk memulai babak ke 2.

"Kau lumayan juga bermain basket." Kata Daniel

"Ya aku lebih suka basket daripada harus berlari 10 kali putaran dilapangan."

"Kau gadis yang unik, Jennie."

"Kamu berkata aku aneh bukan? Ya aku memang punya selera aneh."

"Mau taruhan denganku? Kalau aku bisa memenangkan tim kita, kamu harus ikut makan siang denganku. Jika aku kalah, kamu harus mentraktirku makan diluar."

"Itu tidak adil Daniel. Bukannya jika kamu kalah kamu yang harus mentraktirku?"

"Aku anggap kamu berkata 'ya'."

Ini sulit dipercaya. Aku tak habis pikir Daniel bisa punya ide seperti itu. Dua pilihan itu sangat menguntungkannya. Semuanya bisa beresiko padaku. Aku tak mau jika harus berurusan dengan fans Daniel.

Waktu terus berlanjut sampai selesai babak 2. Dan aku harus menerima kenyataan bahwa aku harus ikut makan siang dengannya di kantin. Oke Jennie, persiapkan peti matimu sendiri. Apa aku harus menggunakan seribu alasan agar aku bisa tidak ikut dengannya? Mungkin Erick bisa membantuku.

Aku mengirimi pesan kepada sepupuku itu. Tapi dia hanya membacanya saja. Kuulangi. Hanya dibaca. Oke, Erick. Kamu bisa tahu rasa jika handphonemu kupatahkan.

Sebentar lagi juga jam istirahat. Aku menceritakan perihal Daniel kepada Bianca. Dia mengatakan kalau sebaiknya aku menuruti kemauan Daniel. Katanya ini merupakan kesempatan satu kali seumur hidup. Ini tidak menyelesaikan masalahku. Tak lama muncul notifikasi di layar handphoneku.

From : Daniel

Aku akan datang ke kelasmu. Aku sudah dijalan.

OMG. Sepertinya aku harus ijin ke toilet sekarang. Aku ijin kepada Mr. Wilson dan segera pergi keluar. Dari arah yang berlawanan aku melihat Daniel. Tidak ada jalan keluar Jennie. Ya dia bahkan sudah melambaikan tangannya padaku.

"Kelasmu sudah selesai?" Tanya Daniel

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu."

"Kami hanya diberi tugas dan yang sudah selesai boleh keluar. Kau mau kemana? "

Pantas saja, dia bisa keluar lebih awal. Kurasa Daniel tidak tahu dengan rencana -untuk kabur-ku. Aku ingin sekali menjawab jika aku tidak akan makan siang dengannya.

"Aku? Aku mau ke toilet." Daniel menatapku curiga. Apa dia tahu kalau aku hanya beralasan saja.

"Kau mau ikut?" Tanyaku agar tidak menimbulkan curiga.

"Mau kutemani? Aku juga sedang bosan."

Aku benci diriku yang seenaknya malah keluar kelas. Ya,Aku menyesali perbuatanku 5 menit yang lalu.

"Tidak perlu, lagipula aku hanya sebentar."

Aku meninggalkan Daniel dan menuju toilet yang tak jauh dari kelasku. Oke Jennie. Sebenarnya apa yg kau takutkan? Kau itu bukan pacarnya. Dia hanya mengajakku makan siang saja. Lagipula pasti ada Erick.

Aku meyakinkan diriku dan menemui Daniel. Tak lupa aku mengatakan pada Bianca kalau aku tidak bisa makan bersama mereka. Aku dan Daniel berjalan bersama menuju kantin. Aku tahu kalau banyak mata memandangku, tapi biarlah. Daniel menunjukkan tempat yang biasa ditempatinya untuk makan. Di sana sudah ada Erick dan Peter. Bahkan baru kali ini aku makan siang bersama dengan Erick. Bisa dibilang hubungan kami di sekolah berbeda saat di rumah. Dia sudah punya temannya sendiri begitu juga aku. Ketika di sekolah kami tidak terlihat seperti sepupu yang sangat dekat.

"Hei,cutie." Sapa Peter kepadaku

"Panggil saja Jennie. Oke?"

Erick tidak berkata apapun kepadaku. Dasar, dia akan mengabaikanku saat ini juga? Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya itu. Kenapa dia tidak menolong sepupunya yang kesusahan.

"Kau tidak bergabung dengan teman2mu itu?" Kata Peter sambil mengarahkan pandangannya kepada sekelompok orang yanh tak lain adalah Bianca dan lainnya.

"Ini karena aku kalah oleh suatu hal." Aku tak perlu menjelaskan siapa yang melakukannya. Daniel hanya menyeringai kepadaku.

Disaat aku menggigit sandwich pertamaku, sekelompok gadis mendekat ke arah meja kami. Walaupun aku belum pernah bertemu mereka tapi aku sudah bisa menebak 3 orang yang ada didekat kami ini. Ya, dia Clara dan genknya. Dandanan mereka bisa dibilang paling mencolok. Tapi aku serius, mereka memang cantik juga.

Clara dan genknya duduk bersebelahan dengan kami. Salah satu dari mereka merangkul Daniel dari belakang. Mereka sepertinya belum menyadari kehadiranku atau memang mengabaikanku. Mungkin saja mereka sudah tahu kalau aku sepupunya Erick.

Aku melihat wajah Daniel yang tidak suka dengan perlakuan gadis itu kepadanya. Mungkin hubungan mereka seperti kekasih yang sedang bertengkar.

"Aku ingin kau berhenti mengikutiku, Clara."

Jadi gadis pirang bermata biru ini adalah Clara? Aku belum pernah melihatnya secara langsung dan hanya mendengar cerita dari Bianca. Pantas saja diberi julukan Queen Kingsley, dia memang kelihatan paling cantik diantara temannya. Dia juga punya tubuh slim yang bagus.

"Ini hal yang wajar sayang. Kita ini pacaran,"

"Aku tidak merasa punya pacar, apalagi denganmu," Jawab Daniel dengan ketus

"Kau tahu sayang? Kau semakin menarik jika kau bersikap cool seperti tadi. Kau terlihat lebih tampan dan sexy, my honey sweety bunny,"

Aku hanya makan sandwichku sambil menahan tawa. Julukannya kepada Daniel sangat norak. Bukankah ada nama lain yang lebih bagus, seperti prince atau sweetheart?

"Apa kau baru saja menertawakan Clara, murid baru?" Tanya seorang gadis berambut lurus coklat kepadaku

Bagus Jennie. Kau membuat mereka mengalihkan perhatiannya kepadamu. Apa aku tadi kelihatan sekali. Teman Clara mungkin tidak sengaja melihatku. Dan aku cukup senang dia tahu kalau aku murid baru disini.

"Oh, aku hanya ingat kejadian lucu saja. Memangnya kenapa?" Jawabku berbohong

"Benarkah? Sekarang coba ceritakan kejadian lucu itu pada kami." Kata gadis satunya yang berambut hitam sebahu dengan poni.

"Aku juga akan senang mendengarnya." Kata Peter

Oke sekarang cobalah mengarang cerita Jennie.

"Oke aku akan cerita, jadi..." sebelum aku melanjutkan cerita yang kubuat, Erick sudah menyuruhku berhenti.

"Jennie, kembali ke teman2mu sekarang. Jangan mempermalukan dirimu lagi. " jawab Erick sambil menatapku serius. Aku sedikit kaget dengan tatapannya yang terlihat tenang dan serius itu. Dilain sisi, aku senang karena aku bisa bebas dengan mereka. Erick sepertinya juga menyadari kalau aku tidak cocok disini.

"Kenapa kau mengusir sepupumu? Kau jahat sekali! " kata Peter

"Tidak, dia benar Peter. Jangan salahkan Erick. Aku akan kembali ke teman2ku saja. Maaf aku tidak bisa melanjutkan ceritaku tadi, " Aku beranjak akan pergi namun tangan kananku dipegang oleh Daniel.

"Kau tak boleh pergi, kau sudah janji akan makan siang denganku,"

Clara yang duduk disebelah Daniel langsung menatapku tajam. Dia sudah memberiku sinyal, jangan dekati Daniel. Iya aku tidak akan mengambil honey sweety bunny mu itu.

"Maaf Daniel, aku harus pergi," Aku menatap wajah Daniel yang terlihat kecewa. Maafkan aku, tapi lebih baik pergi aku daripada harus berurusan dengan mereka.

avataravatar
Next chapter